Perspektif

Upaya Menyatukan Umat dengan Ketegasan

2 Mins read

Dalam dunia Islam, terdapat banyak sekali kelompok dan pemikiran yang beragam dan berbeda-beda. Tidak hanya dalam hal pemikiran, perbedaan pendapat di dalam dunia Islam juga terjadi pada ranah ibadah. Namun, pada saat ini, perbedaan pendapat tersebut telah menjadi suatu masalah. Perbedaan pendapat tersebut telah menimbulkan sikap intoleran antara satu kelompok, dengan kelompok lainnya. Karena masing-masing kelompok merasa paling benar.

Tendensi “Merasa Paling Benar Sendiri” dalam Umat Beragama

Sikap merasa paling benar sendiri dalam beragama, menurut saya pribadi, sama saja dengan perilaku menyekutukan Tuhan. Karena bagaimana pun juga, ajaran Islam yang kita laksanakan pada saat ini merupakan ajaran Islam berdasarkan penafsiran manusia yang kita sebut sebagai ulama. Jadi wajar saja apabila terjadi perbedaan pendapat antara satu ulama dengan ulama yang lain.

Apabila kita mengganggap bahwa ajaran Islam yang kita lakukan saat ini adalah ajaran Islam yang paling benar dan ajaran Islam yang lainnya salah. Secara tidak langsung kita juga mengakui bahwa ulama yang kita ikuti, fatwanya adalah kebenaran yang mutlak. Padahal dalam ajaran agama Islam, kebenaran mutlak hanya milik Allah semata. Kalaupun ada suatu kebenaran yang berasal dari seseorang atau kelompok tertentu, kebenaran tersebut bersifat relatif, bukan bersifat mutlak.

Maksud dari kebenaran relatif adalah, bahwa sesuatu yang dianggap benar oleh orang atau kelompok tertentu, belum tentu benar dan baik untuk diterima oleh semua orang. Karena setiap manusia memiliki versi kebenarannya sendiri-sendiri, termasuk dalam hal beragama.

Sikap merasa paling benar sendiri dalam beragama pada akhirnya akan melahirkan fanatisme. Pada puncaknya sikap tersebut juga akan memunculkan klaim kebenaran (truth claim). Artinya seseorang atau kelompok tertentu mengganggap bahwa dirinya paling sempurna dan benar dibandingkan dengan pendapat atau kelompok lainnya.

Baca Juga  "Mitos Pluralisme NU" dan Ketika Obyek Amatan Bersuara

Hal inilah yang pada akhirnya akan melahirkan konflik intraagama (konflik dalam satu agama). Contohnya seperti pembubaran acara pengajian, perusakan makam, saling mengkafirkan dan mem-bid’ah kan. Kemudian dalam bentuk yang lebih ekstrem, bisa kita lihat contohnya seperti ISIS yang sangat keras dan sadis kepada sesama muslim yang berbeda pendapat dengan kelompoknya.

Fenomena-fenomena tersebut merupakan akibat dari sikap merasa paling benar sendiri dalam beragama. Sehingga sangat mudah untuk menghakimi, bahkan menyalahkan kelompok lain yang berbeda pendapat. Sikap merasa paling benar sendiri dalam beragama tidak bisa terus dibiarkan. Karena hal tersebut dapat menyebabkan disintegrasi bangsa dan umat Islam.

Perlunya Upaya Memperkuat Toleransi Beragama

Perlu dilakukan upaya untuk menghilangkan sikap merasa paling benar sendiri dalam umat beragama di negara Indonesia ini. Upaya yang dilakukan harus merupakan upaya yang tegas. Sebab jika kita lihat sampai saat ini, upaya untuk menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghargai dalam perbedaan hanya sebatas kata-kata saja, semacam kampanye.

Sehingga upaya untuk memperkuat kesatuan bangsa tersebut sampai sekarang belum berhasil secara maksimal dan menyeluruh. Menanamkan sikap toleransi dan saling menghargai dalam perbedaan tidak bisa dilakukan hanya dengan sekadar kampanye saja. Namun harus ada upaya yang real dan tegas untuk mewujudkannya.

Kalaupun cara seperti kampanye berhasil untuk menanamkan sikap toleransi dan saling menghargai dalam perbedaan, bisa jadi sikap toleransi dan saling menghargai tersebut tertanam pada rakyat Indonesia setelah ada banyak korban akibat sikap intoleran. Sehingga rakyat baru sadar kalau sikap merasa paling benar sendiri dalam beragama adalah suatu hal yang salah.

Perlu ada upaya tegas dari pemerintah untuk membuat suatu sistem perundang-undangan yang menjadikan pengkafiran dan penyesatan atas suatu kelompok, atau penafsiran keagamaan tertentu oleh kelompok lainnya, sebagai suatu pelanggaran hukum. Cara seperti itu juga sudah diterapkan oleh beberapa negara, contohnya seperti Tunisia dan Oman.

Baca Juga  Fikih Ekologi Tak Kalah Penting dari Fikih Ibadah

Selain itu, pelaksanaan sistem perundang-undangan tersebut juga harus tegas dan adil. Artinya tidak boleh memihak kelompok atau pendapat tertentu.

Memunculkan Islam Rahmatan lil ‘alamin

Dengan begitu, meskipun terpaksa, orang-orang akan mau menerima perbedaan pendapat dalam beragama. Karena sudah ada sistem perundang-undangan yang menentang sikap merasa paling benar sendiri dalam beragama. Sehingga orang-orang akan takut untuk melakukan tindakan diskriminasi terhadap kelompok yang berbeda pendapat dalam beragama.

Pada kondisi seperti itulah Islam yang sesungguhnya akan muncul dan tumbuh dalam kehidupan kita, Islam Tuhan. Islam yang menjadi rahmat dan membawa kebaikan untuk seluruh umat manusia.

Editor: Zahra

Avatar
12 posts

About author
Mahasiswa, tinggal di Bantul, bisa disapa Twitter @Riyannanda_M, IG ryndmw
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds