Falsafah

Kedaulatan Bukan Tujuan, Quran Sebagai Petunjuk Hidup

2 Mins read

Oleh: Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo

Pada ayat 23 Surat asy-Syura kita baca: ”Karunia itulah yang disampaikan Allah sebagai berita gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan perbuatan baik. Katakanlah (Hai Muhammad): ”untuk ajakan itu, Aku tidak meminta upah (bayaran) kepada kamu; hanya yang Kupinta kasih sayang dalam kekeluargaan.” Dan siapa yang mengerjakan perbuatan baik, Kami berikan tambahan kebaikan. Sesungguhnya, Allah itu Maha Pengampun Pembalas Kebaikan.”

Karunia Allah untuk Umat Manusia

Perlu dicatat di sini bahwa yang dimaksud oleh Allah dengan ”manusia”itu adalah ”semua manusia,” tanpa terkecuali. Bahkan dengan arti yang luas dari manusia itu adalah ”umat” atau ”bangsa.” Sebab, umat atau bangsa itu toh terdiri dari manusiawi dengan cirinya masing-masing. Antara satu dengan yang lain selalu perlu dan memerlukan.

Lebih tegas, hal ini dapat dibaca dalam Surat al-Baqarah ayat 213: ”Manusia ini adalah umat/bangsa yang satu. Lalu diutus oleh Allah Nabi-nabi, pembawa berita gembira dan yang menyampaikan peringatan, dan diturunkan-Nya bersama mereka Kitab dengan sebenarnya, supaya (Nabi) dapat memberi keputusan bagi manusia dalam perkara yang diperselisihkan. Tetapi yang berselisih itu hanyalah orang-orang yang diberi Kitab dan sesudah datang kepada mereka keterangan yang nyata, karena iri hati antara sesamanya saja, dan Allah dengan kemauan-Nya memimpin orang-orang yang beriman dalam perkara yang mereka pertikaikan itu ke jalan yang benar, dan Allah memimpin siapa yang disukai-Nya ke jalan yang lurus.”

Kedaulatan Bukan Tujuan

Jika kini akan diambil kesimpulan mengenai ”kedaulatan rakyat” atau ”kedaulatan umat,” maka sesungguhnya rakyat atau umat itu tidak dapat dikatakan berdaulat di dalam arti berkuasa penuh. Apalagi rakyat/umat itu tetap saja terdiri dari manusia yang dhaif atau lemah sebagai makhluk. Tetapi tidak saja manusia perorangan, bahkan juga unit manusia yang namanya kaum, umat atau rakyat, diberi kesempatan dan petunjuk untuk menjadi jaya, kuat, sejahtera, dan bahagia di dunia dan di akhirat. Tinggal lagi manusia dan umatnya, mau apa tidak? Sanggup apa tidak?

Baca Juga  Teori Kedaulatan Rakyat

Tujuan hidup toh bukan berdaulat atau berkuasanya, tapi kebahagiaan/kesejahteraan itulah. Paling-paling kedaulatan/kekuasaan itu hanya alat atau sarana belaka untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu kebahagiaan fiddunya wal akhirah. Apa arti berdaulat, tapi tidak berbahagia? Dan akhirnya kebahagiaan itu dapat dipinta kepada dan diterima dari Allah, asal imannya kepada Allah itu mantap dan diisi/dibuktikan dengan amalan yang baik (aamanuu wa ’amilush-shaalihah).

Quran Petunjuk Hidup

Amalan yang baik itu mempunyai segi positif dan segi negatif. Yakni, melaksanakan segala perintah Allah dan menghindari segala larangan Allah. Satu dan lain sesuai dengan kemampuan dan kekuatan yang ada pada diri masing-masing.

Dan petunjuk untuk pengamalan termaksud (positif ataupun negatif) telah pula disediakan/disajikan oleh Allah, betapapun tidak diminta oleh manusia. Bahkan seperti sudah disediakan dan dihidangkan oleh Allah sebagai ”lekker kost zonder onkost” kepada semua manusia dalam bentuk al-Quran yang serba lengkap itu. Masih pula dikirimkan Nabi Muhammad SAW untuk menjadi suri teladan bagi pengamalan Quran dan penjelasan-penjelasannya.

Sumber: artikel “Hal Kedaulatan” ditulis oleh Prof. Dr. Mr. Kasman Singodimedjo dimuat di SM no. 4/Th. Ke-58/1978. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id secara berseri dengan penyuntingan

Editor: Arif

Avatar
1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds