IBTimes.ID – Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian, & Pengembangan (Diktilitbang) PP Muhammadiyah menggelar Lokakarya Persiapan Pendirian Program Studi Ilmu Sejarah dan Program Studi Ilmu Filsafat di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Semarang, Sabtu-Minggu (23-24/7/2022).
Kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka merumuskan ide dan pendangan terkait urgensi pembukaan prodi Ilmu Sejarah dan Filsafat di PTMA, memetakan peluang dan tantangan, serta menyusun draft proposal pembukaan prodi.
Workshop dihadiri oleh Rektor dari tiga kampus PTMA terbesar, yaitu Universitas Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan Universitas Ahmad Dahlan.
Selain itu juga hadir Pusat Studi Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang, Pusat Studi Muhammadiyah Universitas Muhammadiyah Surakarta, Padepokan Filsafat Musa Asy’ari Universitas Muhammadiyah Surakarta, dan Ketua Tim Museum Muhammadiyah.
Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah Prof. Chairil Anwar menyebut bahwa pembukaan prodi tersebut merupakan perwujudan dari semangat memajukan peradaban (ad-Diin al-Hadlarah).
***
Menurutnya, keberadaan prodi S1 Ilmu Sejarah dan Filsafat perlu dikembangkan oleh Muhammadiyah. Sebab hal ini berkaitan dengan ikhtiar nyata merawat karakter keilmuan, kemanusiaan, dan nilai-nilai kebangsaan. Sedangkan khusus untuk Prodi Sejarah, menurutnya prodi ini merupakan pilihan strategis untuk merawat sejarah dan peran Muhammadiyah di kancah nasional yang secara umum kurang tersorot.
Padahal, peran Muhammadiyah sangat luas dan banyak dari tokoh-tokohnya yang menjadi pahlawan nasional. Sebelum ini, PTMA telah memiliki prodi Pendidikan Sejarah. Namun prodi ini sebatas melahirkan para guru. Padahal kebutuhan terhadap para pakar dan ahli sejarah ini cukup penting. Hal inilah yang mendasari diikhtiarkannya pendirian prodi Ilmu Sejarah.
“Ilmu sejarah penting supaya bangsa ini jangan sampai lupa akan sejarah,” ujarnya sebagaimana dikutip dari laman resmi PP Muhammadiyah.
Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan yang paling tua, imbuhnya, Muhammadiyah belum memiliki sejarawan kondang yang lahir dari rahim Muhammadiyah selain Taufiq Abdullah dan Kuntowijoyo.
“Kita ingin PTMA memiliki kontribusi besar untuk bisa memiliki sejarawan yang lahir dari Muhammadiyah. Banyak objek di sekitar kita yang memerlukan sejawaran. Maka kegiatan ini sangat penting,” imbuhnya.
Reporter: Yusuf