Perspektif

6 Resep Menghilangkan Kesedihan

2 Mins read

6 Resep Menghilangkan Kesedihan — Roda kehidupan selalu berputar menurut kehendak dari Sang Khaliq. Ada tawa, ada juga air mata. Ada musibah, ada juga bahagia. Semua terjadi menurut ketetapan-Nya. Semua peristiwa yang terjadi pasti ada alasan dan kebaikan di dalamnya.

Sebagai seorang hamba, kita harus ikhlas menerima takdir yang sudah digariskan, dan harus bersabar saat menerima ujian atau cobaan. Kehilangan, rasa sakit, pengkhianatan, ketakutan, kesusahan, kesulitan, dan cacian adalah bentuk dari perkara penyebab kesedihan.

Rasa Sedih Adalah Cara Untuk Melatih

Ketika rasa sedih muncul, kita dilatih sebagai seorang hamba agar mau belajar berlapang dada. Kita dilatih sebagai seorang hamba untuk belajar ikhlas dan bersabar. Bahkan dengan kesedihan itu juga, adalah bentuk dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya agar mendekat kepada-Nya.

Kesedihan adalah hal yang wajar. Itu adalah fitrah bagian dari kehidupan. Namun, kita tidak boleh berlebihan dalam bersedih. Rasa sedih bisa menjadi tercela jika larut di dalamnya. Rasa sedih yang membuat hati lemah, rasa optimis hilang, tekad merapuh, bahkan membuat harapan hancur. Tidak ada ikhtiar untuk merubah keadaan menjadi bahagia adalah kesedihan yang sangat tercela.

Rasulullah SAW pun pernah bersedih saat ditinggal oleh orang-orang yang mencintai dan dicintai beliau. Namun, Rasulullah tidak berlebihan saat menyikapinya. Rasullullah SAW kembali berjuang dan bangkit tanpa memperpanjang kesedihannya.

Ketika seseorang tertimpa masalah atau musibah, pasti ada solusi atau jalan keluarnya. Karena Allah tidak membebani hamba-Nya sesuai batas kemampuanya.

Allah berfirman di dalam Al-Qur’an,

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَـــــــا

Allah tak membebani hamba kecuali menurut kemampuannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

6 Resep Menghilangkan Kesedihan

Seorang penulis buku Al-Farj Ba’da Al-Syiddah menyebutkan, bahwa pernah ada seorang bijak ditimpa suatu musibah. Teman-temanya datang untuk bersimpati dan mengucapkan keprihatinan mereka terhadap musibah yang melanda.

Baca Juga  Makna Ujian Hidup Menurut Ibnu Qayyim

Si bijak itu berkata, “Aku tahu ada satu obat yang terbuat dari 6 resep yang berbeda.” Teman-temannya pun berkata, “Apa saja itu?”

Lalu, si bijak itu pun memaparkan jawabannya:

Pertama, percaya sepenuhnya kepada Allah. Kedua, kesadaranku bahwa semua yang telah Allah takdirkan akan terjadi. Ketiga, sabar adalah senjata paling ampuh bagi mereka yang mengalami musibah. Keempat, Jika saya tidak sabar, lalu apa yang harus saya lakukan? Rasa resah dan sedih tidak akan membantu. Kelima, mungkin saya akan berada dalam kondisi yang lebih jelek dari pada kondisi sekarang ini. Keenam, dari waktu ke waktu jalan keluar akan selalu ada

Dari poin-poin di atas, bisa disimpulkan bahwa kesedihan juga ada obatnya. Sebagaimana Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, “Semoga jalan keluar terbuka, semoga kita bisa mengobati jiwa dengan doa. Janganlah engkau putus asa manakala kecemasan yang menggenggam jiwa menimpa, saat paling dekat dengan jalan keluar adalah ketika terbentur rasa putus asa.

Di samping rasa sedih, kalau kita mengingat dan mau bersyukur, ada juga nikmat Allah yang bisa direnungi. Nikmat penglihatan, nikmat pendengaran, nikmat bisa berjalan, nikmat bisa menghirup udara yang segar, nikmat kesehatan, nikmat mempunyai keluarga, dan banyak kenikmatan-kenikmatan lainnya.

Di antara kenikmatan yang paling agung ialah nikmat hidayah Rabbaniyah, yakni agama Islam. Kesedihan yang dialami tidak sebanding dengan nikmat Allah yang telah diberikan. Jika kau merasa masalah atau musibahmu sebesar kapal, maka nikmat Allah adalah seluas lautan.

Editor: Zahra

7 posts

About author
Seorang gadis Alumnus Universitas Islam Lamongan. Mempunyai hobi menulis dan membuat seni kaligrafi. Tergabung dalam COMPETER (Community Pena Terbang). Turn to Allah, He will guide your path when you lose your way.
Articles
Related posts
Perspektif

Refleksi Milad ke-112 Muhammadiyah: Sudahkah Dakwah Muhammadiyah Wujudkan Kemakmuran?

3 Mins read
Beberapa hari yang lalu, ketika ibadah Jumat, saya kembali menerima Buletin Jumat Kaffah. Hal ini membawa saya pada kenangan belasan tahun silam…
Perspektif

Tidak Bermadzhab itu Bid’ah, Masa?

3 Mins read
Beberapa waktu lalu, ada seorang ustadz berceramah tentang urgensi bermadzhab. Namun ceramahnya menuai banyak komentar dari berbagai kalangan. Ia mengatakan bahwa kelompok…
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds