Tasawuf

Ada Hari yang Dihilangkan: Bukti Ketidakakuratan Kalender Miladiyah

2 Mins read

Oleh: Ir. Basit Wahid

Dalam tahun 1582 Miladiyah, terpaksa diadakan koreksi terhadap kalender Miladiyah. Sebab, ternyata ada salah hitung mengenai tahun-tahun panjang. Sebelum itu setiap 4 tahun sekali disisipkan satu hari pada salah satu di antara 4 tahun itu. Yakni, tahun yang sudah terbagi oleh 4 jadi 3 tahun memiliki 365 hari, dan satu tahun 366 hari, demikian itu setiap 4 tahun.

Koreksi Salah Hitung

Ternyata, bahwa setiap 400 tahun tersisip 3 tahun panjang terlalu banyak. Ingatlah bahwa setiap tahun jumlah hari tepatnya adalah 365, 2422 hari dan bukan 365,25 hari. Untuk memperbaiki kesalahan tersebut, Paus Gregorius memerintahkan untuk menghilangkan 10 hari, ialah tanggal 4 Oktober 1582 tidak diikuti dengan tanggal 5, tetapi dengan tanggal 15. Koreki dilakukan oleh ahli-ahli astronomi pada abad ke-16 tersebut.

Juga diperintahkan, bahwa selanjutnya setiap 4 abad harus dikurangi 3 tahun Panjang. Ialah dengan peraturan tahun ratusan tidak dihitung sebagai tahun panjang kecuali kalau dapat dibagi dengan 400. Koreksi ini tampaknya sudah sesuai dengan perhitungan astronomi, tetapi sesungguhnya masih akan timbul kesalahan lagi kelak pada tahun 3300!

Inilah segi-segi negatif dari tahun Miladiyah atau Masehi yang oleh sebagian orang dianggap eksak. Bahkan oleh sebagian kalangan dianggap lebih baik daripada kalender Hijriyah. Padahal, segi positifnya hanya dapat menunjukan perubahan musim. Lagi pula pembagian satu tahun menjadi 12 bulan yang rata-rata memiliki 30 hari. Padahal bulan di dalam tahun Miladiyah sama sekali tidak ada hubungannya dengan gerakan Bulan mengelilingi Bumi, satu kali edaran sekitar 29 ½ hari. Pembagian semacam itu tidak dapat dikatakan pembagian eksak atau ilmiah.

Gerakan Merombak Kalender Miladiyah

Oleh sebab itu, tidak mengherankanlah bahwa terdapat gerakan-gerakan untuk merombak kalender Miladiyah ini secara revolusioner yang berdasarkan ilmiah yang eksak. Salah satu di antara saran, ialah pembagian tahun menjadi 13 bulan. Nama, bulan boleh tetap sama, hanya saja bulan ketigabelas disisipkan antara bulan Juni dan Juli, dan dinamai bulan Sol. Setiap bulan panjangnya 4 Minggu atau 28 hari. Tigabelas bulan yang panjangnya sama ialah 28 hari ini menjadikan satu tahun memliki 364 hari. Hingga dengan demikian masih kurang satu hari. Oleh sebab itu, satu hari ini disisipkan pada akhir tahun, yakni sesudah tanggal 28 Desember, dan dinamai hari Sabtu ekstra. Setiap 4 tahun sekali disisipkan satu hari Sabtu ekstra tanggal sesudah 14 bulan Sol.

Baca Juga  Tanpa Renungan, Agama Tak Lagi Berarti Apa-Apa

Dengan kalender semacam itu, setiap tanggal yang sama di dalam bulan apa saja akan jatuh pada hari yang sama. Misalnya, tanggal 8 selalu jatuh pada hari Ahad, entah bulan Juni atau bulan Juli atau bulan apa saja. Hanya saja, setelah tanggal 28 bulan Desember yang jatuh pada hari Sabtu, keesokan harinya bukan hari Ahad, tetapi Sabtu ekstra, yang dinamai “Hari Dunia” atau World-Day. Demikian pula setiap tahun panjang, tanggal 14 bulan Sol yang jatuh pada hari Sabtu, maka keesokan harinya bukan tanggal 15 hari Ahad, tetapi masih hari Sabtu juga yang dinamai hari “Tahun Kabisat” atau Leap-Year-Day.

Meskipun kalender 13 bulan ini tampak lebih eksak dan ilmiah daripada kalender Miladiyah, rupanya kurang besar kemungkinannya untuk diterima oleh masyarakat luas di dalam forum internasional, ialah karena faktor-faktor semacam kelambanan dan sebagainya. Tetapi saran semacam itu setidak-tidaknya menjelaskan, bahwa kalender Miladiyah sama sekali tidak bersifat ilmiah eksak, bahkan kalender mengandung banyak segi negatifnya. Adapun sekarang kalender ini digunakan secara luas di dunia internasional hanya karena sudah terbiasa saja.

Sumber: artikel “Mana Yang Lebih Eksak dan Ilmiah: Kalender Miladiyah atau Hijriyah?” karya Ir Basit Wahid (SM. no. 3/Th. Ke-57 /1977). Pemuatan kembali di www.ibtimes.id dengan pengubahan judul dan penyuntingan.

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds