Report

Zakiyuddin Baidhawy: Pendekatan Irfani untuk Mendidik Gen-Z

3 Mins read

IBTimes.ID – Muhammadiyah menyelenggarakan pendidikan sudah lebih dari seratus tahun, dan terbukti berhasil melewati tantangan di setiap zaman. Di antara tantangan pendidikan saat ini adalah terkait dengan tingginya heterogenitas manusia dalam usia di abad ini. Persoalan ini secara khusus dibicarakan dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah tahun 2020, di Universitas Muhamamdiyah (UM) Purwokerto pada Sabtu (7/3).

Masalah Gap Pengetahuan

Pada masa sekarang merupakan era berkumpulnya empat generasi yakni generasi baby boomers, generasi x, y, dan Z. Dalam bidang pendidikan hal ini menjadi persoalan tersendiri, karena guru yang mengajar generasi Y dan Z masih kebanyakan berasal dari generasi baby boomers. Alhasil system dan cara mengajarnya sering tidak up to date, menyebabkan generasi yang di didik enggan atau bahkan malas untuk menimbah ilmu.

Menurut Prof Zakiyuddin Baidhawy, Rektor IAIN Salatiga perbedaan generasi tersebut menimbulkan gap pengetahuan yang lebar. Persoalan ini menjadi salah satu persoalan dalam Muhammadiyah jika menerapkan pendidikan holistik untuk abad keduanya. Sehingga peremajaan SDM di penyelenggara pendidikan menjadi utama dalam penerapan pendidikan holistik Muhammadiyah abad kedua.

Tantangan pendidikan kedua muncul dari pola belanja masyarakat abad ini. Alokasi belanja harian manusia post modern dilimpahkan kepada kebutuhan pendukung, sehingga alokasi untuk belanja kebutuhan pokok tergeser. Misalnya, dalam salah satu survey menyebutkan bahwa manusia Indonesia ongkos belanja pulsa lebih tinggi dari pada ongkos belanja makanan yang sehat dan mengandung protein, bergesernya pola belanja tersebut tentu berdampak pada turunnya kesehatan jasmani dan pikiran.

“Data yang dirilis oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia menyebutkan bahwa pengguna internet terbanyak di Indonesia adalah generasi Y dan Z. Sehingga sebagai orangtua yang menjadi bagian dari pendidikan holistik juga harus memiliki hitung-hitungan soal ini,” ungkapnya.

Baca Juga  Inilah 8 Program UMS Hadapi Covid-19: Dari Kuota Gratis hingga Beasiswa

Zakiyuddin berkelakar, teori piramida Abraham Maslow sekarang menjadi berkembang. Ia mengatakan dua lagi kebutuhan mendasar manusia, yakni baterai dan wi-fi. Perubahan pola sosial masyarakat ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola belajar dan bermain anak-anak, jika dahulu anak akan dicari dan diajak pulang karena larut bermain dan lupa makan, kini anak oleh orangtuanya didorong keluar rumah karena terlalu sering hidupnya dihabiskan dengan gawainya.

Ketiadaan Empati dan Tuntutan Inovasi

Tantangan selanjutnya dari pendidikan holistik adalah ketiadaan empati pada diri manusia dan anak di masa sekarang. Karena mereka bisa berkumpul secara fisik, namun secara hati mereka tidak saling bertaut perilaku ini disebabkan mereka terdikotomis dalam dunia masing-masing yang berada di dalam gawainya. Maka dengan keadaan demikian diperlukan pasar keilmuan yang menawarkan kebaruan, yaitu keilmuan yang sifatnya bukan lagi mono tapi sudah harus inter, multi atau bahkan transdisiplin.

Jawaban selanjutnya adalah pasar inovasi, di abad 21 sekarang ini gagasan atau ide itu penting. Dan di abad ini pengalaman itu sudah dikalahkan, sehingga jika generasi masa lalu adalah menawarkan pengalaman, maka cara berfikir tersebut berubah secara drastis oleh generasi milenial yang dating untuk menawarkan ide atau gagasan.

“Jadi siapa yang cepat mempunyai dan mengkreasi ide, maka dia yang akan berada di depan. Ide kemudian dikembangkan pada level teknis yang berkembang lagi menjadi penemuan, dan yang lebih penting dari penemuan adalah inovasi itu untuk menjadi suatu yang berharga,” tuturnya.

Namun melihat fakta yang saat ini terjadi dalam dunia pendidikan dan menjadi sebuah masalah adalah linieritas keilmuan yang masih dipegang kuat. Hal ini menyebabkan dikotomi keilmuan yang tidak ada habisnya, sehingga menyebabkan generasi yang hitam-putih. Persoalan pelik ini ditambah dengan birokrasi ilmu pengetahuan yang sangat rumit. Sebagai pelaku akademis, Ia merasakan persoalan administratif sebagai suatu yang memperlambat kelancaran lalu lintas keilmuan.

Baca Juga  Haedar Nashir: Cendekiawan Harus Mampu Berpikir Jernih

Tidak bisa dielakkan, tantangan pendidikan di masa sekarang juga disebabkan oleh post truth society (masyarakat pasca kebenaran). Munculnya kebiasaan masyarakat jenis ini juga dibentuk melalui adanya gawai, inilah segolongan masyarakat yang krisis akhlak. Maka Muhammadiyah sebagai gerakan kemanusiaan universal harus sudah mulai mengembangkan pendekatan irfani, di mana yang saat ini yang lebih dominan di Muhammadiyah adalah bayani dan burhani, ketiga pendekatan ini harus diseimbangkan.

“Pendekatan irfani itu jangan dipandang sebagai suatu yang terlalu abstrak. Contohnya ada pada anak-anak kecil ketika bermain dengan kawan sejawatnya bisa pegang benda apa saja, bisa saja kayu misalkan. Dia bisa membuat balok kayu itu mobil, pesawat terbang dan menciptakan teman dan dialog imajiner. Inilah kecerdasan irfani pada tahap yang rendah,” pungkasnya.

Mengutip Kuntowijoyo, tujuan pendidikan meliputi tiga hal yakni liberasi, humanisasi, dan transendensi, inilah tiga ciri pokok generasi pendidikan holistik berkemajuan. Dalam Islam sendiri sudah banyak teori yang menyinggung pendidikan holistik, diantaranya tarbiyah (pengembangan personal), ta’dib (karakter), dan ta’lim (pengetahuan). Karena beramal usaha tidak cukup hanya dengan iklas amal, tapi juga harus dibarengi ilmu pengetahuan (research)

Seminar Pra Muktamar

Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) menggelar Seminar Pra Muktamar ke 48 di Aula AK Ansori Gedung Rektorat lt 3 UMP, Jalan KH Ahmad Dahlan, Kembaran Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (7/3). Seminar Pra Muktamar ke 48 ini merupakan rangkaian seminar yang berlangsung dibeberapa wilayah untuk menyemarakkan Muktamar yang akan berlangsung di kota Surakarta pada 1 hingga 5 Juli mendatang.

Seminar Pra Muktamar di UMP ini bertajuk “Pendidikan Holistik: Ijtihad Muhammadiyah Abad Kedua”. Seminar dibuka oleh langsung oleh Rektor UMP Anjar Nugroho dengan Keynote Speech Drs. A. Dahlan Rais, M.Hum Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Adapun Narasumber lainnya Robby H Abror, Zakiyuddin Baidhawy, R.Alpha Amirrachman, Agus Purwanto, dan Mohamad Ali.

Baca Juga  Indonesia dan Peran Kebangsaan Muhammadiyah

Rektor UMP Anjar Nugroho dalam sambutannya menjelaskan, seminar Pra Muktamar Muhammadiyah yang digelar di UMP merupakan seminar yang ke 12. “Alhamdulillah kita semua bisa berkumpul di Aula AK Ansori ini untuk melaksanakan seminar Pra Muktamar Muhammadiyah. Ini seminar yang ke-12 tahun pertama yang diselenggarakan di beberapa PTM, totalnya ada 22, dan UMP mendapat giliran yang ke-12,” ungkapnya.

Selengkapnya klik di sini

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Report

Hilman Latief: Kader Muda Muhammadiyah Harus Paham Risalah Islam Berkemajuan

2 Mins read
IBTimes.ID – Hilman Latief, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia menyebut, kader muda Muhammadiyah harus paham isi daripada…
Report

Ema Marhumah: Islam Agama yang Ramah Penyandang Disabilitas

1 Mins read
IBTimes.ID – Ema Marhumah, Dosen Tafsir dan Hadis Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta mengatakan bahwa Islam adalah agama yang ramah terhadap…
Report

Salmah Orbayinah: Perempuan Penyandang Disabilitas Berhak Atas Hak Pendidikan

2 Mins read
IBTimes.ID – Salmah Orbayinah Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA) menyebut, perempuan penyandang disabilitas berhak atas hak pendidikan. Pendidikan menjadi hak dasar…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds