Fikih

Thawaf Wada’ bagi Jemaah Haji Sebelum Keluar Tanah Haram

1 Mins read

IBTimes.ID – Setelah selesai melewati puncak haji, para jemaah haji akan diantar pulang ke hotel/penginapan masing-masing. Sembari menunggu jadwal kepulangan ke tanah air masing-masing, para jemaah haji dianjurkan melaksanakan thawaf wada’.

Thawaf wada’ adalah thawaf perpisahan yang dilakukan oleh umat Islam yang telah selesai melaksanakan semua rukun haji. Thawaf wada’ adalah bentuk penghormatan terakhir terhadap Baitullah rumah Allah di Makkah.

Hukum Thawaf Wada’

Abdul Muiz Ali Wakil Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat dan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi 2023 menyebut, Thawaf wada’ yang artinya perpisahan atau berpamitan, sejatinya ada keterkaitan makna dengan wada’nya/pamitannya Rasulullah pada umatnya saat melaksanakan haji wada’  di tahun 10 hijriyah.

Dalam ketentuan fikih, jemaah haji diperintahkan melakukan thawaf wada’ ketika mereka hendak pulang ke tanah air atau ketika mereka hendak keluar dari Tanah Haram. Thawaf wada’ dapat diartikan perpisahan atau berpamitan dirinya dengan Baitullah di Masjidil Haram, sebagai penanda ia akan pulang dan selesai menyempurnakan ibadah haji.

Menurut Ali di Makkah pada (13/7/23) para ulama berbeda pendapat tentang hukum thawaf wada’. Ada yang menghukumi wajib dan ada juga yang menghukumi sunah.

وَطَوَافُ الْوَدَاعِ فِيهِ قَوْلَانِ (أَصَحُّهُمَا) أَنَّهُ وَاجِبٌ (وَالثَّانِي) سُنَّةٌ فَإِنْ تَرَكَهُ أَرَاقَ دَمًا (إنْ قُلْنَا) هُوَ وَاجِبٌ فَالدَّمُ وَاجِبٌ وَإِنْ قُلْنَا سُنَّةٌ فَالدَّمُ سُنَّةٌ

“Hukum thawaf wada’ dalam ibadah haji ada dua pendapat, pertama—dan ini yang paling sahih—adalah wajib; dan​​​​​​ kedua sunah. Karenanya jika ditinggalkan maka harus menyembelih dam. Jika dikatakan wajib maka menyembelih damnya juga wajib. Tapi jika dikatakan sunah maka menyembelihnya juga sunah.” (Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, juz VIII, halaman 15).

Ali menjelaskan, bagi jemaah haji yang ingin keluar dari Tanah Haram Mekkah, seperti ia hendak jalan-jalan ke Jeddah, ziarah makam Nabi di Madinah, atau tempat lain di luar Tanah Haram, maka sebaiknya ia mengerjakan thawaf wada’ terlebih dahulu sebelum keluar dari Tanah Haram Makkah. Jika kembali ke Makkah lagi, ia diperbolehkan melaksanakan ibadah umrah kembali dengan mengambil miqat di masjid Bir Ali. Atau boleh juga tidak melaksanakan umrah lagi. 

Baca Juga  Kurban untuk Sedekah Korban Covid-19: Tinjauan Ushul Fikih

Sementara bagi jemaah haji, yang keluar dari Tanah Haram Makkah, seperti ia pergi ke Jeddah, Madinah, Thaif atau tempat lain di luar Tanah Haram, sementara ia belum melakukan thawaf wada’ terlebih dahulu, maka ia dianggap menyalahi atau bertentangan dengan hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam;

 لا ينفِرنَّ أحدٌ منكم حتَّى يكونَ آخرَ عهدِه الطَّوافُ بالبيتِ

“Janganlah seseorang di antara kamu pulang melainkan mengakhiri ibadah hajinya dengan thawaf di Baitullah” (HR. Muslim).

(Soleh)

Related posts
Fikih

Bolehkah Mengucapkan Salam kepada Non-Muslim?

3 Mins read
Konflik antar umat beragama yang terus bergelora di Indonesia masih merupakan ancaman serius terhadap kerukunan bangsa. Tragedi semacam ini seringkali meninggalkan luka…
Fikih

Apa Hukumnya Membaca Basmalah Saat Melakukan Maksiat?

2 Mins read
Bagi umat muslim membaca basmalah merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan segala aktivitas. Mulai dari hal kecil hingga hal besar sangat…
Fikih

Bagaimana Hukum Mengqadha' Salat Wajib?

4 Mins read
Dalam menjalani hidup tak lepas dari lika liku kehidupan. Ekonomi surut, lapangan pekerjaan yang sulit, dan beberapa hal lainnya yang menyebabkan seseorang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *