Tafsir

Tafsir At-Tanwir (1): Tafsir Al-Qur’an Kontemporer

4 Mins read

Tafsir At-Tanwir adalah kitab tafsir al-Qur’an kontemporer yang ditulis oleh Tim Penyusun Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tafsir At-Tanwir ini pertama kali terbit pada tahun 2016.

Sejak diluncurkan untuk pertama kalinya pada Selasa 13 Desember 2016, Tafsir At-Tanwir telah banyak menerima permintaan untuk dicetak ulang. Permintaan dari berbagai kalangan atas tafsir ini menandakan bahwa Tafsir At-Tanwir mendapatkan respons positif masyarakat luas, khususnya umat Islam.

Terbitnya Tafsir At-Tanwir merupakan amanah Muktamar Satu Abad di Yogyakarta tahun 2010. Sebelum terbit utuh dalam bentuk buku, Tafsir At-Tanwir sebenarnya telah dimulai terlebih dahulu dalam bentuk artikel tafsir yang dimuat di Majalah Suara Muhammadiyah (SM).

Tafsir At-Tanwir

Pada mulanya Tafsir At-Tanwir ditargetkan selesai ditulis dalam waktu 50 tahun ke depan. Target penyelesaian keseuruhan Juz dalam al-Qur’an yang cukup lama tersebut dilatarbelakangi oleh tim penyusun yang terbatas. Mereka terdiri dari berbagai macam disiplin keilmuan.

Kemudian dengan menerima saran dan pertimbangan jumlah tim penulis Tafsir At-Tanwir ini ditambah pada penulisan juz-juz berikutnya sehingga target penyelesaian Tafsir At-Tanwir ini diperkirakan dapat diselesaikan kira-kira hanya 7 tahun saja. Karena Tafsir At-Tanwir ditulis dalam bentuk perjilid pada masing-masing Juznya, sehingga diperkirakan Tafsir At-Tanwir kelak jika sudah selesai akan terdiri dari 30 jilid untuk masih-masing Juznya.

Pada jilid satu untuk Juz pertama yang menjadi objek dalam penelitian ini memuat dua surat yaitu Surat Al-Fatihah ayat 1-7 dan Surat Al-Baqarah ayat 1-141. Adapun ketebalan pada jilid pertama dari Tafsir At-Tanwir ini 492 halaman.

Jika masing-masing jilid dari 30 Juz memiliki ketebalan yang sama maka jumlah halaman total dari Tafsir At-Tanwir ini diperkirakan bisa mencapai lebih dari 14 ribu halaman. Maka tidak heran banyak yang menyebut bahwa Tafsir At-Tanwir merupakan karya monumental Muhammadiyah.

Baca Juga  Ulama Ideal Menurut Al-Qur'an: Saintis, Fakih dan Sufi

Latar Belakang Nama “at-Tanwir”

Penggunaan nama yang dipilih yaitu kata “at-Tanwir” pada Tafsir at-Tanwir didasarkan pada pertimbangan kata yang menggambarkan jati diri dan ciri Muhammadiyah dan atau kata dalam al-Qur’an serta mudah diucapkan dan mencerminkan filosofi Muhammadiyah. Kata “at-Tanwir” sendiri berarti Pencerahan.

Menurut Muhammad Amin, salah satu Tim penyusun Tafsir At-Tanwir, mengatakan bahwa Tanwir itu dapat diartikan sebagai pencerahan. Jadi Tafsir At-Tanwir ini juga diharapkan dapat memberi pencerahan. Al-Qur’an sebagai hudan lil-muttaqin, petunjuk bagi orang yang bertaqwa, juga di sisi lain sebagai hudan lin-naas, petunjuk bagi manusia. Maka mudah-mudahan tafsir ini juga dapat memberi pencerahan bagi manusia secara umum”.

Dengan demikian, besar harapannya agar Tafsir at-Tanwir benar-benar dapat memberikan pencerahan bagi warga Muhammadiyah pada khususnya dan umat Islam Indonesia pada umumnya. Makna filosifis yang terkandung di dalam penggunaan nama at-Tanwir sendiri sejalan dengan prinsip yang selama ini menjadi ciri khas Muhammadiyah yaitu sebagai gerakan Islam Berkemajuan.

Arti dari kata at-Tanwir ini juga yang kemudian digunakan sebagai judul filem biografi dan perjuangan KH. Ahmad Dahlan yang berjudul “Sang Pencerah” (2010). Bahkan menurut Ketua Umum Muhamamdiyah, Haedar Nashir, menyatakan bahwa Muhammadiyah memandang bahwa Islam merupakan agama yang mengadung nilai-nilai kemajuan untuk mewujudkan kehidupan umat manusia yang tercerahkan.

Tim Penyusun

Lebih lanjut ia menyatakan:

“Kemajuan dalam pandangan Islam adalah kebaikan yang serba utama, yang melahirkan keunggulan hidup lahiriah dan ruhania… Dalam perspektif Muhammadiyah, Islam merupakan agama yang berkemajuan (din al-hadlarah), yang kehadirannya membawa rahmat bagi semesta kehidupan. Islam yang berkemajuan memancarkan pencerahan bagi kehidupan. Islam yang berkemajuan dan melahirkan pencerahan secara teologis merupakan refleksi dari nilai-nilai transendensi, leberasi, emansipasi, dan humanisasi…” (Haedar Nashir: 2016)

Baca Juga  Tafsir Al-Jāmi’ Li Ahkām Al-Qur’ān: Penulis, Metode, dan Corak

Hal inilah yang juga terpancar dari penggunaan nama karya monumental Muhammadiyah, yaitu Tafsir at-Tanwir yaitu tafsir yang diharapkan mampu menghadirkan penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang membawa pencerahan. Tafsir at-Tanwir juga dikenal sebagai tafsir al-Qur’an responsif, yaitu tafsir al-Qur’an yang mampu memberikan solusi dan jawaban terhadap berbagai problem-problem aktual kekinian. 

Tim pemyusun Tafsir At-Tanwir jilid 1 terdiri dari 14 orang. Masing-masing penyusun memiliki latar belakang keilmuan yang berbeda-beda. Ke-14 orang tersebut adalah:
1. Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc., M.Ag.,
2. Prof. Dr. Syamsul Anwar, MA.,
3. Prof. Dr. Muh. Zuhri, MA.,
4. Prof. Dr. Salman Harun,
5. Prof. Dr. Rusydi, A.M.,
6. Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag.,
7. Prof. Drs. Sa’ad Abdul Wahid,
8. Dr. Hamim Ilyas, M.Ag.,
9. Dr. Agung Danarto, M.Ag.,
10. Dr. Muhammad Amin, Lc., MA.,
11. Dr. Ustadi Hamzah, M.Ag.,
12. Dra. Siti Aisyah, M.Ag.,
13. Aly Aulia, Lc., M.Hum., dan
14. Muhammad Dzikron, Lc. M.Hum.

Tafsir Al-Qur’an Kontemporer

Tafsir At-Tanwir lahir untuk merespon berbagai macam problematika kekinian yang melanda Indonesia. Dalam kata pengantarnya, tim penulis Tafsir At-Tanwir menegaskan bahwa, bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi berjibun problem dan permasalahan yang sifatnya multi kompleks.

Problem dan permasalahan tersebut meliputi kemiskinan, kesempatan kerja yang sempit, sumber daya yang belum memadai dan jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa lain, masih rendahnya indeks pembangunan manusia, relasi gender yang masih bias, penegakan hukum yang belum berkeadilan, masalah hak asasi manusia, maraknya praktik korupsi yang merusak sendi kehidupan ekonomi dan sosial bangsa dan penyelenggaraan Negara yang belum memenuhi tuntutan masyarakat.

Selain itu, Tim penulis Tafsir At-Tanwir juga melihat bangsa Indonesia saat ini dipenuhi berbagai macam persoalan seperti banyaknya pertikaian antar kelompok, kerusakan sosial, munculnya berbagai macam aliran keagamaan sempalan, masalah lingkungan hidup, merajalelanya kriminalitas seperti pembunuhan, kekerasan dalam rumah tangga termasuk pada anak, jual beli manusia (perempuan), degradasi moral, meningkatnya budaya konsumeristik dan gaya hidup hedonis, perjudian, narkoba sampai masalah bencana alam, baik karena faktor alam maupun karena ulah manusia.

Baca Juga  Asal-usul Pengharaman Khamr

Menurut Tim penulis Tafsir At-Tanwir, muncul dan berkembangnya berbagai macam problem di atas yang melanda bangsa Indonesia saat ini, membutuhkan penanganan dan usaha yang multidimensional dan berkebersamaan. Dalam memecahkan problem-problem tersebut setiap segmen masyarakat dapat mengambil bagian dan perannya sesuai dengan keadaan dan kapasitas masing-masing. 

Di sinilah, Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar dapat memainkan berbagai peran dalam memecahkan problem-problem bangsa Indonesia tersebut. Dan salah satu langkah yang Muhammadiyah ambil adalah memanfaatkan modal simbolis berupa tuntunan yang dapat digali dari kitab suci al-Qur’an.

Dari latar belakang tersebutlah kemudian Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid menulis kitab Tafsir At-Tanwir ini. Sebuah tafsir Al-Qur’an kontemporer. (bersambung)

Editor: Nabhan

Avatar
22 posts

About author
Dosen Universitas Aisyiyah Yogyakarta.
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds