Tafsir

Tafsir Bidadari di Kitab Daqoiqul Akhbar

3 Mins read

Dalam dunia pesantren, sering diajarkan berbagai kitab yang wajib dipelajari. Satu di antaranya yaitu Kitab Daqoiqul Akhbar. Kitab Daqoiqul Akhbar merupakan kitab yang sangat populer di kalangan dunia pesantren. Biasanya, dikaji di kelas wustho (pertengahan). Kitab ini juga mengulas lengkap tentang ilmu eskatologi. Ilmu eskatologi diambil dari bahasa Yunani Eschatos yakni bagian dari ilmu teologi dan filsafat yang membahas masa depan pasca kiamat.

Tentunya setiap agama memiliki perspektif yang berbeda-beda tentang dunia pasca kiamat, termasuk Islam yang memiliki pembahasan yang kompleks terkait topik ini.

Kitab Daqoiqul Akhbar memiliki pembahasan yang sangat kongkret, mengenai pembahasan metafisik. Kitab ini dimulai dari bab penciptaan hingga sampai paska kiamat. Kitab ini menerangkan banyak sekali kejadian yang tidak bisa kita nalar.

Seperti kejadian ketika Nabi Adam as saat diciptakan hingga fase manusia berkumpul di surga bersama para Nabi dan Rasul. Kitab ini ditulis langsung oleh Abdurrohim ibn Ahmad al-Qodhiy. Entah bagaimana bisa kitab ini tersebar luar dan mahsyur. Saya meyakini beliau yang menyusun kitab ini adalah salah satu wali Allah yang diberi kemampuan ilmu khusus dalam menceritakan kejadian- kejadian gaib.

Selain itu, beliau juga merupakan ahli hadis terkemuka pada saat itu. Dalam setiap kutipanya, selalu diberi sanad yang jelas dari sahabat Rasulullah Saw. Kemudian yang kita bahas kali ini bukanlah kehidupan pasca kiamat, namun lebih spesifik kepada Makhluk Allah Swt yang bernama Bidadari.

Bidadari merupakan makhluk Allah yang paling special. Dia diciptakan untuk hambanya yang taat kepadanya dan juga untuk umat paling dicintainya, yakni umat Nabi Muhammad Saw.

***

Allah Swt berfirman:

Kabarkanlah kepada hambaku yang bersabar dan beriman juga beramal saleh. Sesungguhnya mereka akan dimasukkan ke dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka mengatakan “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci (azwajun muthoharoh) dan mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Baqarah: 25).

Baca Juga  Tafsir Al-Jāmi’ Li Ahkām Al-Qur’ān: Penulis, Metode, dan Corak

Di Tafsir Jalalain yang ditulis oleh Imam Jalaludin Suyuthi dan Jalaluddin al-Mahalli, tertulis bahwa makna kalimat kata azwajun muthoharoh tersebut adalah istri yang suci dan terbebas dari haid dan kotoran lainnya. Yang secara tidak langsung menyindir soal bidadari.

Bidadari diciptakan oleh Allah dalam kitab Daqoiqul Akhbar ada empat macam warna; yakni, berwarna putih, hijau, kuning, juga merah.

Selain itu, tubuh dari bidadari diciptakan dari minyak jafaron, misik, ‘anbar, juga kafur. Begitupun rambutnya, diciptakan dari sutra yang paling halus, Tangan dan kakinya hingga lutut diciptakan dari minyak zafaron dan minyak wangi lainya. Kedua payudaranya diciptakan dari minyak misik yang harum.

Begitupun lehernya dari minyak ‘anbar hingga kepalanya. Ketika salah satu bidadari meludah di dunia, maka jadilah dunia ini harum seketika. Di dadanya tertulis nama kekasihnya atau suaminya yang ada di dunia dan terdapat asma’ Allah yang mulia.

Di setiap tangan, dihiasi 10 gelang perhiasan dari emas, dan cincin di jari tangannya hingga kakinya juga ikut diberi 10 gelang perhiasan dari emas. Matanya yang menentramkan jiwa. Suaranya yang indah dan elok melebih penyanyi- penyanyi di dunia.

Allah menggambarkan penciptaan tersebut karena Allah sendiri ingin manusia menahan nafsunya. Agar manusia tidak menuruti nafsunya yang akan membawanya ke dalam kehinaan. Serta, mengingatkan kita dengan keindahan penciptaan bidadari.

Adapun karakteristiknya antara lain

Perempuan Suci dan Cantik serta Menundukan Pandangan

Di dalam surga, dikatakan dalam kitab ini bahwa kita nanti tidak akan merasakan sakit dan buang air besar. Semua kotoran kita akan menjadi keringat yang harum seperti keharuman minyak wangi. Istri yang kita miliki di surga dari kalangan bidadari atau manusia yang akan perawan selamanya walaupun disetubuhi berkali-kali dan tidak ada fase melahirkan di sana.

Baca Juga  Hukum Baca Al-Qur'an Pakai Qira’ah Sab’ah

Juga dikatakan istri kita nantinya akan menjadi rupawan dan tidak akan menua sekalipun dan selalu menundukan pandangan untuk suaminya.

Rasulullah Saw bersabda, “Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Harum Semerbak, Sebaya Juga Belum Pernah Disentuh

Dalam hadis Rasulullah dikatakan bahwa bidadari tercipta dari parfum-parfum surga yang jelas harumnya melebihi pengharum di dunia ini. Juga dalam Al-Qur’an dikatakan bidadari yang diciptakan nantinya umur dan tubuhnya menjadi sebaya untuk kita dan belum disentuh makhluk apapun dari golongan jin atau manusia.

Hal ini sesuai hadis Rasulullah Saw, “Sekiranya salah satu bidadari surga datang ke dunia, pasti ia akan menyinari langit dan bumi dan memenuhi antara langit dan bumi dengan aroma yang harum semerbak. Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya” (HR Bukhori dan Muslim).

Itulah Bidadari yang akan disediakan bagi hamba-Nya yang bertakwa kepadanya. Maka, setiap hamba bisa memperoleh ribuan bidadari di surganya Allah kelak. Mudah-mudahan kita diberi taufik oleh Allah Swt untuk selalu istikamah menjadi hambanya yang bertakwa. Sekian.

Krisna Wahyu Yanuarizki
6 posts

About author
Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah TulungagungMahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds