Opini

Tafsir An-Nur, Warisan Intelektual Hasbi Ash-Shiddieqy

3 Mins read

Sejarah penafsiran Al-Qur’an tidak dapat dipisahkan dari upaya umat Islam untuk memahami pesan ilahi sesuai konteks zaman dan tempat. Di Indonesia, perkembangan tafsir memiliki warna tersendiri karena dipengaruhi oleh tradisi lokal, kondisi sosial-politik, serta semangat pembaharuan Islam. Salah satu tokoh penting dalam perjalanan tafsir di Nusantara adalah Prof. Dr. Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, seorang ulama pembaharu dari Aceh yang menulis Tafsir An-Nur.

Tafsir ini tidak hanya menjadi rujukan akademis, tetapi juga menjadi jembatan bagi umat Islam Indonesia dalam memahami Al-Qur’an melalui bahasa mereka sendiri. Karya monumental tersebut lahir di tengah dinamika perguruan tinggi Islam, kebangkitan intelektual, dan tuntutan zaman modern.

Biografi Singkat Hasbi Ash-Shiddieqy

Hasbi Ash-Shiddieqy lahir pada 10 Maret 1904 di Lhokseumawe, Aceh Utara. Ia berasal dari keluarga ulama dan dikenal sebagai keturunan ke-36 dari Abu Bakar ash-Shiddiq. Sejak kecil, Hasbi ditempa dalam suasana keilmuan yang kuat meskipun harus menghadapi tantangan hidup, termasuk kehilangan ibunya di usia dini. Pendidikan awalnya ditempuh di pesantren ayahnya, lalu berlanjut ke berbagai pesantren di Aceh hingga akhirnya belajar di Madrasah al-Irsyad, Surabaya, yang dipimpin ulama modernis Ahmad Surkati.

Pendidikan ini membentuk cara pandangnya yang progresif dan rasional. Setelah kembali ke Aceh, Hasbi terlibat aktif dalam pendidikan, dakwah, dan politik. Ia memimpin sekolah, berdakwah menentang praktik syirik dan khurafat, bahkan pernah duduk dalam konstituante. Hasbi juga dikenal sebagai penulis produktif dengan 73 karya besar dalam bidang fiqih, tafsir, hadis, hingga tauhid. Ia wafat pada 9 Desember 1975 dan dimakamkan di Jakarta, meninggalkan warisan intelektual yang sangat berharga.

Lahirnya Tafsir An-Nur

Tafsir An-Nur mulai ditulis Hasbi pada tahun 1952 hingga 1961. Proses penyusunannya tidaklah mudah karena dilakukan di sela-sela kesibukan beliau sebagai dosen, dekan, politisi, dan pendidik. Meski demikian, dengan semangat tinggi, Hasbi berhasil menuliskan tafsir lengkap Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia.

Baca Juga  Buya Hamka dan Polemik dengan Kaum Adat Minangkabau Pertengahan Abad 20

Motivasi penulisan tafsir ini antara lain:

  1. Menyediakan tafsir dalam bahasa Indonesia agar umat lebih mudah memahami Al-Qur’an.
  2. Mendukung perkembangan perguruan tinggi Islam yang membutuhkan literatur modern.
  3. Memperbanyak karya literatur Islam lokal sebagai bagian dari kebudayaan Nusantara.

Edisi pertama Tafsir An-Nur diterbitkan oleh penerbit Bulan Bintang Jakarta pada 1951 dalam 30 jilid (setiap jilid satu juz). Pada tahun 2000, tafsir ini dicetak ulang dalam edisi revisi.

Sistematika dan Metode Penafsiran

Metode yang dipakai Hasbi adalah tartib mushafi, yakni menafsirkan Al-Qur’an sesuai urutan mushaf dari al-Fatihah hingga an-Nas. Beberapa ciri penafsirannya antara lain:

  • Memberikan pengantar setiap surah: nama, jumlah ayat, asbab al-nuzul, tujuan, dan kaitan dengan surah sebelumnya.
  • Menyajikan terjemahan sederhana agar mudah dipahami pembaca.
  • Menggunakan metode tafsir al-Qur’an bil Qur’an, yaitu menjelaskan ayat dengan ayat lain yang terkait.
  • Menyertakan asbab al-nuzul jika ada riwayat sahih.

Contoh penafsirannya tampak pada QS. al-Baqarah ayat 23. Hasbi menekankan tantangan Allah kepada kaum yang meragukan Al-Qur’an untuk membuat satu surah serupa, sekaligus menguraikan konteks historis dan makna teologisnya dengan bahasa yang lugas.

Corak Penafsiran

Tidak seperti banyak mufassir lain yang cenderung bercorak fiqih, tasawuf, atau kalam, Tafsir An-Nur bersifat umum dan netral. Hasbi sengaja menghindari uraian panjang lebar yang bersifat ilmiah atau spekulatif agar tafsir tetap fokus pada maksud ayat.

Corak umum ini justru menjadi kekuatan Tafsir An-Nur karena mampu mencakup berbagai bidang sekaligus, tanpa terjebak pada mazhab tertentu. Dengan demikian, karya ini bisa diakses oleh berbagai kalangan umat Islam di Indonesia, baik dari kalangan akademisi, santri, maupun masyarakat awam.

Signifikansi Tafsir An-Nur dalam Konteks Nusantara

Kehadiran Tafsir An-Nur memiliki arti penting bagi sejarah intelektual Islam di Indonesia:

Baca Juga  Puasa dalam Perspektif Agama-Agama

Pertama, Bahasa dan Konteks Lokal. Dengan menggunakan bahasa Indonesia, tafsir ini menjembatani umat agar lebih dekat dengan pesan Al-Qur’an. Hal ini berbeda dengan tradisi klasik yang umumnya ditulis dalam bahasa Arab.

Kedua, Mendorong Tradisi Akademik. Tafsir ini mendukung tumbuhnya studi Al-Qur’an di perguruan tinggi Islam Indonesia. Kehadirannya memberi landasan ilmiah yang kokoh bagi pengembangan tafsir Nusantara.

Ketiga, Warisan Intelektual Modernis. Hasbi dikenal sebagai ulama pembaharu. Melalui tafsir ini, ia menawarkan pendekatan yang lebih rasional, sederhana, dan kontekstual, sesuai kebutuhan umat Islam di tengah modernitas.

Keempat, Inspirasi bagi Generasi Baru. Karya ini membuka jalan bagi lahirnya tafsir-tafsir lain di Indonesia, sekaligus menegaskan bahwa umat Islam Nusantara mampu menghasilkan karya monumental yang diakui secara luas.

Penutup

Tafsir An-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy merupakan salah satu pilar penting dalam tradisi tafsir Al-Qur’an di Indonesia. Melalui karya ini, Hasbi tidak hanya berperan sebagai mufassir, tetapi juga sebagai pembaharu yang berupaya menyatukan nilai-nilai Islam universal dengan konteks lokal Nusantara.

Dengan metode yang sederhana, netral, dan fokus pada pemahaman ayat, Tafsir An-Nur berhasil memberikan kontribusi besar dalam membumikan Al-Qur’an di Indonesia. Hingga kini, karya tersebut tetap relevan sebagai bacaan akademis maupun spiritual, sekaligus menjadi bukti bahwa intelektual Muslim Indonesia mampu berdiri sejajar dengan tradisi keilmuan Islam global.

Editor: Soleh

Izzat Ibrahim Imammudin Mohtar
6 posts

About author
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an dan Sains Al-Ishlah (STIQSI) Lamongan
Articles
Related posts
Opini

Sumatera Tenggelam atau Tenggelam dalam Tafsir

4 Mins read
Banjir bandang dan tanah longsor wilayah Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara Bencana banjir bandang dan tanah longsor yang melanda wilayah Aceh,…
Opini

Hutan, Bencana, dan Pesan Langit: Sebuah Refleksi Ekologis

3 Mins read
Bencana banjir dan longsor yang melanda Sumatra pada akhir November 2025 kembali membuka mata kita bahwa alam tengah memberi tanda yang tidak…
Opini

Meluruskan Narasi “Sekolah itu Scam”

3 Mins read
Beberapa waktu lalu media sosial ramai dengan narasi “Sekolah itu Scam”. Narasi ini pertama kali populer setelah dilontarkan oleh influencer ternama, Timothy…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *