IBTimes.ID – Pada Kamis (24/9), Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB AD) Jakarta kembali menggelar Pelatihan Penulisan dengan tema “Memahami Isu Kekerasan Seksual dalam RUU PKS”. Pelatihan ini adalah pelatihan ketiga dari pelatihan yang sebelumnya telah dilaksanakan pada Selasa (22/9).
Pelatihan daring ini dilaksanakan bersama dengan The Asia Foundation dan Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PK IMM) ITB Ahmad Dahlan Jakarta. Pembicara yang mengisi pelatihan adalah Erni Juliana Al Hasanah.
Erni Juliana Al Hasanah menyampaikan hadis nabi yang intinya adalah bahwa ada 3 amalan yang ketika seseorang meninggal, pahalanya tidak akan terputus. Salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang ditulis akan memberikan manfaat yang lebih luas bahkan hingga penulisnya sudah meninggal. Maka, secara teologis, menulis menjadi suatu hal yang sangat penting.
Menurut Erni, menulis memiliki beberapa manfaat. Pertama, meningkatkan kreativitas dan menambah wawasan. Kedua, membantu berfikir sistematis. Ketiga, meningkatkan kemampuan berbahasa. Keempat, wadah menuangkan emosi dan perasaan. Kelima, menghasilkan uang. Keenam, instrumen perekam jejak sejarah. Ketujuh, instrument untuk menjaga ilmu, pemikiran, dan opini. Kedelapan, media dakwah yang bermanfaat. Kesembilan, hidup lebih produktif dan melatih diri agar siap dikritik.
Adapun manfaat menulis dari kesehatan adalah dapat memperlambat kepikunan, mengurangi stress dan trauma, membersihkan ruang di pikiran, melatih kecerdasan emosi, membuat lebih tangguh, dan membuat hidup lebih bahagia.
Ia menyarankan kepada peserta pelatihan agar memulai menulis sejak sekarang. “Kalian sedang dalam usia yang produktif, dengan rasa ingin tahu yang tinggi, ingin menyuarakan isi hati, memiliki imajinasi yang besar, dan yang paling penting adalah memiliki idealisme. Maka menulislah dari sekarang,” ujarnya.
Ia juga berpesan agar peserta menulis tentang kekerasan seksual. Hal tersebut menjadi penting karena 2 dari 3 anak di Indonesia berusia 13-17 tahun mengaku pernah mengalami kekerasan seksual. Baik dalam bentuk psikis maupun fisik. Kekerasan seksual juga bisa terjadi di ruang publik maupun domestik, bisa menimpa laki-laki maupun perempuan, bisa dari bayi hingga nenek-nenek.
Sayangnya, framing berbagai media terhadap isu kekerasan seksual justru menyakiti korban. “Maka, kalau kita menulis isu-isu kekerasan seksual, apalagi kita menulis dengan tulisan yang memihak kepada korban, opini publik yang dibangun akan diimbangi dengan konten-konten positif,” imbuhnya.
Strategi menulis yang disampaikan oleh Erni adalah ide. Seorang penulis harus memiliki ide terlebih dahulu. Ide bisa datang dari berbagai tempat seperti pengalaman, melihat peristiwa, berfikir, merenung, dan lain-lain.
Setelah memiliki ide, maka langkah selanjutnya menurut Erni adalah langsung menulis. Karena ide tanpa aksi tidak akan berarti apa-apa. Setelah tulisan selesai ditulis, maka perlu dibaca ulang. Kesalahan-kesalahan atau kekurangan yang ada bisa diubah pada tahap ini. Tahap selanjutnya, sebagaimana yang ia sampaikan, adalah pengayaan. Pengayaan berarti penambahan data-data yang diperlukan dan relevan.
Di masa pandemi, ada kesempatan yang sangat baik untuk menulis. Pasalnya, semua orang bekerja dan belajar dari rumah. Hal ini memberikan waktu lebih untuk menulis. “Pandemi ini adalah sesuatu yang dahsyat. Tulisan tentang topik ini akan menjadi referensi dan bacaan bagi generasi yang akan datang,” ujarnya.
Ia menutup pemaparannya dengan menceritakan pengalaman menulisnya. Ia memulai karir menulis dengan menulis esai di IBTimes, kemudian di Kumparan, The Jakarta Post, Detik, Suara Muhammadiyah, MUI, berbagai jurnal dan buku.
Reporter: Yusuf