IBTimes.ID – Di tengah kepungan banjir dan longsor yang merusak sekolah serta memaksa ribuan warga mengungsi, para guru tetap berdiri di garis depan menjaga nyala pendidikan. Untuk mereka, negara mencoba hadir lebih dekat.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) berikan tunjangan khusus sebesar Rp2 juta kepada setiap guru yang bertugas di wilayah terdampak bencana.
Kebijakan ini menyasar sekitar 17.500 guru yang tetap menjalankan perannya di tengah situasi darurat, sekaligus menghadapi tekanan ekonomi akibat bencana alam.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti menegaskan bahwa komitmen pemerintah bukan hanya memastikan proses belajar mengajar tidak terhenti, tetapi juga memberikan dukungan nyata bagi para pendidik yang terus mengabdi dalam kondisi sulit.
Menurutnya, pendidikan darurat harus tetap berjalan agar anak-anak tidak kehilangan hak belajarnya, meski sekolah dan lingkungan sekitar terdampak bencana.
“Pemerintah hadir untuk memastikan pendidikan darurat tetap berjalan, sekaligus memberi dukungan bagi para guru yang bertahan dan mengabdi di wilayah terdampak,” ujar Abdul Mu’ti di Jakarta sebagaimana dilansir dari laman Antara, Rabu (17/12/25).
Selain tunjangan bagi guru, Kemendikdasmen juga menggelontorkan bantuan keuangan pendidikan melalui mekanisme yang berlaku.
Dana tersebut digunakan untuk menopang operasional pendidikan darurat, memulihkan sarana pembelajaran yang rusak, serta memenuhi berbagai kebutuhan mendesak di satuan pendidikan sesuai kondisi di lapangan.
Dukungan pemerintah juga diwujudkan dalam bentuk bantuan barang. Hingga kini, Kemendikdasmen telah menyalurkan 2.873 unit ruang kelas darurat agar kegiatan belajar tetap bisa berlangsung sementara.
Tak hanya itu, sebanyak 141.335 paket perlengkapan belajar siswa—mulai dari buku, alat tulis, tas, seragam, hingga sepatu—juga didistribusikan.
Untuk menunjang kebutuhan dasar warga satuan pendidikan selama masa tanggap darurat dan pengungsian, pemerintah turut menyalurkan 16.239 paket perlengkapan keluarga.
Seluruh bantuan tersebut tersebar di tiga provinsi yang terdampak banjir dan longsor, dan disalurkan melalui koordinasi intensif dengan pemerintah daerah, Dinas Pendidikan, serta berbagai pemangku kepentingan terkait.
Kemendikdasmen mengakui, tantangan di lapangan belum sepenuhnya teratasi. Proses pemutakhiran dan verifikasi data masih terus dilakukan, terutama di wilayah yang sulit dijangkau akibat keterbatasan akses dan jaringan.
Beberapa daerah di Aceh dan Sumatra Utara menjadi perhatian khusus karena kondisi geografis dan infrastruktur yang terdampak cukup parah.
Di tengah keterbatasan itu, pemerintah berharap dukungan yang diberikan dapat menjadi penopang bagi guru dan siswa, sekaligus memastikan bahwa pendidikan tetap hidup, bahkan di saat bencana belum sepenuhnya berlalu.
(MS)

