Momentum hijrah memiliki banyak makna dan ibrah yang dapat dipetik sebagai pelajaran hidup. Dimulai dari sebagai sebuah wujud ketaatan menjalankan perintah Allah Swt, strategi, pengorbanan, persaudaraan, tolong menolong antara kaum pendatang dan pribumi (Muhajirin dan Anshar), hingga nilai pesan moral dalam menjalani hidup yang terus dapat diaktualkan dalam setiap sendi kehidupan.
Hijrah dan Etos Kerja
Hijrahnya nabi beserta para sahabat dari Makkah ke Madinah merupakan salah satu strategi untuk terus dapat melanjutkan program dakwah untuk menyampaikan kebenaran Islam.
Hal tersebut dikarenakan setelah sepuluh tahun di Makkah, sepertinya usaha dakwahnya kurang maksimal. Ini ditandai dengan jumlah kafir Quraisy yang menerima Islam belum signifikan. Justru sebaliknya, serangan dan intimidasi dari kaum kafir Quraisy terus dilancarakan kepada nabi dan para sahabat.
Hal ini menjadikan dakwah Rasulullah untuk menyabarkan agama Islam di Makkah memerlukan strategi baru yang lebih terencana dan masif. Atas petunjuk Allah Swt, nabi dan para sahabnya akhirnya diperintahkan untuk hijrah meninggalkan Makkah menuju Madinah. Dengan tujuan, selain mengepakkan sayap dakwah untuk lebih luas, juga sekaligus menyiapkan diri untuk kelak dapat kembali ke Makkah. Tentu dengan persiapan dan strategi yang terbarukan.
Setelah tiga belas tahun, akhirnya terbukti. Strategi yang dilakukan Nabi untuk mundur sementara demi menyiapkan diri dibuktikan dengan kembalinya beliau bersama pasukan Muslim yang jumlahnya lebih banyak secara kuantitas dan juga tidak diragukan secara kualitas. Dan dalam tempo yang sangat singkat, Makkah dapat ditaklukkan tanpa harus memakan korban. Kejadian ini terkenal dalam sejarah dalam peristiwa fathul Makkah
Keberhasilan nabi menaklukkan kota Makkah memberikan banyak pelajaran tentang sebuah perjuangan. Dan salah satu pesan pentingnya adalah bahwa dalam berjuang memerlukan persiapan, waktu yang panjang, dan tidak terjebak pada kerja cepat dan instan.
Hijrah dalam Dunia Kerja
Selain sarat dengan nilai-nilai perjuangan, spirit hijrah juga dapat teraktualisasikan dalam dunia kerja. Di dalamnnya, terdapat nilai-nilai perjuangan yang dapat menimbulkan hasil kerja yang produktif dan memperoleh kesuksesan, di antaranya adalah:
Pertama, perencanaan. Nabi sebelum menentukan waktu untuk hijrah ke Madinah, terlebih dahulu melakukan beberapa perencanaan dan strategi bagaimana dapat keluar dari Makkah dengan selamat.
Semua direncanakan dengan matang dan penuh seksama. Waktu kapan yang tepat untuk berangkat, lewat jalur mana yang paling aman, siapa yang tepat mendampingi beliau, siapa yang dapat dipercaya sebagai pemberi petunjuk jalan, di lokasi mana nabi dapat transit sementara yang paling aman, dan siapa yang ditunjuk untuk menyiapkan konsumsi dan kebutuhan-kebutuhan beliau selama perjalanan. Semua terencana dan terprogram dengan apik, sehingga akhirnya dapat selamat sampai di tempat tujuan, yakni Madinah.
Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa hidup ini selalu menuntut sebuah perencanaan. Apalagi dalam dunia kerja, perencanaan itu adalah sesuatu yang sangat penting.
Ketika sebuah kerja dilakukan dalam perencanaan yang matang, maka yang diperoleh adalah hasil yang maksimal. Demikian pula sebaliknya. Kerja-kerja yang tanpa perencanaan, maka sulit untuk mengharapkan hasil. Bahkan yang ada justru adalah kerugian.
Seperti pesan Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa Man asa’a tadbiran ta’ajjala tadmiran (Siapa yang jelek perencanaannya, akan cepat juga kehancurannya).
Demikian juga pepatah asing mengatakan, “plan your work, and work your plan”. Dalam hijrah, Nabi melakukan persiapan dengan perencanaan yang cermat, akurat, matang, dan dengan pembagian tugas yang tepat. Sehingga, perjalanan yang meskipun penuh ancaman dan ketakutan, akibat perencanaan yang baik, akhirnya dapat sampai di Madinah dengan selamat.
Terkadang kita gagal menggapai sebuah kesuksesan dalam dunia kerja, karena terlalu sering membuat perencanaan yang tidak matang, tergesa-gesa, apa lagi disepakati yang penting dapat berjalan apapun hasilnya. Perencanaan yang amburadul, tentu hanya dapat menghasilkan hasil kerja yang amburadul pula.
***
Kedua, disiplin. Kesuksesan hijrahnya nabi, karena tidak lepas dari kedisplinan oleh orang-orang yang nabi sudah tempatkan sesuai skema dan tugas mereka masing-masing. Dan semua mesti berjalan dengan intruksi dengan ketetapatan waktu dan sesuai perintah. Karena apabila satu tidak disiplin, maka akan menghambat dan menganggu sistem kerja yang lainnya.
Dalam dunia kerja pun demikian, kedisiplinan sangat penting untuk menunjang kesuksesan dan keberhasilan sebuah tujuan yang akan dicapai. Disiplin waktu, disiplin bersikap, disipin dalam menjalankan aturan, merupakan instrumen utama dalam keberhasilan. Terkadang ketidakdisiplinan ini masih menjadi penyakit di kalangan kita. Bahkan, dipelihara dan dianggap sesuatu yang biasa dan lumrah.
Jepang merupakan salah satu negara yang sangat menjujung tinggi nilai dan budaya disiplin. Mereka begitu ketat dalam hal disiplin waktu. Disiplin dalam berlalu lintas. Disiplin dalam antrian, demikian juga ketika bekerja.
Warganya memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin kerja yang maksimal. Maka tidak heran, Jepang adalah salah satu negara yang paling maju dalam hal bidang teknologi dan dengan hasil teknologi yang berkualiatas. Di sini, Jepang termasuk yang telah merebut spirit hijrah dan mereka mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Ketiga, cinta danpengorbanan. Hijrahnya nabi dan para sahabat meninggalkan tanah kelahiran dan hartanya di Makkah tentu bukan perkara mudah.
Namun, karena kuatnya cinta para sahabat kepada Allah dan rasulnya, maka begitu turun perintah hijrah, tanpa berfikir panjang mereka segera menjalankan dengan penuh ketaatan tanpa banyak bertanya apalagi dengan penolakan. Inilah ekspresi hakiki sebuah pengorbanan. Karena, didasari dengan rasa cinta. Rasa Cinta seorang makhluk kepada sang Khalik-nya.
Demikianlah sejatinya seorang apabila sudah merasakan namanya cinta. Maka, dia akan berkorban segalanya untuk menggapai cinta dari sang kekasihnya. Seorang ayah yang mencintai istri dan anak-anaknya, dia akan rela keluar rumah pagi dan pulang di sore. Bahkan, hingga berhari-hari untuk mencarikan rezeki untuk keluarganya.
***
Meskipun terasa lelah dan letih, dia tetap merasa bahagia. Karena, dia mampu memberikan pengorbanan yang terbaik kepada sang kekasih yang dicintainya.
Seorang pemimpin yang memimpin dengan spirit cinta, maka dia akan rela berkorban untuk kesejahteraan rakyat dan masyarakat yang dipimpinnya. Dia akan mengorbanakan segala waktu, tenaga, pikiran, harta, bahkan jiwanya untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan ketentaraman bagi setiap warganya.
Karena kebahagiaan tertinggi seorang pemipin adalah ketika dia mampu membuat rakyatnya tersenyum bahagia karena kesejateraan yang merata.
Demikian pula dalam dunia kerja, perlu untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap profesi yang menjadi pilihannya. Dengan mencintai pekerjaan, maka setiap tahapan rintangan selalu dilalui dengan penuh kegembiraan. Baginya, masalah yang ada adalah sarana pengorbanan sekaligus cara terbaik menggapai rida-Nya.
Setiap insan yang mencintai profesi kerjanya, akan senantiasa berfikir positif atas segala yang dihadapi. Orang yang selalu dihinggapi pikiran positif pasti memiliki etos kerja produktif yang tentu akan menghasilkan hasil kerja yang memuaskan.
Demikianlah, dengan memaknai spirit hijrah yang dapat menjadi energi positif dalam etos kerja setiap muslim. Maka, kita dapat berharap bahwa kelak akan dapat mewujudkan hasil-hasil nyata yang dapat memajukan bangsa dan mencerahkan peradaban.
Editor: Yahya FR