Ada pepatah mengatakan, “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Sangat tepat sekali, jika pepatah ini untuk menggambarkan kehidupan dari Muhammad bin Salman (MBS) yang sifat ayahnya menurun kepada pangeran Arab itu.
Dilansir dari Aljazeera, ia dilahirkan pada 31 Agustus 1985 yang terbilang masih sangat muda. Namun, sudah diberikan amanah untuk memimpin Arab Saudi pada tahun 2017.
Sebelumnya, ia telah menjalani rentetan karir politik yang cukup panjang, di antaranya; Penasihat Khusus Raja Salman Bin Abdul Aziz (2009); Kepala Pengadilan Putera Mahkota (2013); Menteri Pertahanan (2015); Wakil Putera Mahkota; dan Presiden Dewan Ekonomi Pembangunan (2016).
Jika melihat track records MBS dari tahun ke tahun, kita dapat menyimpulkan bahwa MBS sangat ambisius dan visioner. MBS ingin mengubah dunia Arab Saudi yang dikenal sangat konservatif, khususnya dalam hal keagamaan.
Arab Saudi, di bawah kepemimpinan MBS, mengubah ideologi negaranya. Dari yang bersifat eksklusif menjadi inklusif, dari Islam konservatif menjadi Islam moderat.
Hal ini telah menuai banyak sekali pro dan kontra di kalangan dunia Islam itu sendiri. Seperti tak ada bedanya lagi, antara negara kiblat Islam itu dengan dunia Barat. Karena selama ini, Arab Saudi dikenal sebagai negara penjunjung syariat. Bak disulap seketika, kehidupan masyarakat Saudi telah banyak mengalami perubahan. Ini semua dampak dari visi Saudi 2030 yang dicanangkan oleh MBS.
Perubahan Sosial Masa Kepemimpinan MBS
Berdasarkan penelusuran dari Deutsche Welle, Jika dulu wanita Saudi sama sekali tak boleh menyetir, namun pada tahun 2017, MBS telah mengeluarkan UU kebijakan yang memperbolehkan bagi wanita untuk menyetir.
Jika dulu wanita hanya boleh memakai abaya berwarna gelap, namun sekarang wanita boleh memakai pakaian apa saja asal tetap terhormat. Tak berhenti di situ, pakaian bikini pun diperkenalkan di sana, khususnya di kawasan King Abdullah City yang aturan dan norma sosial sudah sangat longgar di masyarakat.
AFP melaporkan, “Sejumlah privat beach di King Abdullah City telah membebaskan pria dan wanita untuk bercampur baur. Bahkan yang paling menggemparkan adalah ketika Saudi merangkul pasangan yang belum menikah, untuk tinggal sekamar di hotel-hotel wisata Saudi”.
Selain itu, konser yang selama ini dianggap tabu sudah dibebaskan untuk dipertunjukkan. MBS yang mengawalinya dengan mengundang Mariah Carey dan Black Eyed Peas untuk tampil di Saudi.
Para wanita juga boleh mengganti nama mereka tanpa inisial wali. Dengan begitu, tak jarang dari wanita Saudi yang berpergian sendirian bahkan hidup sendirian. Adapun sisi positifnya, wanita Saudi sudah bisa melakukan kegiatan serta belajar di luar negeri untuk mengembangkan potensi mereka.
Ulama dan Akademisi Ditahan dan Dibunuh MBS
Untuk mensukseskan Visi 2030-nya, MBS menahan dan menghukum ulama-ulama yang mengganggu dan menghambat laju program ini. Beberapa ulama yang dihukum yakni:
- Syeikh Abdullah Basyar: ia ditangkap pada agustus 2020. Namun sayangnya, tak ada alasan yang jelas terhadap penangkapannya.
- Syeikh Shaleh At-Thalib: ia ditangkap saat mengkritik keputusan pangeran terkait kebijakan Saudi yang mencampur adukan pria dan wanita.
- Adapun ulama lainnya yang ditahan; Salma Al-Audah, Awad al-Qarni, Farhan al-Maliki, Mustofa Hassan, dan Safar al-Hawali.
Tak hanya ulama saja yang ditahan, bahkan akademisi ini juga telah dibunuh oleh MBS. Ia adalah Jamal Khashoggi yang dikabarkan telah dimutilasi di Konsulat Saudi yang bertempat di Turki.
Selama ini, ia dikenal sebagai kritikus paling vokal terhadap MBS. Menurut badan inteligen Barat, ada kemungkinannya dalang dari pembunuhan Khashoggi adalah MBS. Dilansir dari Washington Post, CIA juga mengugkapkan bahwa pihaknya meyakini MBS lah dalang dari pembunuhan Khashoggi.
Beberapa tahun terakhir, pemerintah Saudi memang memiliki sentimen yang besar terhadap para ulama. Syeikh Saud Al-Funaisan, ia adalah profesor di Universitas Al-Imam di Riyadh.
Itulah beberapa upaya yang dilakukan MBS untuk mensukseskan Visi 2030 Arab Saudi.
Editor: Yahya FR