Selamat Milad yang ke 56, IMM! Meskipun seluruh dunia sedang prihatin karena tengah menghadapi ancaman virus Corona yang pandemik, catatan strategik mengenai masa depan kita harus dipikirkan.
Konteks kehidupan kaum muda tengah berubah cepat sekali, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi. Era revolusi teknologi 4.0 tidak lama lagi akan tergantikan oleh yang lebih canggih, 5.0.
Perlu diketahui bahwa keduanya benar-benar berbeda. Titik tekannya bukan pada penggunaan teknologi sibernetik yang melampaui batas-batas “perjumpaan langsung.” Tapi pada kebijaksanaan yang lebih tinggi ketika menggunakannya. Bahkan dalam konteks yang lebih luas dan kompleks, hal itu perlu diintegrasikan dengan perkembangan-perkembangan mutakhir berbagai bidang pengetahuan lainnya (teknologi nano, energi terbarukan, bio-kimia, astrofisika dan seterusnya).
Karenanya, artificial intelligence, data technology, robotic technology, the Internet of things dan sederet bidang canggih lainnya, mesti digunakan dalam rangka melayani kepentingan kebajikan universal. Untuk itu, maka memerlukan kemampuan berpikir yang setingkat lebih tinggi dari biasanya (the higher order of thinking skills/HOTs).
Nilai-nilai kebajikan (etis) di balik Al-Qur’an dan teladan kenabian bisa menjadi basis HOTs tersebut. Namun, penyingkapan nilai-nilai dari kedua pedoman kaum Muslim ini, tidak sebatas pada permainan logika kebahasaan, filsafat rasional, dan gnostik. Namun juga konteks praktis kehidupan kemanusiaan yang material. Harus ada kesinambungan yang persisten dan dinamis antara teks, eksistensi manusia, dan konteks kehidupan yang kompleks.
***
Jadi, kita bisa menjadi agensi yang menjembatani antara kitab suci dan realitas kemanusiaan. Namun, tidak kehilangan kesadaran yang lebih tinggi bahwa sinkronisasi kreatif di antara keduanya (teks dan konteks) adalah dalam rangka melayani kepentingan pembangunan peradaban kemanusiaan yang luhur. Itulah cara kita memanifestasikan “ma’rifatullah.”
Nah, IMM harus mengambil bagian dalam agenda pembangunan peradaban ini. Tidak ada pilihan lain. Kita harus menjadi agensi “pikir dan zikir” dalam bingkai HOTs ketika berhadapan dengan kemajuan pengetahuan, sains dan teknologi yang satu sama lain memiliki relasi integralistik. Tanpa itu, tentu saja kita akan memanen chaos. Kita bisa belajar dari pengalaman bahwa proposisi E=MC kwadrat ternyata menghasilkan senjata pemusnah massal (weapon of mass destruction).
Hanya saja, apakah IMM memiliki kemampuan ke arah sana? Penguasaan seutuhnya terhadap fikir-dzikir-HOTs, pengetahuan-sains-teknologi yang transdisipliner, dan segala sumber daya yang mendukungnya?
Jika tidak, harus ada langkah straregik untuk mengambil bagian secara gotong-royong, elaboratif, kreatif dan progresif. Saya yakin -meskipun sekedar keyakinan personal- bahwa di masa depan, pengendali pengetahuan-sains-teknologi dan HOTs inilah yang menjadi tampuk pimpinan ras manusia. Dengan kata lain, tanggungjawab yang lebih besar mengenai masa depan bumi dan penghuninya, ada di tangan mereka.
Kita bisa melihat bahwa beberapa tahun belakangan, di samping adanya gejala alam yang benar-benar terjadi secara alamiah (sunatullah), juga ada yang merupakan dampak dorongan kreatif manusia. Sayangnya hal ini cenderung tidak bermakna positif. Kita menimbun lebih banyak polusi, mempercepat pemanasan global, mempercepat melelehnya es di Kutub Utara dan Selatan, dan mengikis lapisan atmosfer. Semua itu nyata terjadi.
***
Sementara yang ada di sekitar kita? Sumber-sumber air rusak, sungai-sungai penuh sampah, limbah dan beracun, gedung-gedung tinggi mengancam pepohonan, hutan-hutan menjadi gundul, sementara bukit dan gunung, semakin rata dengan tanah. Di rumah kita? Sampah-sampah plastik dan sampah lainnya bertebaran.
Lalu kebanyakan orang, abai mengenai hal ini. Apa yang digandrungi adalah perebutan harta dan kuasa. Sementara mereka yang kaya dan berkuasa, semakin haus dan serakah. Destruktivikasi alam dan kemanusiaan yang sistemik, sekedar dianggap angin lalu yang tidak penting. Seperti tidak ada kematian, akhirat dan hari di mana kaki dan tangan bersaksi di hadapan Tuhan.
IMM, adalah cendekiawan berpribadi, berkarakter unggul, serta tampuk pimpinan umat nanti, tentu harus memikirkan ini semua. Kalau ada yang nyinyir bilang “jangan muluk-muluk,” abaikan saja. Karena siapa saja yang menghamba kepada Allah, lantas secara cermat memperhatikan ayat-ayatnya dan ayat-ayat semesta yang ada, senantiasa menghadapi “yuwaswisu fi sudurinnas.” Mereka pengganggu, bisa jadi adalah pembisik dari golongan jin dan manusia.
Kita mungkin bisa memulai segala langkah strategis, dari gemar membaca tanda-tanda zaman. Kita perlu menyebarkan kader untuk menekuni berbagai bidang pengetahuan, sains, dan teknologi, di berbagai perguruan tinggi terkemuka di dunia. Kita harus menanam benih-benih para ahli pikir-zikir-HOTs dan kelak bersatu bersama Muhammadiyah, merawat kemanusiaan, bumi dan semesta.
Kita harus pandai dan menjadi yang terbaik di segala bidang ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi. Dan di masa depan nanti, setengah abad mendatang, kita siap berjihad fi Sabilillah melawan segala bentuk dehumanisasi dan destruktivikasi alam yang ganas dan membabi-buta.
Sekali lagi, tugas IMM memang berat. Karena kita dilahirkan untuk menjadi ksatria petarung, bukan brahmin yang duduk berlama-lama merenung dan pidato di atas mimbar. Ingat, kita petarung peradaban.