Salah satu kisah orang sholeh yang harus diteladani, Yaitu kisah Dzu al-Qarnain dalam Al-Qur’an. Banyak sekali upaya-upaya Dzu al-Qarnain dalam memberikan pembelajaran hidup yang dituangkan Al-Qur’an dalam surat Al-Kahfi : 83.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنْ ذِي الْقَرْنَيْنِ ۖ قُلْ سَأَتْلُو عَلَيْكُمْ مِنْهُ ذِكْرًا ﴿ ٨٣﴾
Artinya : Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzu al-Qarnain. Katakanlah: “Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya”.
Ayat di atas menceritakan bahwa kata “mereka” (orang-orang yang bertanya tentang kisah Dzu al-Qarnain) menurut sebagian orang dinisbahkan kepada Ahli Kitab, sementara sebagian lagi menyatakan dinisbahkan kepada kaum musyrik atau orang-orang kafir Mekkah.
Menurut penulis, kata “mereka” sebagai orang yang diajak berdialog oleh Nabi Muhammad saw (mukhaththab) adalah orang-orang musyrik atau orang-orang kafir Makkah.
Mengenal Dzu al-Qarnain
Kata Dzu al-Qarnain ذو القرنين terdiri dari dua suku kata yaitu ذو (Dzu) dan القرنين (al-Qarnain). Dzu artinya (orang) yang mempunyai, sedangkan al-Qarnain merupakan bentuk dual (mutsanna) dari kata قرن (qarn) yang secara harfiah berarti: tanduk, kurun, abad, masa, dan generasi.
Sampai sejauh ini, tokoh-tokoh yang dikaitkan dengan sosok Dzu al-Qarnain memiliki banyak variasi tafsir. Dalam hal ini, penulis melihat hal tersebut terjadi disebabkan oleh sudut-sudut pandang yang berlainan dalam tiap pribadi penafsir yang menafsirkan secara tekstual (hakiki) dari tokoh Dzu al-Qarnain ataupun secara majazi (metafora).
Di samping itu juga, ada yang berpendapat bahwa sosok Dzu al-Qarnain bukanlah sebuah nama asli, tapi lebih tepatnya sebuah istilah/julukan yang dinisbahkan kepadanya. Hal itu terbukti dari arti harfiah dari rangkaian dua suku kata tersebut.
Mayoritas ulama berpendapat, nama Dzu al-Qarnain mengerucut pada tiga orang yaitu: Iskandar Al-Maqduni, Sha’ab Dzu al-Qarnain Al-Himyari, dan seseorang yang hidup di masa Nabi Ibrahim.
***
Pendapat sejarawan kontemporer menyebutkan, Dzu al-Qarnain adalah Karesh Al-Akhmini Al-Farisi. Pendapat lain mengatakan, yang dimaksud Dzu al-Qarnain bukanlah mereka berempat, Dzu al-Qarnain bukanlah nama orang melainkan julukan. Dengan demikian, identitas Dzu al-Qarnain sebenarnya masih samar.
Keseluruhan asal-usul itu tidak lain adalah bersumber dari mulut ke mulut dan katanya saja. Pendapat yang paling benar adalah yang di katakan oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah.
“Allah menyebutkan Dzu al-Qarnain seperti adanya, dia memuji keadilannya. Sebagai seorang yang telah menjelajahi barat dan timur bumi, raja yang menguasai seluruh daerah beserta penduduknya. Kemudian memperlakukan mereka dengan keadilan yang sempurna dan kekuasaan yang bijaksana dan yang memaksa dengan keadilan. Jadi yang benar, bahwa dia merupakan salah seorang raja yang adil”.
Perkataan Ibnu Katsir ini menegaskan apa yang penulis ungkap di atas. Bahwa seorang pemimpin dapat menguasai sepanjang barat dan timur, jika dia mempunyai kekuatan dan keadilan. Nah, hal inilah yang dipahami oleh orang-orang generasi awal yang masih kental kisah sejarah yang bisa di pastikan kebenarannya.
Pendapat Ibnu Katsir ini merupakan titik temu dalam memecahkan perbedaan pendapat tentang siapa sebenarnya Dzu al-Qarnain. Jadi, kesimpulannya bahwa Dzu al-Qarnain adalah seorang raja yang adil, seorang mukmin penyebar agama Allah, melaksanakan sebab-sebab dalam mencapai tujuannya dan mempunyai banyak keajaiban. Hal inilah yang lumrah terjadi pada orang-orang terdahulu, yaitu memiliki keistimewaan-keistimewaan.
Hikmah Keteladanan Dzu al-Qarnain
Pertama, Shalih dan Beriman
Beliau adalah seorang hamba yang shalih yang selalu taat kepada perintah Allah dan menjauhi larangan Allah SWT. Allah SWT menganugerahi kekuasaan di bumi dan Allah juga memberikannya ilmu yang tinggi.
Ibnu Katsir r.a berkata, “Allah SWT telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar dan segala sesuatu yang ada untuk seorang raja, berupa kekuasaan, tentara, peralatan perang, dan sarana prasarana yang memadai. Dengannya, dia bisa mengusai dunia, bagian timur maupun baratnya, dan dia menaklukkan berbagai negeri serta menundukkan para penguasa lainnya. Sehingga semua orang berkhidmat untuk kerajaannya.
Kedua, Tawadhu’
Tawadhu’ secara bahasa artinya merendahkan diri. Sedangkan secara istilah adalah, sikap merendahkan diri, baik di hadapan Allah SWT maupun sesama manusia. Dzu al-Qarnain memiliki sifat tawadhu’, walaupun beliau merupakan seorang penakluk dan pemimpin yang selalu disegani. Namun beliau tidak sombong dan tidak pernah lupa untuk selalu beribadah kepada Allah SWT.
Dzu al-Qarnain menyadari bahwa kebesaran pangkat yang dimiliki olehnya dianggap sebagai anugerah yang bersifat sementara di dunia. Sehingga beliau senantiasa melakukan sujud kepada Allah apabila mendapat suatu kejayaan. Karena atas doa mereka, Allah SWT telah membantu hamba-Nya yang berada dalam kesulitan. Perilaku Dzu al-Qarnain merupakan teladan yang baik kepada pemimpin yang lain supaya senantiasa selalau bersikap tawadhu’ kepada Allah SWT.
Ketiga, Adil
Dzu al-Qarnain terkenal sebagai seoarang pemimpin yang hebat serta memiliki sifat yang adil dalam dirinya. Dia bisa menahan, membunuh atau berbuat baik dan melepaskan mereka.
Seperti tampak dari keputusan yang diambilnya yaitu Dzu al-Qarnain berkata, “Adapun orang yang berlaku aniaya, yakni enggan beriman, serta membangkang melawan agama, maka kami kelak akan menyiksanya, dengan siksaan duniawi kemudian dia dikembalikan dengan kematian kepada Tuhannya, lalu Dia Yang Maha Kuasa mengazabnya dengan azab yang sangat besar tiada taranya.
Adapun orang yang beriman dan membuktikan keimanannya dengan beramal saleh, maka baginya di dunia dan di akhirat ganjaran atas jalan dan amal-amal terbaik yang ditempuh dan diamalkannya, dan kami akan titahkan untuknya menyangkut perintah kami hal-hal yang mudah yang tidak memberatkannya serta akan memperlakukannya dengan santun dan baik”.
Keempat, Berani Berjihad
Dalam kisahnya, Dzu al-Qarnain merupakan pemimpin yang berani berjihad, yaitu berjihad di jalan Allah SWT. Pengembaraan Dzu al-Qarnain di berbagai negeri adalah untuk menyebarkan agama Islam dan menghapus agama kemungkaran.
Semangat jihad yang ditunjukkan Dzu al-Qarnain bertitik tolak dari ketakwaannya kepada Allah SWT. Beliau bersama rombongannya menjelajah negeri-negeri yang menganut agama kafir serta menyembah berhala. Kedatangan Dzu al-Qarnain ke negeri-negeri tersebut adalah untuk membebaskan golongan kafir yang sesat dan mengajak mereka kepada kebenaran.
Kelima, Bersyukur
Amalan bersyukur dapat diamalkan oleh Dzu al-Qarnain. Beliau selalu mengucapkan syukur karena rizki yang selalu dikaruniakan oleh Allah. Allah mencintai hamba yang senantiasa mengucapkan syukur dengan rizki yang dilimpahkan kepada hamba-Nya. Sehingga,Dzu al-Qarnain bersyukur dengan memberikan sebagian rizkinya kepada orang-orang yang mau beriman kepada Allah SWT.
Keenam, Ilmu Agama yang Tinggi
Dzu al-Qarnain bukan hanya memiliki kekuasaan dan pangkat, tetapi juga mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ilmu agama. Beliau mempelajari ilmu agama lebih mendalam bersama Nabi Khidir. Tindakan tersebut karena untuk mendalami ilmu agama Allah SWT.