Tafsir

Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, Masterpiece Imam Al-Baidhawi

4 Mins read

Kitab Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya Al-Baidhawi merupakan salah satu tafsir klasik yang terkenal karena kedalaman penjelasannya terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Salah satu aspek yang membedakan tafsir ini adalah corak bahasa yang digunakan oleh Al-Baidhawi. Beliau memilih gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, mampu menyampaikan pemahaman yang jelas tanpa mengurangi kedalaman esensi ayat-ayat Al-Qur’an.

Corak bahasa Al-Baidhawi sangat sistematis, menggabungkan penjelasan linguistik dengan aspek teologis yang kuat. Dalam setiap penafsirannya, ia berusaha mengaitkan makna ayat dengan konteks sosial dan historis, memberikan wawasan yang aplikatif untuk kehidupan sehari-hari.

Al-Baidhawi juga menggunakan pendekatan yang lebih pragmatis, menjelaskan makna ayat dengan gaya yang tidak terlalu abstrak atau metaforis, tetapi tetap membuka ruang bagi refleksi mendalam. Penjelasannya tentang sebab-sebab turunnya ayat (asbab al-nuzul) dan hubungannya dengan realitas sosial pada masa itu semakin memperkaya pemahaman pembaca.

Karya ini menjadi salah satu referensi utama dalam studi tafsir, karena gaya bahasa Al-Baidhawi yang mampu menyentuh berbagai kalangan, dari ilmuwan hingga pembaca awam, untuk memahami pesan Al-Qur’an dengan cara yang menarik dan mudah diterima.

Sekilas tentang Imam al-Baidhawi

Nama lengkap al-Baidhawi adalah Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Ali al-Baidhawi al-Syafi’i al-Syirazi. Namun Namanya lebih dikenal dengan al-Baidhawi, dinisbatkan pada tempat kelahirannya desa al-Baidha. Beliau juga sering dipanggil dengan sebutan al-Qadhi, dinisbatkan kepada profesi beliau sebagai qadhi (hakim agung) di kota Syiraz yang pernah dijabatnya selama beberapa tahun.

Ahli fiqih ini hidup dan dibesarkan di lingkungan penganut Sunni bermadzhab Syafi’i, yang juga dikelilingi oleh penganut Syi’ah dan Mu’tazilah. Sehingga beliau tumbuh menjadi penganut madzhab Syafi’i yang fanatik. Hal ini dapat dilihat pada setiap pemikirannya yang cenderung kembali ke madzhab Ahli Sunnah.

Baca Juga  Safari Intelektual Para Pemikir Muslim Moderat

Dalam masalah pendidikan, sesungguhnya al-Baidhawi merupakan seorang penuntut ilmu yang giat dan pelajar yang alim. Berbagai cabang ilmu keislaman dipelajarinya secara mendalam mulai dari ilmu fiqih, mantiq, filsafat, kalam, bahasa Arab, sastra, serta ilmu-ilmu syara’ dan hukum, Tidak heran kalau al-Baidhawi mempunyai banyak predikat tidak hanya sebagai seorang faqqih, muhaddits, ataupun mufassir. Namun beliau juga seorang teolog dan ahli fiqih yang juga mahir di bidang debat dan etika berdiskusi.

Tentunya dalam proses pendidikan tersebut, beliau mempunyai beberapa guru dan murid yang cukup terkenal. Di antara beberapa guru al-Baidhawi yang terkenal adalah: Imam Abu Qasim, Syaikh Syarifuddin, dan Syaikh Muhammad bin Muhammad al-Kahtai. Sedangkan untuk murid-murid beliau adalah: Syaikh Imam Fakhruddin, Syaikh Kamaluddin, Syaikh Jamaluddin, Tajuddin al-Hanki, dan lain sebagainya.

Tentang Kitab Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil

Kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil merupakan masterpiece Imam al-Baidhawi yang cukup dikenal oleh umat Islam. Alasan al-Baidhawi menulis kitab ini adalah sebagaimana yang beliau tuliskan dalam muqaddimah kitab, bahwa ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling tinggi derajatnya. Tafsir merupakan pemimpin, pondasi, dan dasar bagi ilmu agama lainnya.

Tentunya perkataan al-Baidhawi ini dapat dilihat sebagai bentuk ketertarikannya atas keunggulan dan signifikasi ilmu tafsir, karena dengan peranannya sebagai pondasi bagi ilmu-ilmu keagamaan, tafsir turut ikut andil dalam menentukan eksistensi ilmu-ilmu tersebut.

Kitab tafsir ini merupakan salah satu kitab tafsir yang mencoba memadukan penafsiran bi al-ma’thur dengan bi al-Ra’yi sekaligus. Dalam hal ini, al-Baidhawi tidak hanya memasukkan Riwayat-riwayat dari Nabi yang menjadi ciri khas penafsiran bi al-Ma’thur, namun juga menggunakan ijtihad untuk memperjelas analisisnya ataupun argumentasinya. Model seperti ini dinilai dapat mempermudah pemahaman dan pengamalan akan petunjuk kitab suci tersebut, karena mufassir tidak hanya mengutip pendapat ulama terdahulu,melainkan juga menggunakan tinjauan dari pengetahuan sendiri.

Baca Juga  Mental Kepiting dalam Al-Qur’an

***

Dari segi sistematika penyusunannya, kitab tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil yang terdiri dari dua jilid ini diawali dengan menyabutkan basmalah, tahmid, penjelasan tentang kemu’jizatan Al-Qur’an, signifikasi ilmu tafsir, latar belakang penulisan kitab, baru kemudian uraian penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dengan metode al-Baidhawi tersendiri. Di akhir kitabnya, al-Baidhawi menjelaskan tentang keunggulan kitab karyanya, mengungkapkan harapan agar kitab tersebut dapat dimanfaatkan oleh pelajar. Bacaan tahmid dan shalawat menjadi penutup dari kitab ini.

Untuk struktur analisis tafsir, sebagaimana kebanyakan kitab-kitab tafsir pada masa itu, tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil ini menggunakan metode tahlili, yang berupaya menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an berdasarkan urutan-urutan mushaf Usmani. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an, beliau menggunakan berbagai sumber, di antaranya adalah ayat Al-Qur’an, hadis Nabi, pendapat para sahabat dan tabi’in, dan pandangan ulama sebelumnya.

Selain itu, penggunaan tata bahasa dan qira’at juga menjadi suplemen utama guna penguatan analisis dan penafsiran. Begitupun juga keberadaan cerita-cerita israiliyat dapat ditemukan walau penggunaanya diminimalisir oleh al-Baidhawi.

Corak Bahasa Al-Baidhawi dalam Tafsirnya

Berikut adalah contoh ayat dari Al-Qur’an dan penafsirannya menurut al-Baidhawi dalam Tafsir Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil.

اللَّهُ لَا إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ ۚ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ.

Dalam kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, corak bahasa yang digunakan cenderung lugas dan elegan, namun tetap mengandung kedalaman makna. Penafsiran terhadap surat al-Baqarah ayat 255 di atas menggunakan gaya bahasa yang menggabungkan penjelasan filosofis dan teologis.

Baca Juga  Said Nursi Baiduzaman: Ulama Sufi yang Memiliki Visi Ekologi

Al-Baidhawi menjelaskan dengan kata-kata yang mudah dimengerti, namun sarat akan makna yang lebih mendalam. Contohnya, dalam penafsirannya terhadap kata “Al-Hayy” (Maha Hidup) dan “Al-Qayyum” (Maha Berdiri Sendiri), beliau menggunakan bahasa yang menekankan ketidakberbatasan sifat Allah, yang mana kehidupan-Nya tidak bergantung pada waktu atau keadaan apa pun.

Kemudian pada bagian لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ, Al-Baidhawi menggunakan corak bahasa yang menggambarkan Allah sebagai Tuhan yang tidak memiliki sifat kelemahan, seperti halnya makhluk-Nya yang memerlukan tidur atau istirahat. Penjelasan ini memperlihatkan keteguhan dan kesempurnaan sifat-Nya dengan cara yang memudahkan pemahaman pembaca tanpa mereduksi keagungan-Nya.

Selanjutnya, dalam penafsirannya tentang لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ, Al-Baidhawi menekankan pentingnya pemahaman bahwa segala sesuatu di dunia ini milik Allah semata, dan kekuasaan-Nya yang meliputi segala ciptaan. Bahasa yang digunakan memberikan kesan bahwa Allah adalah pemilik sejati dari segala yang ada, menciptakan dan mengaturnya dengan penuh kuasa dan kebijaksanaan.

Sehingga secara keseluruhan, Al-Baidhawi menggunakan corak bahasa yang jelas, sistematis, dan terstruktur dengan baik, memberikan penafsiran yang tidak hanya memahami makna tekstual tetapi juga mendalam dalam segi spiritual dan intelektual. Sekian.

Editor: Soleh

Muhammad Rifqi al Hanif
2 posts

About author
Mahasiwa STIQSI Lamongan
Articles
Related posts
Tafsir

QS al-Mu'minun Ayat 18: Tiga Watak Hujan

4 Mins read
Ramadhan 1446 kali ini dan Idul Fitri 1446 yang akan datang, masyarakat Muslim di wilayah Indonesia masih berada di musim penghujan. Jika…
Tafsir

Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Kebodohan

6 Mins read
Di antara kita kadang berbuat bodoh di dunia ini. Kebodohan ini sering kali terjadi bukan karena kita tidak berilmu, namun karena karakter…
Tafsir

Makna Ummi: Benarkah Nabi Muhammad Buta Huruf?

3 Mins read
Nabi Muhammad adalah sosok yang membawa perubahan besar dalam sejarah peradaban manusia. Sebagai seorang Rasul terakhir, beliau menyampaikan wahyu yang kemudian menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *