Perspektif

Jabatan adalah Amanat: Jangan Dikejar!

1 Mins read

Jabatan adalah amanat. Sebagaimana hidup pada dasarnya amanat. Amanat perlu diemban dengan baik dan benar. Pasalnya, setiap amanat pasti akan dimintai pertanggungjawaban. 

Tanggung jawab itu bermuara pada Sang Pemberi Amanat yaitu Allah., s.w.t. Oleh karena itu, saat seseorang mendapat amanat dalam sebuah jabatan tertentu, maka ia tidak saja menjalankan tugas kemanusiaan, namun sedang mendapat ujian dari Allah. Apakah ia mampu mengemban jabatan itu atau tidak.

Saat pemahaman mengenai jabatan telah sampai pada muara tertinggi, maka selayaknya seseorang tidak mengemis jabatan. Jabatan tidak boleh diminta, namun, saat mendapat amanat, maka pantang bagi seorang muslim untuk menolaknya.

Sebagaimana hadis Rasulullah., s.a.w, “Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah engkau meminta kekuasaan karena sesungguhnya jika engkau diberi kekuasaan tanpa memintanya, engkau akan ditolong untuk menjalankannya. Namun, jika engkau diberi kekuasaan karena memintanya, engkau akan dibebani dalam menjalankan kekuasaan tersebut.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari No. 7146 dan Muslim No. 1652).

Hadis di atas menunjukkan secara gamblang larangan seseorang untuk mengejar jabatan (kekuasaan). Jabatan akan hadir dengan sendiri kepada orang-orang yang “dianggap” mampu.

Mengejar jabatan hanya akan mengurangi niat ikhlas dalam bekerja. Bekerja pada dasarnya merupakan sikap syukur manusia atas limpahan rizki yang telah Allah berikan. Saat seseorang telah merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah kepadanya, maka, pekerjaan apapun akan dilakukan dengan gembira.

Namun, saat seseorang melakukan suatu pekerjaan dengan harapan mendapat jabatan tertentu, maka hidupnya akan dipenuhi oleh kesulitan. Pasalnya, semua selalu dinilai oleh materi atau apa yang saya dapatkan dari pekerjaan ini dan itu. Saat tidak mendapat imbalan yang sepadan, ia menggerutu (kehilangan keikhlasan). Itulah tanda seseorang telah kehilangan orientasi hidup. Padahal, hidup dan rizki telah dijamin oleh Allah. Manusia tinggal berikhtiar untuk menjemputnya.

Baca Juga  Pernikahan Dini: Bukan Cintanya yang Terlarang, Hanya Waktu Saja Belum Tepat

Hal itu tentu berbeda, saat amanat datang tanpa diminta (dikejar) semua pekerjaan akan mudah dilaksanakan. Jika ada kesulitan, maka jalan keluar kemudahan senantiasa hadir disaat-saat yang tepat. Hal itu karena Allah ridho kepada mereka yang mengemban jabatan sebagai buah kerja keras dan prestasi (meritokrasi).

Editor: Yahya Fathur R
Related posts
Perspektif

Benarkah Islam di Asia Tenggara Bukan Bagian dari Dunia Islam?

3 Mins read
Islam di wilayah Asia Tenggara memiliki karakteristik atau watak yang berbeda dengan wilayah lain, khususnya di Timur Tengah. Karakteristik Islam di wilayah…
Perspektif

Bayang-Bayang Seni Kiai Dahlan di Muhammadiyah

3 Mins read
Belum lama ini kita dihebohkan dengan perdebatan seputar hukum musik dalam Islam. Sebenarnya persoalan ini adalah khilafiyah. Karenanya tulisan sederhana ini tidak…
Perspektif

Kurikulum Merdeka adalah Kunci Kemajuan Pendidikan Masa Kini

4 Mins read
Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei (HARDIKNAS) merupakan momentum bagi setiap insan pendidikan untuk memperingati kelahiran pelopor Pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *