Romantisme saat ini sepertinya menjadi salah satu genre yang banyak disukai oleh banyak kalangan di dunia. Mulai dari film, novel, bahkan sampai komik pun, genre romantis tak mau bergeser dari posisi atas. Tapi bukan saja di era ini, bahkan sejak manusia belum menemukan mesin cetak sudah banyak karya yang menyajikan kisah romantis, contohnya syair. Dalam tulisan ini, Syair Yatim Mustafa yang dibahas.
Syair Melayu
Dunia memiliki peradaban sastranya masing-masing. Tak terkecuali wilayah Nusantara yang dikenal dengan syair Melayu klasiknya, juga banyak memiliki kisah drama romantis yang tak kalah hebat dengan film drama masa kini. Bukan hanya sekadar romansa, namun juga sangat sarat akan makna
Lahirnya syair Melayu ini dipengaruhi oleh proses masuknya agama Islam ke Nusantara. Hal ini dibuktikan dengan aksara penulisannya yang ditulis dengan menggunakan aksara Arab Jawi, atau yang biasa kita kenal dengan aksara pegon.
Dari aturannya, syair Melayu agak serupa dengan syi’ir atau nadzam dalam sastra Arab yang sama-sama memiliki aturan persajakan. Juga, umumnya syair Melayu menyampaikan baik secara tersurat atau tersirat apa yang diajarkan oleh agama Islam.
Syair Yatim Mustafa
Syair Yatim Mustafa berbentuk sebuah manuskrip, yakni tulisan tangan yang usianya sangat tua. Untuk membaca manuskrip, saya rasa memiliki tantangan tersendiri, karena tulisan tangan tentu tidak sejelas hasil mesin cetak.
Serta kondisi dari media yang digunakan kebanyakan telah rusak karena usia atau kurang terpelihara sehingga menyulitkan saat dibaca. Maka dari itu, untuk membaca sebuah manuskrip dibutuhkan kajian filologi yang menyertainya.
Manuskrip syair Yatim Mustafa saya pilih karena kondisinya masih dalam keadaan baik dan tulisannya yang cukup rapi. Hal tersebut membuat manuskrip ini lebih mudah dibaca, terutama bagi para pemula. Selain menambah wawasan sejarah, membaca manuskrip juga turut serta melestarikan warisan nenek moyang.
Manuskrip ini dapat diakses di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, tepatnya di bagian Layanan Koleksi Naskah Nusantara. Berikut adalah transliterasi syair Yatim Mustafa dari versi asli Arab Jawi ke latin :
Di dalam yang empat istri maharaja
Putri bungsulah yang sangat manja
Kasihnya baginda bukan kerja
Barang kehendak lakunya sahaja
Di sanalah tempat baginda yang tentu
Tetap di dalam istananya itu
Istri yang tiga tidak begitu
Sebulan sekali baru ke situ
Putri yang empat tidak berbeda
Samalah juga kekasihnya baginda
Lebih sedikit putri yang muda
Karena di dalam pangkuannya bunda
Permaisuri tiga sakit hatinya
Menaruh dendam di dalam citanya
Melihat baginda sangat kasihnya
Sangat dilebihkan daripada dianya
Adapun akan permaisuri tengah
Itulah yang sangat terlalu marah
Di dalam hatinya terlalunya gundah
Sehari-hari tidak bersudah
Inilah Drama Melayu
Syair Yatim Mustafa adalah salah satu syair kategori romantis yang ditulis dalam bahasa Melayu. Berlatarkan kerajaan yang menceritakan kisah 3 permaisuri yang sangat dengki dan iri kepada permaisuri yang bungsu. Dikisahkan bahwa raja Sri Maharaja sangat memanjakan permaisuri bungsu, sampai-sampai istri yang lain kalah perhatiannya.
Di awal syair ini, kita langsung disajikan dengan sebuah intrik cerita. Yaitu permaisuri kedua yang paling terbakar api cemburu. Ia memiliki siasat untuk membunuh permaisuri bungsu dengan cara meracuninya. Namun pilu, yang terkena racunnya adalah Sri Maharaja. Niat untuk membunuh madunya malah membuat yang dicinta pergi.
Putra tertua, sang putra mahkota yang menggantikan tahta dan menjadi raja mahkota menyelidiki kasus ini. Kejadian yang terjadi tepat di tempat permaisuri bungsu menjadi alasan kuat bagi permaisuri kedua untuk menunduh permaisuri bungsu.
Dengan melakukan intrik yang begitu dramatis, segala kebaikan permaisuri bungsu tertutupi. Bahkan raja mahkota termakan oleh kelicikan permaisuri kedua dan akhirnya menghukum permaisuri bungsu seraya memenjarakannya bersama kedua anaknya.
Kemudian kedua anak permaisuri bungsu dapat melarikan diri dari istana. Di luar kerajaan mereka berusaha bertahan hidup. Suatu hari putra pertama menikah dengan seorang putri kerajaan seberang dan mendapatkan tahta raja muda. Dengan itu akhirnya raja muda berperang dengan raja mahkota.
Kerajaan pun kacau dan permaisuri kedua kabur penuh ketakutan. Raja muda yang memenangkan peperangan itu akhirnya dapat menyelamatkan Ibunya dan menangkap permaisuri kedua.
Saat hendak diadili, permaisuri bungsu yang baik hatinya tidak tega, namun apalah daya, raja muda mengingat kejahatannya dahulu. Maka dijatuhilah hukum mati kepada permaisuri kedua.
Ketika menyelam ke dalam dunia syair ini, saya seperti membaca novel dengan diksi dan gaya bahasa “orang zaman dulu”. Agak geram juga dibawanya, namun tak lewat pula dengan haru sedihnya. Syair ini memberi pembaca kisah romansa yang menarik dan sarat makna.
Jangan Paksakan Kemampuan
Menilik kasus Sri Maharaja, di sini terdapat pelajaran penting bahwa berpoligami itu adalah hal yang tidak mudah. Jika dianalogikan, menjaga harta yang sedikit lebih mudah ketimbang harta yang melimpah. Karena untuk mempertahankannya butuh perlakuan yang lebih dari biasa. Seperti itulah poligami.
Sri Maharaja, saya pikir telah melakukan kesalahan karena perlakuannya memang tidak adil kepada istri yang lain. Wajar saja jika menimbulkan kesenjangan di antara para permaisurinya dan mendorong permaisuri lain untuk melakukan “reformasi”.
Memang jika ingin memiliki istri lebih dari satu diperbolehkan, seperti disebutkan dalam Alquran surat an-Nisa’ ayat 3. Namun memiliki satu istri lebih baik, karena dapat menghilangkan risiko konflik seperti Sri Maharaja.
Hal ini dapat menjadi pelajaran untuk kita agar tidak melakukan perbuatan di luar batas kemampuan hanya demi nafsu belaka. Jika memang mampu dalam membina dan berlaku adil ketika memiliki istri lebih dari satu, itu boleh saja. Yang dilarang adalah jika tidak mampu tapi memaksakan diri.
Hindari Perbuatan Tercela
Syair ini mengajarkan kita agar tidak membiarkan perasaan iri dengki merasuk dalam jiwa kita. Segala perbuatan buruk akan menghasilkan hal yang buruk pula. Berawal dari satu perbuatan buruk, akan menghasilkan perbuatan buruk lainnya yang bahkan bisa jadi lebih keji. Sekalipun berhasil ditutupi, bangkai tetaplah bangkai dan akan tercium juga.
Sedangkan perbuatan baik akan menghasilkan hal yang baik pula. Kesabaran dan kegigihan akan jadi pupuk untuk menyuburkan pohon perbuatan-perbuatan baik kita yang kelak buahnya akan sangat manis, nikmat dan menyebar menumbuhkan pohon-pohon kebaikan lainnya.
Jadi…
Mari selalu benahi diri
Jauhkan dari iri dan dengki
Janganlah takut lapangkan hati
Maka hasilkan jiwa suci berseri
Editor: Rifqy N.A./Nabhan