Kepulangan Jalaludin Rakhmat membuat pedebatan soal Syiah kembali mencuat di media sosial. Perlu diketahui, eskalasi perdebatan Sunni vs Syiah di media sosial dimulai sejak tahun 2011. Tahun 2014, intensitas perdebatan mulai menurun dan bahkan hilang, karena masyarakat lebih sibuk berdebat membela Jokowi dan Prabowo. Polemik Cebong vs Kampret sukses menggantikan polemik Sunni vs Syiah.
Saat Kang Jalal meninggal, media sosial kembali dipenuhi pembahasan Sunni vs Syiah. Seperti sudah diduga, argumen yang muncul itu-itu saja. Polemik Sunni vs Syiah merupakan perdebatan lama yang terus direproduksi.
Sebenarnya yang menjadi persoalan bukanlah perdebatan yang dilandasi oleh argumen. Namun alih-alih adu argumen, yang terjadi di media sosial malah adu sentimen. Salah satu sentimen yang sering ditemukan saat membahas Syiah adalah slogan Syiah Bukan Islam. Slogan ini cukup populer di kalangan umat Islam.
Benarkah Syiah Bukan Islam?
Syiah bukan Islam artinya Syiah sudah keluar dari Islam. Syiah dianggap sudah kafir secara akidah (kafir i’tiqadi) di mana pelakunya harus menerima beberapa konsekuensi. Misalnya tidak bisa memberi atau menerima warisan dan harus bersyahadat kembali jika ingin masuk Islam. Syiah bukan Islam juga bermakna semua paham Syiah dan semua orang Syiah bukanlah pemeluk agama Islam.
Benarkah begitu? Sepemahaman saya, perkataan Syiah bukan Islam tidaklah benar. Dalam artian, ada Syiah yang bukan Islam, namun ada juga golongan Syiah yang masih berada dalam agama Islam. Ini penting untuk saya utarakan, bahwa Syiah terdiri dari bermacam-macam aliran. Ada yang memang sudah keluar dari Islam, ada yang tidak. Perkataan Syiah bukan Islam adalah bentuk generalisasi bahwa seluruh Syiah bukan Islam. Perkataan ini menyalahi fakta yang sebenarnya.
Dalam sebuah grup Whatsapp, ada seorang anggota grup yang meyakini bahwa Syiah bukan Islam. Saya mencoba untuk mejelaskan kekeliruan dari pemahaman tersebut. Sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah, saya meyakini bahwa Syiah tetaplah salah. Sebagaimana Syiah pun menganggap Ahlu Sunnah adalah kelompok yang salah.
Namun, kesalahan Syiah belum tentu menyebabkan mereka menjadi kafir. Perlu dilihat terlebih dahulu golongan Syiah mana yang di maksud. Saya mengatakan bahwa yang kafir itu Syiah Ghulat, yang memang ekstrem. Di luar Syiah Ghulat, aliran Syiah lain masih bisa disebut sebagai muslim. Tentu saja muslim dengan fundamental akidah yang berbeda dengan Ahlu Sunnah.
***
Saya jelaskan bahwa dalam keyakinan Ahlus Sunnah, seseorang yang berbuat dosa besar dihukumi fasik selama masih beriman kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan hari akhir. Seseorang baru dihukumi kafir jika mengingkari rukun iman. Sementara dalam keyakinan Khawarij, seseorang yang berdosa besar otomatis menjadi kafir walaupun masih beriman. Dalam keyakinan Murjiah, seseorang tetap dihukumi mukmin walaupun berdosa besar asalkan masih mempunyai keimanan.
Jika kita menggunakan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam menilai Syiah, maka boleh saja menghukumi kelompok Syiah sebagai fasik secara akidah. Namun selama kelompok Syiah masih meyakini Allah SWT sebagai Tuhannya, Rasulullah SAW sebagai nabinya dan tidak mengingkari hari kiamat, maka kita tidak bisa menghukumi mereka sebagai kafir secara akidah. Artinya jika masih memenuhi tiga kriteria tersebut, maka Syiah masih termasuk sebagai umat Islam.
Uraian saya di atas tidak direspon dengan argumen tandingan. Yang bersangkutan malah melebarkan pembahasan ke mana-mana. Dia juga tetap tidak menerima bahwa tidak semua Syiah bukan Islam.
Melihat situasi seperti itu, maka saya hanya bisa mengamalkan nasehat Imam Syafii, tidak menjawab terhadap orang bodoh adalah jawaban. Saya menyudahi dengan tidak mengomentari lagi perdebatan tersebut. Yang penting saya sudah menyampaikan pendapat dan pandangan. Mau orang setuju atau tidak sudah bukan urusan saya.
Pandangan Habib Rizieq Terhadap Syiah
Tidak lama setelah itu, saya melihat status Facebook Iqbal Aji Daryono, seorang penulis yang kelas menulisnya senantiasa diminati banyak orang. Dalam statusnya yang ujung-ujungnya jualan buku, dia menceritakan pandangan Habib Rizieq Shihab soal Syiah. Aha! Inilah Kartu As yang saya lupakan. Saya baru mengingatnya saat membaca status facebook Mas Iqbal.
Seperti diketahui, bagi sebagian umat Islam Habib Rizieq Shihab merupakan Imam Besar Umat Islam yang dihormati. Boleh jadi, jika beliau yang menerangkan, umat Islam akan mengerti bahwa Syiah itu ada yang kafir dan ada yang muslim.
Jika yang menerangkan Quraish Shihab, mungkin sebelum beliau menerangkan, jamaah malah nyinyir duluan. “Apaan sih, Quraish Shihab kan Syiah, pantas aja dia membela Syiah!”. Kalau Habib Rizieq yang menerangkan, mana berani umat Islam nyinyir kepada Imam Besarnya sendiri?
Saya segera membuka Youtube untuk mencari ceramah Habib Rizieq soal Syiah. Saya menemukannya. Dalam sebuah forum, Habib Rizieq menjelaskan tentang Syiah kepada jamaahnya. Dia tidak menyampaikan pendapatnya sendiri, namun menukil keterangan para ulama terdahulu.
***
Pertama, beliau menukil Imam Al Syahrastani dalam kitab Al Milal wa Nihal. Menurut Imam Al-Syahrastani, Syiah terbagi menjadi lima golongan besar: Syiah Ghulat, Syiah Imamiyah, Syiah Zaidiyah, Syiah Kisaniyah, dan Syiah Ismailiyah. Lima golongan besar ini terbagi lagi menjadi cabang-cabang yang lebih kecil sehingga berjumlah sekitar sekitar 30 golongan.
Kedua, beliau menukil Imam Abdul Qahir Al Baghdadi dalam kitab Al Farqu Bainal Firaq. Al Baghdadi mengatakan bahwa seluruh Syiah Ghulat telah keluar dari Islam. Sedangkan Syiah Imamiyah dan Syiah Zaidiyah masih tergolong umat Islam.
Ketiga, beliau menukil Syaikh Ibnu Taimiyah yang mengatakan bahwa seluruh Syiah Ghulat adalah kafir. Kemudian Ibnu Taimiyah menyebutkan mengenai Syiah Rafidhah dan menyatakannya sebagai sesat atau ahli bid’ah. Ibnu Taimiyah menyebutkan satu jenis Syiah lagi yakni Syiah Mutaqaddimun/terdahulu. Menurut Ibnu Taimiyah, Syiah yang hidup pada masa Ali tidak mempersoalkan keutamaan Abu Bakar dan Umar, yang dipersoalkan hanyalah Usman bin Affan. Syiah Mutaqaddimun ini bukan hanya diakui sebagai muslim, namun dipuji oleh Ibnu Taimiyah.
Keempat, beliau menukil Dr. Said Ramadhan Al Buthi mengatakan bahwa Syiah adalah salah satu mazhab dari berbagai mazhab Islam, dan mereka adalah jamaah Islam. Adapun perselisihan dengan Ahlus Sunnah tidak menyebabkan mereka keluar dari Islam. Kecuali Syiah yang melakukan penyimpangan kepada kekafiran, maka mereka kafir.
Kelima, beliau menukil Syaikh Ali Jum’ah yang menerangkan bahwa sebenarnya dibanding perbedaan, antara Ahlu Sunnah dan Syiah lebih banyak persamaannya. Maka dibanding mempertajam perbedaan, lebih baik menguatkan hal-hal yang sama diantara dua kelompok ini.
Keenam, beliau menukil Syaikh Yusuf Qaradhawi yang mengatakan, “Saya termasuk yang tidak mengkafirkan Syiah, namun saya tetap menentang mereka dalam sejumlah masalah yang pokok.” Syaikh Yusuf Qaradhawi tidak mengkafirkan Syiah namun bukan berarti beliau diam. Beliau tetap mengkritisi Syiah.
Ketujuh, beliau menukil Syaikh Ibnu Utsaimin yang mengajak agar sebelum memvonis Syiah, kita melihat terlebih dahulu akidahnya. Jika akidahnya kafir, maka Syiah kafir. Jika akidahnya tidak kafir, hanya amalannya saja yang bid’ah, maka tidak kafir, hanya fasik atau bid’ah. Artinya Syaikh Ibnu Utsaimin pun masih mengakui bahwa ada Syiah yang tidak kafir.
***
Habib Rizieq kemudian menerangkan bahwa dirinya pernah diserang karena membagi Syiah menjadi tiga: Ghulat, Rafidhah, dan Muktadilah. Menurut Habib Rizieq, Ghulat jelas kafir. Rafidhah sesat dan menyesatkan. Muktadilah artinya netral di kalangan Syiah. Habib Rizieq lebih suka menyebut kelompok muktadilah sebagai Syiah Moderat. Tentu saja bukan moderat menurut ukuran Ahlu Sunnah, namun moderat dalam ukuran Syiah.
Menurut Habib Rizieq, Syiah Ghulat menuhankan atau menabikan Ali dan mengatakan Al-Qur’an yang beredar hari ini palsu, maka jelas kekafirannya. Sementara Syiah Rafidhah adalah Syiah yang tidak menuhankan atau menabikan Ali, namun benci dan mencaci maki Sahabat Nabi. Syiah jenis ini adalah kelompok ahli bid’ah dan sesat namun tidak sampai kafir. Menurut Habib Rizieq, tetap ada Syiah yang bukan Ghulat dan bukan Rafidhah, misalnya Zaidiyah. Fakta ini tak bisa diingkari.
Editor: Yahya FR