Opini

Tips dan Trik Mudah Mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA)

4 Mins read

Tahun ini menjadi tonggak baru dalam dunia pendidikan Indonesia dengan hadirnya Tes Kemampuan Akademik (TKA). Asesmen ini dirancang oleh Kementerian Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) sebagai instrumen pengukuran kompetensi akademik yang lebih komprehensif yang bertujuan menilai penguasaan konsep inti serta kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills atau HOTS) murid di seluruh jenjang pendidkan dasar dan menengah. Dengan pendekatan ini, TKA bukan sekadar mengukur hafalan, tetapi juga kemampuan memahami, menganalisis, dan menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata.

Berbeda dari ujian tradisional yang menekankan hafalan, TKA menitikberatkan pada pemahaman konsep, analisis, dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata. Pendekatan ini sejalan dengan arah transformasi pembelajaran yang menempatkan murid sebagai subjek aktif dalam proses belajar.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pelaksanaan TKA menjadi bagian penting dari reformasi asesmen nasional. “Melalui TKA, kami ingin memastikan bahwa proses belajar di sekolah tidak hanya menghasilkan nilai, tetapi juga menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. Asesmen ini membantu guru dan murid memahami sejauh mana pembelajaran benar-benar bermakna,” ujarnya.

Namun, sebagai asesmen yang baru pertama kali dilaksanakan, TKA tentu menimbulkan berbagai reaksi di kalangan guru, murid, maupun orang tua. Banyak pihak masih bertanya-tanya seperti apa bentuk soalnya, bagaimana cara mempersiapkannya, dan apakah tes ini akan berbeda jauh dari ujian yang selama ini dikenal. Wajar jika muncul rasa cemas dan kebingungan. Namun sebenarnya, TKA tidak keluar dari jalur kurikulum yang sudah ada. Ia hanya menekankan pada pemahaman konsep, bukan sekadar kemampuan menghafal.

Untuk menghadapi TKA dengan lebih siap dan percaya diri, penting bagi seluruh pihak yang terlibat — guru, murid, dan orang tua — memahami peran masing-masing dalam proses persiapan. Berikut beberapa tips dan trik praktis agar proses menghadapi TKA bisa berjalan lancar dan efektif.

Baca Juga  Islam Enteng-entengan (11): Mohon Ampun pada Allah untuk Orang Tua dan Para Leluhur?

Peran Guru: Pendampingan Strategis dan Adaptif

Guru memiliki posisi kunci dalam menyukseskan pelaksanaan TKA. Tantangan terbesar yang dihadapi para guru adalah waktu persiapan yang terbatas dan kebutuhan untuk beradaptasi dengan sistem asesmen baru. Meskipun begitu, guru tidak perlu khawatir karena TKA tetap berlandaskan pada capaian pembelajaran yang selama ini diajarkan di kelas.

Langkah pertama yang bisa dilakukan guru adalah memahami informasi resmi mengenai TKA. Guru perlu aktif mengikuti sosialisasi dari dinas pendidikan atau sekolah, membaca pedoman dan kerangka asesmen, serta menggunakan sumber belajar yang relevan. Platform digital seperti Ruang Murid dapat menjadi salah satu rujukan karena menyediakan materi sesuai kurikulum serta latihan soal yang dirancang untuk memperkuat kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Selain itu, guru bisa mengintegrasikan pendekatan TKA ke dalam kegiatan belajar mengajar sehari-hari. Misalnya dengan menyisipkan latihan soal berbasis HOTS, mengajak murid menganalisis kasus, atau melakukan diskusi terbuka tentang penerapan konsep dalam kehidupan nyata. Dengan cara ini, murid tidak hanya menghafal, tetapi memahami secara mendalam.

Guru juga berperan penting dalam memberi edukasi kepada orang tua. Banyak orang tua yang masih belum memahami konsep TKA, sehingga guru dapat membantu menjelaskan apa itu TKA, tujuannya, serta bagaimana cara mendukung anak di rumah.

Tak kalah penting, guru perlu mendampingi murid dengan empati. Saat menghadapi sesuatu yang baru, wajar jika murid merasa khawatir. Guru bisa menenangkan mereka dengan menjelaskan bahwa TKA bukan sesuatu yang menakutkan. Pembelajaran yang menyenangkan, suasana kelas yang positif, dan apresiasi terhadap usaha murid akan membantu menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat belajar.

Peran Murid: Belajar Bertahap, Konsisten, dan Sehat

Murid merupakan aktor utama dalam pelaksanaan TKA. Namun tidak sedikit murid yang merasa bingung harus mulai dari mana, terutama karena format asesmen ini berbeda dari ujian sebelumnya. Kunci utamanya adalah belajar secara bertahap dan konsisten, bukan dengan cara terburu-buru menjelang hari ujian.

Baca Juga  The Apology: Bantahan Epic Socrates di Mahkamah Athena

Langkah pertama yang bisa dilakukan murid adalah menyusun strategi belajar yang realistis dan teratur. Buat jadwal belajar harian sekitar 20–30 menit untuk meninjau materi pelajaran. Fokuslah pada pemahaman konsep, bukan hanya mengerjakan soal. Tandai topik yang masih sulit dipahami dan diskusikan dengan guru atau teman belajar.

Untuk memperkuat pemahaman, murid juga bisa memanfaatkan Ruang Murid atau sumber belajar digital lainnya yang menyediakan latihan soal sesuai kurikulum. Lakukan latihan bertahap: mulai dari soal per topik, kemudian lanjutkan dengan simulasi kecil yang menyerupai bentuk tes sesungguhnya.

Selain aspek akademik, murid juga perlu memperhatikan kesehatan mental dan fisik. Belajar tanpa istirahat justru akan mengurangi konsentrasi. Pastikan untuk tidur cukup, mengonsumsi makanan bergizi, serta melakukan peregangan ringan agar tubuh tetap bugar. Jika merasa cemas, murid bisa mencoba teknik pernapasan sederhana untuk menenangkan diri atau berbagi cerita dengan guru, teman, maupun orang tua. Dukungan sosial sangat penting dalam menjaga motivasi belajar.

Peran Orang Tua: Dukungan Nyata dan Suasana Belajar yang Kondusif

Peran orang tua dalam menghadapi TKA sering kali tidak kalah penting dibandingkan peran guru. Kekhawatiran orang tua sangat wajar, apalagi karena asesmen ini baru pertama kali diterapkan. Namun yang terpenting adalah bagaimana orang tua bisa memberikan dukungan yang positif dan membangun suasana belajar yang menyenangkan di rumah.

Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memahami informasi TKA dengan benar. Ikuti sosialisasi dari sekolah, baca panduan resmi, dan jangan ragu bertanya kepada guru jika ada hal yang belum jelas. Dengan pemahaman yang baik, orang tua tidak akan mudah terjebak dalam informasi yang salah atau menimbulkan kecemasan berlebihan.

Baca Juga  Guru adalah Navigator Pendidikan

Kemudian, ciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan bebas gangguan. Sediakan ruang belajar yang rapi, tenang, dan memiliki pencahayaan cukup. Pastikan anak belajar dalam kondisi prima, serta hindari tekanan berlebihan yang justru dapat menurunkan semangat belajar.

Selain itu, orang tua bisa memantau kemajuan anak tanpa menuntut hasil sempurna. Luangkan waktu setiap hari untuk berbincang santai tentang proses belajar, berikan apresiasi atas usaha anak, dan bantu menyiapkan kebutuhan belajar mereka. Orang tua juga dapat mengarahkan anak menggunakan sumber belajar seperti materi Sumber Belajar di Ruang Murid, yang bisa diakses secara gratis.

Dengan dukungan seperti ini, anak akan merasa lebih tenang dan termotivasi untuk belajar. Mereka memahami bahwa orang tua tidak hanya menilai hasil, tetapi juga menghargai proses.

Menyiapkan TKA dengan Kolaborasi

Pada akhirnya, mengikuti Tes Kemampuan Akademik (TKA) bukan tanggung jawab satu pihak saja. Guru, murid, dan orang tua perlu bekerja sama dalam menciptakan proses belajar yang sehat, menyenangkan, dan berkesinambungan. Guru memastikan pembelajaran berjalan sesuai arah kurikulum, murid berlatih dengan disiplin dan percaya diri, sementara orang tua menyediakan lingkungan yang mendukung.

Jika semua elemen ini saling berkolaborasi, maka pelaksanaan TKA bukan lagi sesuatu yang menakutkan, melainkan kesempatan untuk menumbuhkan budaya belajar yang bermakna. Dengan langkah yang terarah, suasana yang tenang, dan dukungan berkelanjutan, murid dapat menghadapi TKA dengan lebih siap, tenang, dan percaya diri—bukan sekadar untuk lulus tes, tetapi untuk memahami dan mencintai proses belajar itu sendiri.

*)Artikel ini merupakan hasil kerjasama IBTimes dengan BKHM Kemendikdasmen RI

Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *