IBTimes.ID – Surat Al-Fatihah mengandung pembahasan tentang tauhid, janji dan ancaman, ibadah, jalan menuju kebahagiaan dunia akhirat, dan kisah-kisah dari orang-orang terdahulu. Lima hal tersebut juga dikandung di dalam Alquran secara umum sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al-Manar.
Ayat pertama yang berbunyi “Alhamdulillah…” adalah ayat yang menggambarkan tentang tauhid. Menurut penulis Tafsir Al-Manar, sebagaimana dikutip oleh Kang Boy, setiap pujian harus dikembalikan kepada Allah.
“Pujian itu bukan untuk kita, tapi untuk Allah. Maka kita kembalikan pujian itu kepada Allah,” tegas Kang Boy dalam Ngaji Kitab Bareng Kang Boy #5.
Menurut keterangan Kang Boy, Allah berkata bahwa semua bentuk pujian itu bersumber dari Allah. Maka tidak benar sebuah pujian kecuali ada pengakuan terhadap Allah. Allah wajib diberikan predikat “hamdun” atau pujian.
Karena Allah yang telah memberikan nikmat penciptaan, nikmat eksistensi, nikmat pendidikan, dan nikmat pemeliharaan. Hal tersebut ditambahkan dengan kalimat “Robbil ‘Alamiin” atau Penguasa semesta alam.
Dalam Tafsir Al-Manar dijelaskan bahwa makna kata “Robb” itu tidak hanya raja dan pemilik saja. Namun juga ada makna pendidikan dan pemeliharaan. Maka terlampau jelas bahwa semua nikmat yang diterima oleh manusia di dalam dirinya sendiri dan di luar dirinya sendiri berasal dari Allah.
Tauhid adalah hal yang paling penting yang diajarkan oleh agama. Maka, tidak cukup jika dijelaskan hanya dengan satu isyarat di dalam Surat Al-Fatihah. Maka, penyempurnaannya adalah dengan firman-Nya yang berbunyi “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” yang artinya hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.
“Meminta pertolongan kepada selain Allah adalah akar dari semua kemusyrikan dan kekafiran. Yang pada saat ayat itu turun, hal tersebut terjadi merata di semua bangsa. Syirik adalah mengambil auliya’ dari selain Allah,” imbuh Kang Boy sambil membaca Tafsir Al-Manar.
Kang Boy mengartikan auliya’ dengan lebih dari sekedar pemimpin. Mereka meyakini adanya kekuasaan barang-barang yang tidak terlihat selain Allah. Berdoa kepada selain Allah dan meminta pertolongan kepadanya atas permasalahan-permasalahan mereka di dunia.
Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in adalah perlawanan terhadap kemusyrikan dan bentuk penjelasan rinci dari hal yang global dalam ayat sebelumnya.
Adapun terkait dengan janji, Kang Boy menyebut bahwa janji terselip di dalam kalimat bismillah ar-rohman ar-rohim. Allah menyebutkan kata Rahmat di awal Surat Al-Fatihah. Rahmat itulah yang meluas menjadi janji kebaikan-kebaikan, dan diulangi lagi untuk kali yang kedua sebagai peringatan bagi kita.
“Bisa beribadah dan memperoleh kenikmatan tauhid adalah bentuk dari rahmat dari Allah kepada kita semua. Karena ibadah dan tauhid tiada lain adalah untuk kemaslahatan dan kebaikan kita. Maka dalam Al-Quran disebutkan bahwa jika kamu berbuat baik, perbuatan baik itu untuk dirimu sendiri. Begitu juga sebaliknya,” imbuh Kang Boy.
Kang Boy menjelaskan bahwa Allah tidak butuh ibadah kita. Ibadah itu adalah untuk diri kita sendiri. Perkataan “Maliki yaumiddin” mengandung janji dan ancaman sekaligus. Karena makna “diin” adalah menundukkan diri. Orang beragama seharusnya tawadhu’. Jika segala dimensi kehidupannya digerakkan oleh Allah, maka ia akan merasa tidak memiliki apa-apa.
Dalam Tafsir Al-Manar dijelaskan bahwa pada hari itu tidak ada kekuasaan selain Allah secara mutlak. Tidak ada yang menyelisihi lagi. Bahkan orang-orang yang dikenal berilmu, pada hari itu menundukkan diri secara total dan pasrah. Mereka menyadari bahwa Kemahakuasaan Tuhan itu sangat besar, baik secara lahir maupun batin.
Reporter: Yusuf
Simak video lengkapnya disini: