Bengkulu. IBTimes.Id. Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MPK PPM) di Bengkulu, kemarin (7/2). Rakornas yang digelar pada 7-9 Februari tersebut mengusung tema: “Regenerasi Pimpinan Muhammadiyah untuk Indonesia Berkemajuan.” Salah satu pesan dalam sambutannya, Mu’ti mengingatkan bahwa banyak penyakit yang menjangkiti generasi masa kini yang seharusnya dialami oleh mereka yang usianya 10 tahu lebih tua.
Penyakit Generasi Milenial
Abdul Mu’ti menyampaikan ceramah dengan gaya khasnya yang diselingi joke segar tentang ancaman degenerasi di kalangan kader Muhammadiyah. Salah satu di antara faktor penyebab gejala degenerasi adalah menyangkut kesehatan. Banyak penyakit yang dialami oleh generasi masa kini, yang menurut Mu’ti, justru seharusnya penyakit-penyakit tersebut diidap oleh generasi yang usianya 10 tahun lebih tua dari mereka. Nah, mengapa hal itu bisa terjadi?
“Pertama, tentu orang bicara mengenai rusaknya alam yang berkontribusi pada tingkat kesehatan manusia. Kedua, faktor habit atau gaya hidup manusia modern yang cenderung sangat sedikit aktivitas fisiknya. Ketiga, faktor konsumsi makanan sehari-hari yang memang jauh dari sehat,” Mu’ti menjelaskan.
Kepemimpinan Milenial
Bagaimana karakter generasi yang bisa memimpin suatu bangsa? Dengan mengutip ayat 274 Surat Al-Maidah, Mu’ti menyampaikan dua kunci kepemimpinan generasi milenial. Dalam ayat tersebut diungkapkan basthah wal jism. Artinya, mereka punya kekuatan di bidang ilmu dan punya kekuatan secara fisik.
“Saya kira, sebuah realitas di mana memang bangsa-bangsa yang kuat adalah bangsa yang punya ilmu. Dan di manapun saya kira pemimpin harus punya kekuatan ilmu yang disebut dengan general knowledge ability.”
Mu’ti menjelaskan bahwa sosok pemimpin itu harus orang yang serba tahu. Seperti istilah fathanah yang jadi syarat kepemimpinan, sebenarnya dapat diartikan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Mengutip Tafsir Al-Muyassar, Mu’ti menjelaskan bahwa istilah basthatan fil ilmi itu dapat dimaknai sebagai “ilmu yang luas,” sedangkan basthatan fil jismi adalah fisik yang kuat.
“Pemimpin itu tidak boleh sakit-sakitan. Kalau pemimpin sakit-sakitan, maka rakyatnya juga akan ikut sakit. Jadi, pemimpin harus memiliki fisik yang prima, walaupun tidak selalu identik dengan badan tinggi dan besar,” tegasnya.
Reporter: Azaki K
Editor: Arif