Perspektif

Prof Baroroh Baried (2): Fungsi Wanita sebagai Khalifah di Muka Bumi

2 Mins read

Oleh: Prof Siti Baroroh Baried

Fungsi wanita sebagai khalifah Tuhan di muka bumi sejajar dengan kaum laki-laki. Sehingga tugas dan tanggungjawab wanita dalam proses pembangunan nasional tidak berbeda dengan kaum laki-laki pada umumnya.

Menurut statistik, umat Islam menduduki 87% dari penduduk Indonesia yang 180 juta. Dari jumlah umat Islam yang banyak ini, maka lebih dari 50% adalah wanita. Maka potensi ini perlu mendapatkan bimbingan dan penyuluhan yang bermanfaat untuk dirinya, untuk keluarganya, dan untuk masyarakatnya berkaitan dengan fungsi wanita.

Islam dan Wanita

Sebagai umat Islam, wanita muslim juga dibebani dengan pengamalan ajaran agamanya. Dia akan lebih mantap kalau motivasi peranan dalam fungsi wanita sebagai pembina umat itu didasarkan pada ajaran agamanya, ialah agama Islam. Islam sebagai agama yang mengatur kehidupan umatnya, menawarkan juga sejumlah ajaran untuk wanita, baik sebagai individu, sebagai istri dan sebagai ibu anak-anaknya, dan sebagai ibu masyarakatnya.

Sumber ajaran Islam telah jelas, ialah wahyu Tuhan Allah SWT yang dituang dalam kitab suci Al-Quran, dan dilengkapi dengan bimbingan dan suri teladan Nabi Muhammad SAW, yang dihimpun dalam sunnah Nabi atau Hadis. Hal ini mempermudah umatnya untuk mengarahkan ke mana akan berpedoman yang tidak menyesatkan dirinya, ialah ke isi Al-Quran dan isi sunnah Rasul.

Seperti yang telah disabdakan oleh Nabi Muham­mad SAW, “ku tinggalkan dua hal yang bila kalian berpegang kepadanya kalian tidak akan tersesat, ialah Al­-Quran dan sunnah Rasulullah.” Marilah kita angkat isi ayat-ayat Al-Quran dan sunnah Rasulullah yang berisi butir-butir ajaran untuk wanita.

Fungsi sebagai Khalifah

Dalam kedudukannya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi, maka fungsi wanita dan laki-laki adalah sama. Kedua-duanya berkewajiban membuat bumi seisinya bermanfaat untuk kehidupan. Tuhan telah menciptakan manusia untuk mampu menggunkan akalnya untuk membuat hidupnya semakin sempurna baik un­tuk membuat sejahtera jasmani, maupun rohaninya.

Baca Juga  Tentang Cadar yang Diperdebatkan

Alam seisinya bulat-bulat diserahkan oleh Tuhan kepada manusia untuk menyempurnakan diri­nya sebagai hamba Allah yang seluruh hidupnya untuk beribadat kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya da­lam Surat Al-Jathiah (45) ayat13, “dan Allah tundukkan bagimu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Semua itu sebagai karunia dari-pada-Nya. Sungguh itu tanda-tanda bagi orang yang menggunakan akalnya.”

Demikian fungsi manusia sebagai makhluk Tuhan yang menduduki jabatan khalifah, juga fungsi wanita yang ketinggian martabatnya dan kemuliaan hidupnya memerlukan perlengkapan yang telah disiapkan oleh Allah sejak awal kejadiannya. Manusia diciptakan dengan unsur jasmaniah, yang dibentuk guna menunaikan tugas hidupnya. Dibekali dengan rasa, akal, serta kehendak.

Potensi Jiwa

Jiwa manusia berpotensi untuk mendorong manu­sia hidup memenuhi perintah-perintah Tuhannya. Tetapi sebaliknya, jiwa manusia juga berpotensi untuk melanggar larangan-Nya dan mengingkari kewajibannya. Tuhan telah memberikan kepada manusia hati nurani yang mendorong meningkatkan kualitas hidupnya sebagai pengemban amanat Allah, dan hawa nafsu yang selalu menarik manusia untuk ingkar terhadap-Nya. Maka akan jaya kalau dapat menyucikan dirinya, dan akan gagal kalau mencemarkan dirinya. Sebagai firman-Nya dalam surat Asy-Syams (91) ayat 7-10, “Demi sukma dan yang menyempurnakan. Allah mengilhami sukma kejahatan dan kebaikan. Sungguh bahagialah yang menyucikannya dan gagallah yang mencemarkannya.”

Demikianlah fungsi manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi ini, dan wanita juga termasuk di dalamnya. Maka kedudukan wanita betul-betul sama dengan laki-laki di hadapan Tuhan, apalagi di hadapan sesama manusia.

Sumber: “Wanita Islam dan Etos Kerja” karya Prof Siti Baroroh Baried (Jurnal Al-Qalam edisi Desember 1991, IKIP Muhammadiyah Yogyakarta.

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds