Inspiring

Taqiyuddin An Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir, Penjual Ide Khilafah

3 Mins read

Namanya Taqiyuddin An Nabhani. Ia adalah salah satu tokoh Islam politik terbesar pasca runtuhnya Turki Utsmani. Ia mendirikan partai bernama Hizbut Tahrir. Artinya: partai pembebasan. Berdiri di Palestina pada tahun 1953.

Nama lengkapnya Muhammad Taqiyyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Ideologi partai yang ia dirikan itu ternyata begitu laku hingga ke luar negeri. Termasuk Indonesia. Simpatisan An Nabhani kemudian mendirikan cabang di Indonesia. Namanya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sempat eksis hingga beberapa tahun. Lalu dibubarkan oleh pemerintah tahun 2019 silam.

HTI berdiri pada tahun 1983. Masuknya melalui kampus. Berarti HTI telah eksis selama 36 tahun. Berkampanye di mana-mana. HTI menyuarakan khilafah. Meneruskan Turki Utsmani yang runtuh tahun 1924.

An Nabhani memang tumbuh di suasana itu. Ia lahir tahun 1909. Ketika kekuasaan Utsmani sudah melemah. Digerogoti oleh Barat. Ditambah lagi terseret arus perang dunia. Di tahun 1924, Mustafa Kemal menguasai Turki. Ia kemudian menghapus Kekhilafahan Turki Utsmani untuk selamanya. Sistem kekhilafahan terakhir dalam sejarah manusia. Turki resmi menjadi nation state. Negara modern. Yang kiblatnya Barat.

An Nabhani bukan orang yang tidak melek politik. Ia adalah cucu dari Syeikh Yusuf An Nabhani. Yusuf An Nabhani adalah politisi yang dekat dengan khilafah. Sang kakek banyak sekali mempengaruhi Taqiyuddin An Nabhani. Termasuk mendorong sang cucu untuk pergi ke Mesir, masuk ke Al Azhar.

Di Mesir, menurut Zuhairi Misrawi, An Nabhani aktif di Ikhwanul Muslimin. Gerakan Islam global yang telah lahir lebih dulu. Didirikan oleh Hasan al Banna tahun 1928 di Mesir. Namun, Ikhwanul Muslimin tidak mendukung pembentukan kembali sistem khilafah.

Baca Juga  Perjuangan Gus Dur Mewujudkan Kesetaraan Gender

Konon, karena hal itu, An Nabhani tidak puas. Ia kemudian mendirikan Hizbut Tahrir. Jadi, menurut Zuhairi Misrawi, HT adalah “anak” dari IM. Visi utamanya adalah mendirikan khilafah.

An Nabhani telah menghafalkan Alquran sejak berusia 13 tahun. Sejak kecil, kecerdasannya telah terlihat. Ia aktif mengikuti kajian dan diskusi yang diadakan kakeknya. Ia lahir di daerah Ijzim, Palestina.

Ayah dan ibunya adalah orang yang terdidik dalam lingkungan keislaman. Ayahnya merupakan pengajar ilmu-ilmu syariah di Kementerian Pendidikan Palestina. Latar belakang keluarga seperti itu turut membentuk kepribadiannya sebagai seorang muslim yang tangguh.

Pada tahun 1945, ia dipercaya untuk menjadi hakim di Mahkamah Ramallah, Palestina. Belakangan, ia juga menjadi hakim di Mahkamah Syariah Al Quds.

An Nabhani begitu getol melawan penjajahan Barat terhadap dunia Islam. Ia berusaha agar Islam yang telah mundur kembali meraih kejayaannya. Solusi yang coba ia tawarkan ke dunia Islam adalah kehidupan Islami itu sendiri.

Ia mendirikan Hizbut Tahrir setidaknya dengan dua alasan. Pertama, menjaga kelangsungan kehidupan yang Islami. Kedua, mengemban dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Ia mendambakan kehidupan Islami di bawah naungan daulah Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah. Khalifah ini yang akan menjalankan pemerintahan berdasarkan Alquran dan sunnah.

Melalui Hizbut Tahrir, ia ingin membangkitkan kembali umat Islam dari kemunduran, membebaskan umat dari ide-ide, sistem perundang-undangan, dan hukum-hukum selain Islam, serta membebaskan dari dominasi negara-negara Barat.

Di luar aktivitas politik, An Nabhani juga produktif menulis. Ia menghasilkan puluhan karya buku. Buku-buku tersebut antara lain Nizhamul Islam, At Takattul Al Hizbi, Mahafim Hizbut Tahrir, An Nizhamul Iqthishadi fil Islam, An Nizhamul Ijtima’i fil Islam, Nizhamul Hukm fil Islam, Ad Dustur, Muqaddimah Dustur, Ad Daulatul Islamiyah, Asy Syakhshiyah Al Islamiyah, Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir, dan Nazharat Siyasiyah li Hizbit Tahrir.

An Nabhani meninggal pada 20 Desember 1977 di Beirut.

Baca Juga  Upaya Menyatukan Umat dengan Ketegasan

Gagasan Taqiyuddin An Nabhani yang tegas menjual isu khilafah menarik perhatian banyak aktivis muslim di seluruh dunia. Mereka yang merindukan kembalinya khilafah Islam merasa sevisi dengan Hizbut Tahrir. Selain itu, kampanye Hizbut Tahrir juga cukup berhasil menarik simpati dari berbagai aktivis Islam.

Tak lama kemudian, cabang-cabang Hizbut Tahrir berdiri di berbagai negara. Antara lain Mesir, Lebanon, Yaman, Uni Emirat Arab, Yordania, Arab Saudi, Suriah, Libya, Malaysia, Turki, Rusia, Jerman, Spanyol, Prancis, dan Inggris. Termasuk Indonesia.

Namun, karena yang dijual adalah isu khilafah, ia banyak dilarang. Berbagai negara, baik Timur Tengah maupun Barat, mulai melarang eksistensi Hizbut Tahrir. Alasannya jelas. Sistem khilafah bertentangan dengan sistem negara bangsa. Khilafah mengandaikan sistem kepemimpinan tunggal umat Islam global.

Pemerintah Indonesia membubarkan HTI dengan tiga alasan. Pertama, HTI tidak melaksanakan peran positif untuk mengambil bagian dalam proses pembangunan guna mencapai tujuan nasional. Kedua, HTI terindikasi kuat bertentangan dengan tujuan, azas, dan ciri Pancasila dan UUD 1945. Ketiga, HTI menimbulkan benturan di masyarakat.

Meski Hizbut Tahrir di berbagai negara telah dibubarkan, Taqiyuddin An Nabhani tetap menjadi sosok yang fenomenal. Ia adalah simbol kerinduan umat Islam di berbagai penjuru dunia terhadap sistem khilafah. Meskipun secara organisasi telah dilarang, ideologi khilafah nampaknya tak mudah padam.

Avatar
113 posts

About author
Mahasiswa Dual Degree Universitas Islam Internasional Indonesia - University of Edinburgh
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds