Report

55 Penyandang Disabilitas Mengikuti Pelatihan Kewirausahaan Muhammadiyah

5 Mins read

Dalam rangka kedaulatan dan kemandirian ekonomi keluarga, Muhammadiyah memberikan stimulan kepada para pegiat ekonomi mikro penyandang disabilitas. Perekonomian yang inklusif perlu terus menerus dikuatkan pada prakteknya.

Ketika penyandang disabilitas melakukan usaha, baik akses pemasaran, akses bahan baku, akses keuangan, akses teknologi, dan kapasitasi yang inklusif dalam rangka menciptakan lingkungan yang mendukung pelaku usaha mikro penyandang disabilitas. Demikian dijelaskan Dedi Warman,  Koordinator Gerakan Inklusif dari Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Pendampingan terhadap Penyandang Disabilitas

Untuk itu, ada 55 penyandang disabilitas yang mendapatkan pendampingan selama 3 bulan yang dimulai Januari ini. Mereka adalah disabilitas beragam yaitu Tunanetra 17 orang, pengguna kursi roda 12 orang, Tunarungu 10 orang, Orang Dengan Gangguan Kejiwaan 4 orang, Tuna Grahita 2 Orang, Tuna Daksa pemakai alat bantu tongkat 2 orang, Tuna Wicara 1 orang, Autis 2 orang, Disabilitas Intelektual 1 orang, dan keluarga penyandang disabilitas 4 orang.

Dengan cakupan wilayah Jakarta, Bekasi, Tanggerang, Serang, Bandung, Yogyakarta, Klaten, Tasikmalaya, Ponorogo, Padang, Bireun Banda Aceh. Dengan 8 pendamping. Usahanyapun sangat bervariasi mulai dari kuliner, seni dan kerajinan, budidaya ternak dan tanaman, warung kecil, penjaja dagangan keliling, dan dropshipper

Sejak Januari sampai Maret, mereka akan mendapatkan coaching usaha langsung, baik kunjungan maupun pelatihan. Penyelenggaraan program ini merupakan kerjasama lintas majelis dan lembaga di Muhammadiyah antara Lazismu, Majelis Pemberdayaan Masyarakat, dan Majelis Pelayanan Sosial di lingkungan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat Turun Menjadi Mentor

Hadir sebagai mentor dalam pelatihan kewirausahaan penyandang disabilitas tahap pertama Bachtiar Kurniawan Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat. Situasi problematis sering dihadapi disabilitas dan para penyerap tenaga kerja disabilitas. Karena seringkali dipersepsikan masyarakat yang kurang produktif, sehingga harus disantuni dan ditolong.

Sedangkan prinsip Muhammadiyah, kami memfasilitasi kelompok masyarakat apapun latar belakangnya, agar mampu menolong diri sendiri. Artinya, akses untuk kemandirian harus didahulukan. Untuk itulah program Gerakan Ekonomi Inklusif ini diadakan.

Allah bepesan kepada kita tidak akan memberi beban di luar kapasitas diri kita. Jadi siapapun kita akan menghadapi problem ujian apapun bentuknya itu. Dan sebenarnya, kita mampu menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Untuk itu, sebagai orang beriman, harusnya kita mampu menggerus pandangan seperti itu kepada saudara-saudara kita para penyandang disabilitas.

Baca Juga  Kesan WS Rendra tentang Islam dan Muhammadiyah

Dalam sharing pengalamannya bersama teman teman disabilitas dalam membangun usaha yang inklusif, Bachtiar menemukan usaha berkelompok yang dirasanya lebih efektif dan efesien, membuat akses perbankan sendiri dengan mendirikan Bank Difable.

Senada dengan itu, Arni Suwanti dari MPM menambahkan dalam pendampingannya, MPM juga bekerjasama dengan sumber daya kampus mahasiswa Muhammadiyah, dengan menugaskan KKN secara periodik di rumah para penyandang disabilitas.

“Kita tahu Muhammadiyah merupakan gerakan Islam amar maruf nahi munkar yang memberikan perhatian kepada semua kelompok masyarakat rentan. Ini adalah bentuk satu komitmen. Tidak hanya diskusi, apalagi diskursus, tetapi melalui aksi aksi nyata yang terencana, jelas Hilman Latief Ketua LAZISMU dalam sambutannya.

Baginya, kehadiran Majelis Pemberdayaan Masyarakat dan Majelis Pelayanan Sosial memberikan perspektif yang lebih spesifik dan membawa hal penting ke dalam tubuh Muhammadiyah. Untuk itu,  saya berharap ada peta jalan yang bisa diterjemahkan Muhammadiyah dalam 4-5 tahun ke depan dalam melanjutkan bersama para penyandang disabilitas.

Agenda Besar Pemberdayaan Ekonomi

Apa yang menjadi cita-cita dalam pemberdayaan ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan budaya, harus menjadi bagian agenda besar kita bersama pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil.

Kalau kita sudah memiliki rancang bangun yang baik, arah ekonomi disabilitas akan ke mana, maka kita bisa segera bersinergi dengan menyertakan program LAZISMU lainnya, amal usaha Muhammadiyah dan berbagai majelis, lembaga, dan ortom yang ada di Muhammadiyah yang tentunya akan memberi manfaat yang luas untuk bangsa dan negara.

Bagi LAZISMU, agenda aksi layanan beramal ini menjadi indikator penting untuk Lazismu dan dalam rangka saling kontrol program-program yang berjalan.

Sebelumnya, acara pelatihan ini dibuka oleh Sularno Ketua Majelis Pelayanan Sosial Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam sambutan pembukaannya, ia menekankan kewirausahaan berbagai profesi ini, diharapkan menjadi gerakan masif yang terus bergulir.

Baca Juga  Muhammadiyah: Covid-19 itu Nyata, Bukan Konspirasi!

“Kalau perlu, kita rekayasa bersama untuk saling menguntungkan dengan bertukar pengalaman, bertukar produk, pengetahuan, juga dengan jejaring pengusaha yang dimiliki Muhammadiyah, untuk saling topang dan menguatkan. Seperti untuk isu penyandang disabilitas kami ada di Lazismu, MPM, MPS, dan Majelis Kesejahteraan Sosial Aisyiyah. Tentu dengan melihat perkembangan usaha teman teman selama 3 bulan ini”.

Konsultan Program Gerakan Ekonomi Inklusif Muhammadiyah Fajri Hidayatullah yang juga seorang Tunanetra menegaskan perekonomian inklusif perlu dibangun dan diberdayakan untuk kemandirian para penyandang disabiltas.

Untuk itu, penting pendampingan bagi para wirausahawan disabilitas agar tidak ada lagi hambatan yang sifatnya teknis dan para wirausahawan cepat naik kelas menuju kesejahteraan.

5 anak anak tuna tungu dan 5 remaja tuna rungu dari Singaparna Tasikmalaya dengan didampingi Diana Tri Utami dan Tinisur menyampaikan, bantuan tahap pertama yang diberikan Muhammadiyah digunakannya untuk perawatan mesin jahit dan menambah mesin obras.

Selepas kunjungan tim asessment Muhammadiyah dan saran mulai meluaskan pemasaran, kami langsung mempraktikkannya dengan menawarkan took-toko dipasar untuk tidak lagi memakai plastik tetapi tas daur ulang.

***

Alhamdulillah, ternyata di respon toko musik dan anak anak begitu senang mendapat orderan goodybag, yang contoh hasilnya sudah kami kirimkan ke tim Muhammadiyah.

Sedangkan disabilitas mental Nuryani di Yogyakarta, sejak ada bantuan usaha Muhammadiyah, warung makan mangut lelenya kini dipasok dari teman-teman disabilitas yang ternak lele. Ia merasa bersyukur dapat saling bertukar. Adalah Surahmat, Syahrowardi, dan Agus Widodo, Disabilitas Mental yang membuat usaha ternak lele tersebut.

Pendampingnya Warih Andan Puspitosari menyampaikan warung makan manggut lele Nuryani selama ini dibeli mahasiswa, karena berdekatan dengan kampus. Sejak bulan Desember, program ini di-launching, Nuryani sudah dapat menjalani pesanan dan pembelian ditempat dengan baik, bahkan rasa manggut lelenya semakin di sukai para pelanggan.

Warih juga menambahkan salah satu penerima manfaat penyandang disabilitas membuat Café Desa, meski masih sederhana, namun secara tempat sangat mendukung, sehingga dikunjungi pelanggan, semoga konsep Café Desa ini bisa dikembangkan di tahap kedua program.

Baca Juga  Amin Abdullah: Enam Jalan Moderasi Beragama

Pengalaman Arrazi pendamping di Bireun Banda Aceh lain lagi, dalam mendampingi pelaku usaha mikro disabilitas, penting membuat wadah bersama. Di sana bias, berbagi peran, agar yang membuat produk bisa fokus sedangkan untuk pemasaran kita mengerahkan yang lain.

Seperti usaha hidroponik di sini, teman-teman pemasaran membuat satu wadah wisata, sehingga bisa mengundang pembeli. Di Aceh, ia melihat para pelaku usaha mikro juga menggunakan jasa pegiat tourism, dan menjadi bagian menghidupkan bersama pariwisata dan pelaku usaha mikro.

Untuk Panti Asuhan Disabilitas Aisyiyah Ponorogo, anak anak dan remaja berbagi peran dalam pemanfaatan bantuan modal usaha, dengan ternak lele, melengkapi kebutuhan griya pijat mereka, dan tanam sayur. Salah satunya Rachel 17 tahun menyampaikan bantuan tersebut sudah dibelikan benih, pupuk, dan memperbaiki kolam yang rusak, katanya.  Ikan dan sayur untuk dikonsumsi sendiri, sedangkan untuk teman teman yang tunanetra membuka griya pijat setiap harinya untuk umum.

***

Ilma Sovri Yanti Konsultan Program Ekonomi Inklusif Muhammadiyah menyarankan kepada semua pelaku usaha, agar mulai memikirkan untuk menamakan produknya masing masing, dengan branding atau merk yang menarik dari setiap produk.

Karena baginya itu sangat penting, agar konsumen mengenal produk secara baik. Namun juga tidak mengeksploitasi kondisi disabilitas. Berbagai merek ternama bisa jadi sumber inspirasi bagaimana melakukan komunikasi melalui branding produk. Terakhir juga, ada branding produk masker oleh tuna rungu yang menampilkan simbol telinga, saya kira pesannya sampai baik dari kualitas produk yang dibuat maupun siapa yang membuat.

Program ini juga diharapkan mampu untuk menghidupkan kembali, dengan memulai kemandirian financial yang dibangun melalui kewirausahaan sosial, agar terpenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Selama ini, bantuan subsidi dari pemerintah hanya 35,4%. Rendahnya keikutsertaan dan keterlibatan penyandang disabilitas sebagai penerima bantuan sosial menunjukkan kondisi keluarga dan penyandang disabilitas membutuhkan perhatian serius dalam pemulihannya.

“Untuk itu, dengan bersinergi bersama Muhammadiyah, kita yakin bisa mewujudkannya”, tutup ilma

Reporter: Dedi Warman (Koordinator Program Gerakan Ekonomi Inklusif Muhammadiyah)

Avatar
1341 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanan Haedar Nashir sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…
Report

Hamim Ilyas: Islam Rahmatan Lil Alamin Tidak Sebatas Jargon

1 Mins read
IBTimes.ID – Hamim Ilyas Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan, Islam Rahmatan Lil Alamin harusnya tidak sebatas jargon belaka,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *