Pergerakan Islam Wahabi di Indonesia tergolong berkembang pesat karena banyak para ulama menganut paham salafi, di mana paham tersebut diisinyalir sebagai taktik penyebaran Islam Wahabi. Salah seorang ulama di Indonesia diduga menyebarkan paham wahabi yaitu Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Beliau merupakan seorang mubalig sekaligus pendakwah yang terkenal dengan aliran Salafinya. tidak hanya itu beliau juga seorang pembina Pondok Pesantren Minhajju Sunnah yang berada di Bogor Jawa Barat.
Mengenal Islam Wahabi
Jauh sebelum masuk ke Indonesia, gerakan Islam Wahabi muncul di Saudi Arabia yang dikemukakan oleh seorang pembaharu puritan Muhammad bin Abdul Wahab. Gerakan ini didasari atas rasa prihatin Abdul Wahab terhadap ajaran Islam yang menurutnya sudah tidak lagi murni seperti yang diajarkan Rasulullah. Indikator tersebut diawali dengan kunjungannya ke berbagai negara Islam di dunia. Mangasing menyebutkan bahwa dalam kunjungannya, beliau mendapati berbagai adat dan tradisi di setiap daerah.
Dari situ beliau mulai mengamati perilaku masyarakat terhadap kepercayaan tradisi. Tak jarang beliau menemukan adanya bentuk ritual dalam keagamaan yang menurutnya tidak sama seperti ajaran sunah. Dengan demikian beliau bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam dengan mengembalikan kepada tuntunan perilaku Rasulullah. Menurutnya, segala sesuatu di luar ajaran dan perilaku Rasulullah dianggap menyimpang atau bid’ah.
Pemikiran salafi sangat kental dalam setiap dakwah Ustadz Yazid bin Abdul Qodir Jawas, yang selalu dikaitkan dengan bukti propaganda Islam Wahabi. Dakwah yang paling menonjol mengarah pada Islam Wahabi yaitu paham Aswaja Salaf. Dalam dakwahnya beliau menyampaikan bahwa dalam Islam terdapat 73 golongan di mana 72 golongan di anggap masuk neraka dan hanya satu golongan saja yang selamat. Anggapan tersebut dikutip dari sebuah hadis hasan dari Imam Tirmidzi dan Hakim yang mengatakan, “Semua masuk ke dalam neraka kecuali satu, yaitu orang yang mengikuti aku dan sahabatku, seperti orang yang aku dan para sahabatku berjalan di atasnya.”
Satu golongan yang dianggap selamat yaitu golongan mengikuti ajaran Rasulullah dan para sahabatnya disebut dengan Al-jamaah. Sedangkan 72 golongan masuk neraka diyakini sebagai golongan yang menyebabkan perpecahan dan jauh dari ajaran sunah. Tidak hanya itu, beliau juga menyampaikan bahwa penyebab manusia sesat yaitu orang yang mengikuti ajaran nenek moyang dalam beragama, atau istilahnya mencampurkan adat istiadat dalam beragama. Hal tersebut sama dengan alasan Abdul Wahab yang menginginkan gerakan pemurnian islam agar kembali ke sunah.
Dakwah Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Dalam kemajuannya menyebarkan dakwah, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas memiliki platfrom resmi Youtube ‘Rodja TV’ dan ‘Radio Rodja’. Setelah ditelusuri lebih lanjut tidak hanya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas saja yang ikut andil dalam mengembangkan syiar dalam platfrom tersebut. Ada beberapa tokoh yang ikut andil, yaitu Ustad Abu Yahya Badrussalam, Ustad Abdul Hakim Amir Abdat, dan masih banyak lagi. Selain itu jaringan terbesar dakwah Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas disebut berpusat di Bogor karena bertepatan dengan lokasi pesantren miliknya, Pesantren Minhajus Sunnah.
Meskipun terlihat tertutup, pengaruh pesantren yang masif terlihat pada penyebaran ajarannya melalui media publikasi resmi dakwah salafi di Indonesia, yaitu Majalah As-Sunnah dan Radio Rodja. Selain itu pesantren beliau juga giat menggelar pengajian terbuka yang banyak dihadiri oleh masyarakat sekitar dan mahasiswa. Dilansir dalam media Tirto.ID bahwa ajaran Pesantren Minhajus Sunnah dalam menyebarkan Islam Wahabi sering terdengar pada setiap mukadimah saat Sholat Jumat. Kutipan yang sering diucapkan adalah kutipan hadis ‘kullu bidatun dalallatun, wa kullu dhallatun fi an-nar’ yang berarti segala sesuatu yang bid’ah itu buruk dan segala keburukan itu berada di neraka.
Terlihat bahwa aliran Islam Wahabi bisa disebut aliran Islam radikal yang memberi pengaruh keruh pada ideologi Indonesia. Hal tersebut dinilai dari sikap ajarannya mudah membid’ahkan sesuatu yang tidak sesuai dengan sunah dan sekaligus menjadikan Islamisme sebagai ideologi mutlak. Artinya, seluruh aspek hukum dan kehidupan sehari hari terkontrol dalam aplikasi agama. Propaganda dakwah mereka dinilai sebagai tameng perlindungan politik bagi barang siapa yang tidak setuju atau menentang aturan mereka. Dengan demikian agama sebagai alat guna meraih kebebasan atas nama perintah Allah.
***
Tidak hanya itu, dampak aliran ekstrimis dapat mendegradasikan identitas religi politik dan geopolitik negara yang mayoritas muslim. Abidin menulis bahwa ia berpotensi menghilangkan konsep pluralitas yang sudah membudaya di daerah tersebut. Hal ini akan sulit dalam menghilangkan paham Islam Wahabi yang melahirkan gerakan radikalisme karena banyaknya ulama atau pengemuka Islam yg berpartisipasi dalam gerakan tersebut
Untuk membendung gerakan tersebut yang menjamur di tengah masyarakat, penulis akan memberikan solusi alternatif yakni terkait pentingnya peran andil tokoh masyarakat yang memiliki paham Aswaja dalam berupaya mensyiarkan dakwah secara Inklusif kepada masyarakat. Tidak hanya itu, peran lembaga pendidikan juga turut andil dengan menyaring ketat kurikulum pelajaran keagamaan, agar tidak ada konteks radikal dalam pelajaran tersebut. Dengan itu peran Aswaja harus dibudayakan di tengah masyarakat Indonesia, baik dalam konsep dakwah maupun pendidikan.
Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila ternyata belum sepenuhnya mampu menyatukan seluruh masyarakat Indonesia dalam mencermati perbedaan. Apalagi dengan menyikapi adanya konflik keagamaan, seperti salah satunya gerakan Islam Wahabi yang semakin menambah panjang daftar gerakan ekstremis di Indonesia.
Tolil
Ittaqillah
Beliau sufah meninggal, tidak bisa lagi anda meminta maaf kepada beliau… ini akan dipertanggung jawabkan di Akhirat kelak…
nguawurrrrrre bikin berita, kelak jarimu akan dipertanggungjawabkan di akhirat