Perspektif

Tiga Fondasi Keluarga Maslahat, Apa Saja?

3 Mins read

Fondasi keluarga yang maslahat adalah fondasi yang kokoh, harmonis, dan mampu membawa kesejahteraan bagi setiap anggotanya. Dalam Islam, keluarga bukan hanya sekadar ikatan biologis, tetapi juga merupakan institusi yang memiliki nilai-nilai luhur yang harus dijaga.

Untuk membangun keluarga yang maslahat, terdapat tiga prinsip utama yang harus diterapkan, yaitu mu’adalah (keadilan), mubadalah (kesalingan), dan muwazanah (keseimbangan). Ketiga prinsip ini menjadi dasar dalam menciptakan keluarga yang harmonis dan mampu menghadapi berbagai dinamika kehidupan.

Mu’adalah (Keadilan)

Mu’adalah atau keadilan dalam keluarga adalah prinsip yang sangat fundamental. Keadilan dalam konteks keluarga tidak hanya berarti memberikan hak yang sama kepada setiap anggota keluarga, tetapi juga memastikan bahwa setiap individu mendapatkan haknya sesuai dengan kebutuhan dan perannya.

Dalam Islam, keadilan bukanlah menyamaratakan segala hal, tetapi lebih kepada menempatkan sesuatu pada tempatnya secara proporsional. Seorang suami harus berlaku adil terhadap istri dan anak-anaknya, baik dalam aspek finansial, emosional, maupun spiritual. Begitu pula seorang istri, ia memiliki hak dan kewajiban yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan keadilan.

Keadilan dalam keluarga juga mencakup pembagian tugas dan peran yang tidak boleh memberatkan salah satu pihak. Jika seorang suami bekerja mencari nafkah, maka ia tidak boleh merasa lebih tinggi dari istrinya yang mengurus rumah tangga. Sebaliknya, istri yang mengurus rumah tangga juga tidak boleh merasa lebih berjasa daripada suami. Keduanya harus saling menghormati peran masing-masing dan berupaya untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam rumah tangga.

Anak-anak juga harus dididik dengan prinsip keadilan, dimana mereka mendapatkan kasih sayang dan perhatian yang sama tanpa ada diskriminasi berdasarkan jenis kelamin atau faktor lainnya. Dengan menerapkan keadilan dalam keluarga, maka akan tercipta suasana yang harmonis dan penuh kasih sayang.

Baca Juga  Melawan Fatwa Kontroversial MUI Bandung Wetan

Mubadalah (Kesalingan)

Selain keadilan, prinsip kedua yang harus dijalankan dalam keluarga adalah mubadalah atau kesalingan. Mubadalah mengacu pada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara anggota keluarga. Dalam Islam, kehidupan rumah tangga bukanlah hubungan satu arah dimana hanya satu pihak yang berperan aktif sementara yang lain pasif. Sebaliknya, setiap anggota keluarga memiliki peran dan kontribusi yang harus diberikan agar tercipta keseimbangan dalam rumah tangga.

Kesalingan dalam keluarga berarti adanya komunikasi yang terbuka antara suami dan istri, antara orang tua dan anak, serta antara sesama anggota keluarga lainnya. Suami harus mendengar dan memahami kebutuhan istri, begitu pula sebaliknya. Kesalingan ini juga mencakup dalam hal pekerjaan rumah tangga, dimana suami tidak boleh merasa bahwa urusan domestik sepenuhnya adalah tanggung jawab istri. Sebaliknya, istri juga harus memahami bahwa suami memiliki tanggung jawab yang besar dalam mencari nafkah.

Dalam mendidik anak, orang tua juga harus saling mendukung dan bekerja sama agar anak-anak dapat tumbuh dengan baik. Kesalingan ini juga mencakup aspek emosional, di mana setiap anggota keluarga harus saling mendukung dalam menghadapi kesulitan dan berbagi kebahagiaan dalam setiap momen kehidupan.

Dengan menerapkan prinsip mubadalah, hubungan dalam keluarga menjadi lebih sehat dan harmonis. Tidak ada dominasi satu pihak atas pihak lain, sehingga tidak ada yang merasa dirugikan atau terpinggirkan.

Kesalingan ini juga mengajarkan nilai empati dan kepedulian dalam keluarga, dimana setiap anggota keluarga memahami kebutuhan dan perasaan satu sama lain. Prinsip ini juga sangat relevan dalam menghadapi tantangan zaman modern, dimana peran dalam keluarga semakin dinamis dan membutuhkan fleksibilitas serta saling pengertian.

Muwazanah (Keseimbangan)

Prinsip ketiga yang tidak kalah penting dalam membangun keluarga maslahat adalah muwazanah atau keseimbangan. Keseimbangan dalam keluarga mencakup berbagai aspek, mulai dari keseimbangan peran dan tanggung jawab, keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan keluarga, hingga keseimbangan antara aspek duniawi dan spiritual. Dalam kehidupan rumah tangga, penting untuk menjaga agar tidak ada salah satu aspek yang terlalu dominan sehingga mengorbankan aspek lainnya.

Baca Juga  Pelajaran Qurban: Perbaiki Cara Mendidik Anak

Keseimbangan peran dalam keluarga berarti bahwa setiap anggota keluarga memiliki tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuannya. Seorang suami tidak boleh terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga mengabaikan keluarganya, begitu pula seorang istri harus mampu menyeimbangkan antara peran domestik dan peran sosialnya.

Orang tua juga harus mampu menyeimbangkan antara mendidik anak dengan memberikan kasih sayang, sehingga anak tidak merasa terlalu dikekang atau terlalu dimanjakan. Dengan menjaga keseimbangan ini, maka keluarga akan terhindar dari konflik yang tidak perlu dan dapat menjalani kehidupan yang lebih harmonis.

Keseimbangan juga diperlukan dalam membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Banyak keluarga yang mengalami masalah karena salah satu anggota terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang memberikan perhatian kepada keluarganya. Oleh karena itu, penting untuk menetapkan prioritas dan mengatur waktu dengan baik agar semua aspek kehidupan dapat berjalan seimbang.

Keseimbangan juga mencakup aspek spiritual, di mana keluarga harus tetap menjaga nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya keseimbangan ini, keluarga dapat menjalani kehidupan yang lebih tenang dan damai.

Membangun Keluarga Maslahat

Membangun keluarga yang maslahat bukanlah hal yang mudah, tetapi dapat dicapai dengan komitmen dan usaha dari setiap anggota keluarga. Prinsip mu’adalah, mubadalah, dan muwazanah harus diterapkan secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari agar tercipta lingkungan keluarga yang harmonis dan penuh berkah.

Keadilan memastikan bahwa setiap anggota keluarga mendapatkan haknya secara proporsional, kesalingan menciptakan hubungan yang sehat dan saling menguntungkan, sementara keseimbangan menjaga agar setiap aspek kehidupan keluarga dapat berjalan dengan baik tanpa ada yang dikorbankan.

Dengan menerapkan ketiga prinsip ini, keluarga tidak hanya menjadi tempat berlindung secara fisik, tetapi juga menjadi tempat yang memberikan ketenangan, kebahagiaan, dan kebersamaan bagi setiap anggotanya.

Baca Juga  Suami Boleh Memukul Istri, Berikut Syaratnya

Keluarga yang maslahat akan menjadi pondasi yang kuat bagi masyarakat yang lebih baik, karena keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran besar dalam membentuk karakter individu. Oleh karena itu, membangun keluarga yang maslahat bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga menjadi bagian dari upaya membangun peradaban yang lebih baik dan beradab.

Editor: Soleh

Abdur Rahmad
3 posts

About author
Alumni Pesantren Nurul Jadid dan Unuja Madura
Articles
Related posts
Perspektif

Sejuta Cerita di Balik Iklan Sirup Marjan

2 Mins read
Kita sama-sama mengamini bahwa iklan Sirup Marjan adalah iklan yang ikonik, unik, visioner, dan limited edition. Ikonik karena penayangannya hanya pada bulan…
Perspektif

Benarkah Nasab Tak Penting bagi Muhammadiyah?

5 Mins read
Perdebatan nasab di kalangan umat Islam Indonesia sangat dahsyat, khususnya tentang habib. Perdebatan ini merembet ke mana-mana, mulai personal, politik sampai sanad…
Perspektif

Kata Siapa Filsafat itu Cuma Omong Kosong?

6 Mins read
Seorang filsuf menyewa perahu untuk menyeberangi sungai. Untuk mengakrabkan, kepada tukang perahu sang filsuf bertanya, “Anda tahu psikologi?” “Tidak,” jawab tukang perahu….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *