Tasawuf

Membaca Sejarah Munculnya Tasawuf dalam Islam

4 Mins read

Membaca sejarah tasawuf awal akan membawa kita pada beberapa pertanyaan. Misalnya, bagaimana sejarah tasawuf pada periode awal itu muncul, bagaimana corak dari doktrin atau ajaran tasawuf awal itu, siapa saja tokoh-tokoh dari tasawuf awal itu, atau benarkah tasawuf itu bukan berasal dari Islam? itu mungkin beberapa pertanyaan sederhana yang bisa kita ajukan untuk melihat atau membaca tasawuf awal.

Munculnya Sufisme Awal: Pendapat Orientalis dan Ulama Muslim

Pengkajian pada sejarah munculnya tasawuf awal adalah hal elementer dalam penelitian tasawuf awal. Beberapa karya khususnya dari orientalis telah menelurkan kajian-kajian tentang tasawuf awal. Misalnya seperti A. J. Arberry, R. Nicholson, Margaret Smith, Julian Baldick hingga Annemarie Schimmel telah menerbitkan beberapa karya tentang pengkajian tasawuf awal.

Mereka, tidak sedikit memandang bahwa tasawuf atau sufisme mendapatkan beberapa pengaruh dari luar agama Islam, misalnya Kristen ataupun Buddha. Bahkan ada yang menyebut bahwa tasawuf adalah sayap Islam Kristiani. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Baldick, karena mendasarkan agama Islam tidak terlepas dari pengaruh agama Kristen (Baldick, 1989).

Hal ini juga sudah disampaikan oleh Margaret Smith berpuluh tahun-tahun sebelumnya. Dalam bukunya, Studies in Early Mysticism in the Near and Middle East, Smith bersusah payah untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa praktik-praktik sufisme atau asketis awal merupakan pengadopsian dari ajaran-ajaran agama sebelum Islam yang sudah datang terlebih dahulu sebelum Islam datang.

Untuk menyusun argumennya, Smith menunjukkan pada bagian pertama buku itu. Ia menuliskan tentang praktik asketis pada agama Kristen, lalu disusul dengan bagian kedua pada bagian Islam yang menjelaskan tentang perkembangan asketisme/ sufisme pada awal kemunculannya. Dengan cara itu, Smith tetap mempertahankan argumen utamanya, bahwa praktik-praktik asketisme yang kemudian memuncak pada sufisme berasal dari praktik asketisme agama-agama pra-Islam yang sudah ada terlebih dahulu di wilayah Timur Tengah.

Baca Juga  Benarkah Mushaf Utsmani adalah Hasil Kepentingan Politik Utsman bin Affan?

***

Lain lubuk lain ilalang, dari kalangan Islam sendiri pun juga berusaha membela apa yang sudah disebutkan oleh para orientalis tersebut. Beberapa ulama Islam dan beberapa orientalis yang sedikit tidak mengikuti beberapa orientalis generasi sebelumnya menyebutkan bahwa asketisme, atau sufisme merupakan berasal dari Islam. Beberapa ulama telah mendasarkan bahwa praktik-praktik tentang penyucian jiwa, zuhud sudah ada dalam dua sumber ajaran Islam; al-Quran dan hadis.

Salah satu ulama adalah, Abu al-Wafa al-Taftazani, dalam karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, berjudul Sufi dari Zaman ke Zaman, ia berusaha menepis semua anggapan dari kalangan orientalis tentang munculnya tasawuf itu sendiri. Ia menegaskan bahwa, meskipun ada persamaan-persamaan dengan ajaran sebelum Islam, tasawuf merupakan produk Islam sendiri, karena hal ini adalah tentang pelatihan dan penyucian jiwa. (al-Taftazani, 1992).

Untuk mendukung pandangannya, al-Taftazani menambahkan bahwa terdapat dua sumber lagi selain al-Quran dan hadis, bahwa ajaran tasawuf memang berasal dari Islam. Al-Taftazani menambahkan yaitu; istilah-istilah yang berasal dari para ahli kalam pada generasi pertama, dan bahasa Ilmiah yang sudah terbentuk sampai abad enam masehi, seperti Yunani dan Persia.

Orientalis lainnya misalnya, melihat bahwa beberapa peristiwa mistik dalam al-Qur’an sebagai acuan pengalaman mistik. Seperti pengalaman Nabi Musa ketika bertemu dengan Nabi Khidir ataupun pengalaman Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad yang semuanya dicatat dalam al-Quran, yang kemudian dari pengalaman-pengalaman tersebut yang dicatat dalam al-Quran membentuk ajaran sufisme selanjutnya seperti kewalian (Ernst, 1997).

Enam Faktor Munculnya Tasawuf Masa Awal Islam

Jika faktor-faktor di atas menjelaskan mengapa sufisme muncul dari sisi ajaran, maka disini akan dituliskan tentang sisi sejarah yang melatarbelakangi munculnya sufisme itu sendiri pada masa awal-awal Islam. Vitor Danner (1987) mencatat setidaknya ada enam faktor tentang munculnya tasawuf dalam Islam.

Baca Juga  Eco-Sufism untuk Membenahi Krisis Lingkungan Hidup

1. Adanya usaha untuk melemahkan ajaran asketisme. Dimana sisi esoterisme coba ditenggelamkan dan lebih untuk mengunggulkan eksoterisme Islam.

2. Munculnya institusi mazhab-mazhab hukum yang mulai membentuk pada awal pembentukan ajaran Islam. Dengan pendirian ini, maka telah terjadi kristalisasi syariah dengan munculnya dan hadirnya para ulama.

3. Klaim Syiah tentang para Imam. Hal ini membentuk ajaran bahwa para Imam bagi para Syiah adalah orang yang memutuskan sebuah pandangan politik, yang mana pada saat awal-awal Syiah sangat menderita dalam sejarahnya, dan kalangan kaum sufi lebih memilih untuk menghindari polemik-polemik tersebut.

4. Kebangkitan Islam dan filsafat; penerjemahan karya-karya filsafat pada era Abbasiyah juga merupakan faktor tentang munculnya sufisme. Dari aktivitas ini, lahir misalnya kalangan Mu’tazilah yang mengedepankan akal, sedangkan kaum sufi lebih senang dengan menggunakan “rasa” dalam beragama. Maka hal inilah yang melahirkan apa yang disebut dengan ma’rifah atau gnosis.

5. Agama yang semakin formalisme pada hukum dengan lahirnya para ulama dalam bidang hukum. Hal ini juga menjadi alasan mengapa tasawuf pada periode agama Islam itu muncul pada publik sebagai jalan spiritualisme baru.

Victor Donner melihat dengan hadirnya agama yang menjadi formalitas dan lahirnya para ulama mazhab, maka beberapa aspek esoterisme menjadi berkurang. Apalagi pada masa kerajaan-kerajaan Islam setelahnya, ulama menduduki posisi di kerajaan seperti bagian hakim, administratif, bahkan eksekutif. Hal inilah yang dilihat Donner sebagai monopoli wahyu-wahyu Islam, dimana akhirnya para ulama mempunyai hak sebagai penafsir ajaran Islam.

6. Perlunya kita memastikan pesan kewahyuan yang dikaitkan sejak saat itu dengan tasawuf. Dari poin kelima, Donner menganalisa bahwa Islam eksoteris yang sudah muncul dan mengkristal hanya mengajarkan bagaimana “Cara bertindak”, yang hanya berorientasi pada surga atau hari akhir. Ia mencatat bahwa ini hanyalah jalan keselamatan yang diraih dengan rasa ketakutan. Dan pesan-pesan cinta, pengetahuan, yang ada dalam al-Quran dan Sunnah Nabi semakin berkurang.

Baca Juga  Kata Siapa Muhammadiyah Tolak Sufi, Ini Tiga Tokohnya!

Hal ini mungkin dilihat bahwa praktik-praktik asketisme atau sufisme awal adalah berorientasi zuhud. Misalnya, seperti puasa ataupun mengurangi makanan, hidup selibat, memperbanyak membaca al-Quran, hingga sifat altruisme. Karena memang, tasawuf awal juga bisa dilihat sangat ekstrem atau sangat radikal dalam mempraktikan ajaran asketisme.

Mengenai apa yang disampaikan Donner juga tidak sepenuhnya salah ataupun benar, karena beberapa ulama sufi kemudian, pada masa sistematisasi atau pembentukan ajaran dengan munculnya kitab-kitab tasawuf awal, para ulama sufi mencoba untuk mengawinkan tasawuf dan syariat, atau dimensi esoteris dan eksoterisme.

Singkatnya, apa yang dilihat oleh Donner bahwa munculnya sufisme awal adalah salah satu bentuk alternatif Islam yang lebih menonjolkan esoterisme dari ajaran Islam, daripada eksoterisme. Sebab ini merupakan ajaran awal sufisme, yang setidaknya hingga sebelum abad 10 masehi, sebelum munculnya ulama-ulama sufi yang menulis kitab manual sufi.

Editor: Soleh

Fahmi Rizal Mahendra
17 posts

About author
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. Membaca dan Menulis tentang sejarah Ottoman, Turki & Tasawuf/Sufisme.
Articles
Related posts
Tasawuf

Rahasia Hidup Zuhud Imam Hasan Al-Bashri

2 Mins read
Salah satu kajian yang menarik dari sosok Hasan Al-Bashri adalah tentang “Zuhud”. Membahas zuhud adalah tentang bagaimana cara beberapa sufi hidup sederhana…
Tasawuf

Konsep Syukur Menurut Abu Hasan Asy-Syadzili

5 Mins read
Abu al-Hasan Asy-Syadzili Ali ibn Abdillah ibn Abd al-Jabbar lahir di Ghumarah di daerah Maghribi atau Maroko pada tahun 593 H atau…
Tasawuf

Tasawuf Modern Buya Hamka: Dunia Jangan Ditinggalkan!

3 Mins read
Film Buya Hamka yang tayang di bioskop Indonesia sejak 19 April kemarin menaik animo yang cukup besar dari masyarakat, selain karena diperankan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *