Inspiring

Tsunami Awareness Day 2020: Peluang Wakaf untuk Recovery

4 Mins read

Sejak tahun 1608 M sampai saat ini, total ada 75 tsunami yang menerjang nusantara. Total kematian mencapai 223.196 orang. Tsunami tertinggi mencapai 100 meter dan terjadi pada 1674 M. Bagaikan gunung saja.

Tetapi, tsunami mana yang memakan korban terbanyak? Tsunami Aceh lah rajanya. Ia memakan korban total 227.899 manusia. Tsunami ini menyebabkan kerusakan di 20 negara lainnya. Sampai-sampai dibilang “one of the deadliest disasters in modern history”.

Sebanyak apa itu? Bayangkan saja, ada stadion Gelora Bung Karno, tapi jumlahnya tujuh buah. Tujuh stadion itu berisi orang sampai penuh. Tapi tiba-tiba mereka semua tewas. Mengapa Indonesia tampak sangat rawan? Sebabnya, negara kita ini terletak di daerah Ring of Fire. Rangkaian gunung berapi. Ini menyebabkan bencana alam yang sangat sering, tak terkecuali tsunami.

Menurut riset Emergency Event Database Centre for Research on the Epidemiology of Disasters, Indonesia menjadi negara yang paling terancam oleh tsunami dan tanah longsor.

Dari 76 negara yang diteliti, Indonesia menjadi ranking pertama yang berisiko tsunami dengan lebih dari 5 juta orang yang terancam. Memang hidup di Indonesia ini ngeri-ngeri sedap. Apalagi tsunami Aceh yang baru terjadi 16 tahun lalu ini. Mengguncang dunia.

Bangkitnya Aceh

Bagaimana cara Aceh bangkit? Salah satunya adalah dengan bantuan dana wakaf Turki. Memang harus diakui kita ini tak bisa hidup sendirian. Saat ada bencana menghantam, uluran tangan negara-negara lain sangat kita butuhkan.

Apalagi kita tahu sama tahu, birokrasi negara ini kadang menghambat. Perlu ada semacam bantuan yang bisa bergerak cepat di masa-masa darurat bencana.

Bantuan organisasi wakaf Turki termasuk yang datang paling awal, hanya tiga hari setelah bencana terjadi. Pada artikel jurnal “Turkish Waqf After the 2004 Aceh Tsunami” yang ditulis Alaeddin Tekin dan Arshad Islam, kita bisa mendapat info ini.

Baca Juga  Haji Fachrodin: ”Aku ini Tamatan Sekolah di Bawah Pohon Sawo”

Membangun 1.050 Rumah

Misalnya, Bulan Sabit Merah (Kızılay), sebuah yayasan bantuan Turki, membangun 1.050 rumah. Lihat saja ke Aceh, rumah-rumah ini terdiri dari 700 buah di Lampuuk dan 350 buah di Bitai.

Mereka berterima kasih, dan sekarang memanggil desa itu dengan Desa Turki. Pintu gerbangnya pun memiliki bendera Turki. Hal yang tidak biasa ada di gerbang sebuah desa, bukan?

Saat terjadi tsunami, 75% penduduk kampung itu tewas, menyisakan tinggal beberapa ratus orang saja. Seperti kiamat saja rasanya. Oleh karena itu, ketika bantuan dari Turki datang, mereka melonjak dengan rasa bahagia.

“Saya sangat senang ketika orang Turki datang. Kami kehilangan segalanya dalam tsunami dan kami hidup di gudang yang hancur. Tapi sekarang kami punya rumah, dan bukan hanya saya, semua orang punya rumah. Seluruh penduduk desa berdoa setiap hari untuk orang Turki, para wakif (orang yang memberikan wakaf)”. Begitulah kata Azimah, seorang penduduk desa.

Pemerintah Indonesia pun mengatakan bahwa rumah yang dibangun Turki termasuk ukuran “mewah” untuk penduduk lokal.

Membangun Sekolah

Ada cukup banyak sekolah yang dibangun, misalnya di provinsi Lhokgna, sekolah dibangun dengan fasilitas alat tulis untuk 1.000 siswa. Selain itu, peralatan penting seperti komputer dan mesin fotokopi pun tersedia.

Gedung sekolah yang masih survive dari tsunami diperbaiki. SMP 3 misalnya, kini sudah punya banyak fasilitas tambahan. Contohnya delapan ruang kelas, hostel, gudang, lapangan bola basket dan bola voli, juga perpustakaan.

Selain Bulan Sabit Merah, Waqf Suleimaniyah adalah yayasan dan LSM swasta Turki lainnya yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di provinsi tersebut. Ia pun banyak membangun sekolah, utamanya adalah sekolah baca tulis Al-Qur’an.

Baca Juga  Cara Maksimalin Wakaf Biar Lebih Produktif

Membangun dan Merenovasi Masjid

The Light House Association (Deniz Feneri Derneği), sebuah institusi wakaf Turki, membangun Masjid Bitai dengan desain arsitektur lokal. Para marbot masjid pun mendapat rumah dari dana wakaf Turki. Salah satunya adalah Ustaz Di Dahlan.

Masjid Rahmatullah, masjid terbesar kedua di Aceh yang mampu menampung 500 orang itu rusak sebagian akibat tsunami. Kemudian, masjid yang terletak di Lampuuk dibangun kembali oleh Bulan Sabit Merah Turki.

Masjid di Rumah Sakit Zeynel Abidin juga dipulihkan oleh Bulan Sabit Merah Turki pada tahun 2005. Interior dindingnya dilapisi keramik, dan langit-langit kayu serta atapnya juga dipulihkan.

Sedangkan, Masjid Cot Goh dan Masjid Al-Felah juga dibangun oleh Bulan Sabit Merah di Aceh.

Panti Asuhan Istanbul Baba Murat Korkmaz

“Aku tidak mau pergi dari sini dan aku ingin membantu sesama yatim piatu dan bahkan berpikir untuk membuka panti asuhan baru.” Itulah yang dikatakan Wasmiani, salah satu yatim piatu akibat tsunami. Ia sangat berbahagia ketika Turki datang untuk membantunya. Kini, ia berusaha membalas jasa mereka.

Kini, panti asuhan Baba Murat Korkmaz memiliki lebih dari 550 yatim piatu. Panti ini dibangun oleh Turkish Foundation Institution İnsani Yardım Vakfı (IHH Humanitarian Relief Foundation).

Mereka dapat makan 3x sehari, pakaian, dan tentu saja tempat bernaung. Selain itu, ada juga dukungan kesehatan, pendidikan, serta dukungan psikologis. Ada 18 staf untuk mengurus mereka. Ada yang bekerja sebagai koki sampai satpam untuk menjaga keamanan panti asuhan. Bahkan, mereka juga mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke Turki dan Malaysia.

Aku ingin belajar ke Turki untuk mengenal Turki lebih dekat”, kata Nur Laili, salah satu penghuni panti asuhan itu. What a dream!

Wakaf, Membangun Kota dan Peradaban

Total wakaf Turki untuk membangun ulang Aceh –setidaknya yang tercatat resmi di Red Crescent 2005 Activity Report- adalah $ 6.3 juta. Dengan kurs Rp 14.378 saat ini, uang segitu bernilai Rp 91.074.658.857 (Rp91 miliar).

Baca Juga  Masa Pandemi untuk Masjid Kottabarat: Pembukaan Kembali?

Saya pikir, di masa-masa sulit COVID ini, jangan sampai Indonesia lupa menjaga hubungan dengan negara lain. Boleh saja kita physical distancing, tapi hubungan diplomatik harus tetap jalan. Sayangnya, urusan wakaf ini belum banyak orang Indonesia yang tahu. Kebanyakan orang yang ditanya soal wakaf, pasti berpikir wakaf itu ya kuburan atau masjid. Padahal sama sekali tidak.

Uang wakaf bisa dipakai untuk membangun ulang sebuah kota dan peradaban. Untuk kasus Ottoman Empire saja, 30% ekonomi Ottoman pernah ditopang oleh wakaf. Kalau dibayangkan untuk masa sekarang, katakanlah ekonomi Indonesia bernilai Rp 1000 triliun, maka Rp 300 triliunnya itu dari wakaf.

Bayangkan berapa banyak sekolah yang bisa dibangun, buku yang bisa dicetak, lembaga riset yang bisa dibentuk, konten positif yang bisa dihasilkan, dan sederet manfaat lain.

Sulit membayangkan angka Rp 300 triliun? Bayangkan saja 270 juta penduduk Indonesia masing-masing wakaf senilai Rp 11.000. Nah, hitungan kasarnya, kita bisa dapat Rp 300 triliun. Oleh karena itu, potensi wakaf di Indonesia masih sangat besar. Apalagi untuk recovery bencana tsunami di masa depan.

Editor: Lely N

Avatar
5 posts

About author
Digital Marketer
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds