IBTimes.ID – Ketua PBNU Ulil Abshar Abdalla menyebut bahwa Israel menggunakan beberapa mitos untuk membungkam kritikus-kritikus Israel. Mitos pertama adalah tentang pendirian Negara Israel tahun 1948.
Beberapa politisi Israel menggambarkan Palestina sebagai tanah kosong yang tidak ada penghuninya. Mitos ini dibangun selama bertahun-tahun dan menjadi narasi resmi Negara Israel untuk mengatakan bahwa Israel berdiri tanpa mengorbankan masyarakat lain.
“Mitos ini terbongkar di akhir tahun 80an ketika dokumen-dokumen pendirian Israel yang melahirkan generasi sejarawan Israel baru. Para sejarawan baru ini melawan mitos palsu, bukunya yang sudah terbit banyak sekali,” ujarnya, Sabtu (1/6/2024) dalam kegiatan Peran Kita dalam Mendukung Palestina, Jakarta.
Rupanya, imbuh Ulil, saat awal pendirian Israel, ada sekitar 400 desa di Palestina yang dihancurkan.
Mitos kedua adalah bahwa orang-orang Arab sejak awal tidak mau berdamai. Israel seolah-olah sudah menawarkan perdamaian namun orang Arab selalu menolak. Sehingga ketika Arab kalah perang, tanahnya dianeksasi oleh Israel. Setiap perdamaian yang ditawarkan seolah-olah selalu ditolak oleh orang-orang Arab.
“Narasi ini misleading. Situasinya ada orang yang punya tanah dan sudah tinggal di tanah itu berabad-abad, lalu datang orang baru menyerobot tanah itu, lalu ada pertengkaran, lalu ada pihak luar yang ingin mendamaiakan. Lalu keputusan si pendamai ini adalah membagi dua tanah ini. Ini jelas tidak fair karena ada tanah resmi yang diberikan kepada pendatang ilegal,” imbuhnya.
Menurut Ulil, ada semacam kesan di Barat jauh lebih kuat responnya daripada di Indonesia atau di Dunia Islam. Setelah 7 Oktober tahun lalu sampai sekarang, protes di Barat besar sekali. Hal ini normal karena masalah Israel adalah masalah domestik Barat.
Hal ini merupakan kekeliruan Barat di masa lalu. Masalah Palestina muncul dari Deklarasi Balfour yang merupakan bagian dari permainan kolonial awal abad ke-20. Jadi kalau Barat merespon lebih banyak dari Dunia Islam merupakan hal yang wajar.
“Ini dosa orang-orang Barat. Hampir semua politisi mendukung Israel, namun rakyatnya dalam porsi yang cukup besar mendukung Palestina. Media sosial ini menjadi hal yang penting dalam isu Israel-Palestina,” ujarnya.
Reporter: Yusuf