IBTimes.ID, Jakarta (27/8/25) – Tepat di hari ketiga Simposium Kawasan Timur Tengah dan Afrika (SK Timtengka) 2025 menghadirkan diskusi yang penuh gagasan segar seputar peran filantropi digital dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Rangkaian simposium yang untuk pertama kalinya digelar di tanah air ini menjadi ajang berharga bagi mahasiswa Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia Kawasan (PPIDK) Timtengka untuk bertemu, berdialog, serta menyerap inspirasi langsung dari para pemimpin dan tokoh publik nasional yang berpengalaman di bidangnya.
Salah satu tokoh penting yang hadir adalah Irvan Nugraha, CEO Rumah Zakat, yang tampil sebagai pembicara dalam sesi panel bertema filantropi. Dalam paparannya, Irvan menjelaskan bahwa Rumah Zakat telah berkembang pesat hingga menjadi salah satu lembaga amil zakat terbesar di Indonesia dengan jaringan dan dampak yang luas.
“Rumah Zakat kini tengah bertransformasi menuju sistem berbasis digital sebagai jawaban atas tantangan yang dihadapi model zakat konvensional. Potensi zakat di Indonesia sangat besar, namun realisasi penghimpunannya masih belum sebanding. Digitalisasi menjadi langkah strategis untuk menjembatani kesenjangan tersebut sekaligus meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan zakat,” jelasnya.
Menurut Irvan, transformasi digital yang dilakukan juga bertujuan memudahkan masyarakat menunaikan zakat kapan saja dan di mana saja. Digitalisasi zakat berperan penting dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama dalam menjawab isu-isu krusial seperti pengentasan kemiskinan, penanggulangan kelaparan, serta peningkatan akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang lebih merata.
Namun kendati demikian, Ia juga mengakui bahwa digitalisasi zakat masih menghadapi sejumlah tantangan. Sebagian masyarakat masih merasa lebih nyaman menunaikan zakat secara langsung melalui jalur konvensional, sementara literasi digital di Indonesia belum merata di seluruh lapisan masyarakat. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang tidak ringan bagi para pelaku filantropi digital.
Dalam konteks tersebut, Irvan menekankan pentingnya peran mahasiswa sebagai agen perubahan. Melalui forum seperti Simposium Timtengka, mahasiswa diharapkan dapat memperkenalkan konsep zakat digital kepada masyarakat, sekaligus mendorong pemahaman yang lebih luas tentang manfaat serta kemudahan yang ditawarkannya. “Mahasiswa bisa menjadi jembatan yang mempertemukan inovasi digital dengan kebutuhan nyata masyarakat di akar rumput,” tandasnya.
(Budi/Soleh)

