Perspektif

Kiat Jitu Menulis Karya Fiksi

4 Mins read

Menulis fiksi tidak lebih mudah dari pada menulis karya non fiksi. Pada umumnya, orang beranggapan bahwa genre fiksi lebih mudah digarap. Namun, faktanya tidak selalu demikian.

Justru sebaliknya. Untuk menulis fiksi perlu kiat-kiat khusus. Berikut adalah beberapa kiat yang dapat dicoba. Terutama untuk menggarap cerpen, novella, juga novel.

Niat Yang Betul

Menata niat itu penting. Selalu saya tekankan bahwa menulis harus diiringi dengan niat yang betul. Untuk tulisan jenis apa saja. Termasuk juga dalam menggarap tulisan fiksi.

Contoh niat yang betul yang saya maksudkan seperti untuk memberi motivasi, memberi inspirasi, mendidik, mengajarkan nilai, karakter dan seterusnya. Karena itu, calon penulis dalam mengawali tulisannya harus menentukan niat yang betul.

Tentukan Tema

Untuk menggarap tulisan fiksi, kita harus tentukan tema. Tema berfungsi agar pembaca mengetahui konteks karya yang kita tulis. Tema sekaligus membatasi wilayah kita dalam menulis.

Tema karya fiksi bisa banyak sekali macamnya. Misalnya, kisah roman, persahabatan, keluarga, heroisme, edukasi, perjuangan, kebangsaan, journey, dan seterusnya. Intinya, tema itulah yang membuat pembaca paham tentang apa karya yang kita ajukan. Tema sekaligus membatasi kita dalam penggarapannya.

Pada praktiknya, tema tidak seketat itu. Tema yang Kita tulis bisa saja multidisiplin. Artinya, kita bisa saja memadukan beberapa tema dalam karya kita. Namun, buatlah pikiran pembaca terang. Buat mereka mengerti. Dalam lingkup apa sebetulnya tema yang Kita garap.

Pengenalan Yang Baik

Ada satu tahap dalam menulis fiksi yang disebut pengenalan. Pengenalan bisa saja tentang tokoh dan wataknya, latar tempat dan waktu, peristiwa atau konteks. Intinya, kita mesti mengenalkan pada pembaca tentang beberapa hal tersebut.

Pengenalan yang baik adalah bagaimana kita mengenalkan dengan baik tentang tokoh dan wataknya, latar tempat dan waktu, dan juga peristiwa dalam tulisan kita pada pembaca. Caranya adalah dengan memaparkan sejalas-jelasnya pada pembaca.

Dalam mengenalkan tokoh, harus jelas siapa tokohnya, dan juga sebagai apa perannya. Begitu juga karater yang diperankan. Dalam mengenalkan tokoh ini bisa satu demi satu. Atau beberapa sekaligus. Ini hanya soal pilihan saja.

Baca Juga  Islam Pernah Berjaya di Eropa Timur Abad Pertengahan

Pengenalan seting tempat dan waktu juga sangat penting. Ini harus dijelaskan di awal. Supaya pembaca paham kapan kisah itu terjadi dan di mana.

Terkait waktu, bisa saja kita membangun kisah pada masa dahulu, sekarang, atau masa depan. Soal tempat juga harus dijelaskan. Di mana itu terjadi.

Tempat bisa di mana saja. Di Desa mana, Kota mana, Negara, atau bisa juga di planet lain. Namun harus dibuat ilustrasinya sejelas mungkin.

Tentang pengenalan peristiwa juga tidak kalah penting. Buatlah pembaca terkesan dengan pengenalan. Terutama soal peristiwa. Itu yang akan membatasi pembaca pada sebuah tema. Artinya, dengan pengenalan peristiwa, pembaca sedikit banyak dapat memprediksi jalannya cerita.

Tentukan Alur

Menentukan alur sangat penting dalam peggarapan karya fiksi. Terutama fiksi skala panjang. Alur yang kita ajukan bisa saja progresif, regresif, atau mix. Progresif berarti alur maju. Regresif sebaliknya, yaitu alur mundur. Mix artinya campuran antara alur maju dan mundur.

Secara sederhana, dalam pemakaian alur progresif tahapannya adalah pengenalan, kemunculan konflik, klimak, anti klimaks, penyelesaian. Sementara itu, tahapan alur regresif adalah penyelesaian, anti klimaks, klimaks, kemunculan konflik, pengenalan. Sedangkan alur mix tahapannya adalah klimaks, kemunculan konflik, pengenalan, anti klimak, penyelesaian.

Alur karya fiksi yang banyak dipakai pada umumnya adalah alur progresif. Lebih mudah. Sementara untuk menggunakan alur regresif agak susah. Karena itu tidak banyak dipakai. Sementara itu, penulis hebat bisa saja memakai alur mix. Bagi penulis hebat, mudah saja menggunakan alur mix.

Kuatkan Sisi Konflik

Konfik itulah yang membuat sebuah karya menarik untuk dibaca. Sederhananya konflik adalah pertentangan. Konflik bisa saja internal atau eksternal. Konflik internal artinya pertentangan yang terjadi ada dalam batin atau diri seseorang. Konfik internal ini jika didetail dengan baik bisa menghasilkan karya yang luar biasa. Sementara itu, konflik eksternal adalah konflik antara dua orang atau lebih.

Baca Juga  Mengapa Hak Seksual Perempuan Sering Terabaikan?

Konflik bisa tentang apa saja. Intinya sesuatu yang menghasilkan pertentangan. Perkuatlah sisi konflik ini. Biasanya, kuatnya konflik inilah yang membuat pembaca ingin terus melihat kelanjutannya. Begitu juga penyelesaiannya.

Gunakan Pertimbangan Logis dan Perkuat Imajinasi

Pertimbangan logis artinya kita membuat peristiwa yang masuk akal. Peristiwa yang hendak kita sampaikan harus dibuat masuk akal. Meskipun itu fiksi, buatlah peristiwa itu masuk akal. Ini akan menimbulkan afirmasi para pembaca terhadap peristiwa yang kita bangun.

Ingat, membuat karya fiksi bukan berarti kita menyuguhkan peristiwa yang tidak logis. Justru pertimbangan logis itulah yang membuat cerita mudah dipahami. Karena itu, dalam mendetail sebuah karya fiksi, membuat segalanya masuk akal itu sangat penting.

Memperkuat imajinasi juga penting. Ingat, karya fiksi adalah ruang kebebasan. Kita bebas-bebas saja membangun peristiwa apa saja. Tapi ingat, tetap harus menggunakan pertimbangan logis. Sebagaimana telah saya jelaskan.

Karya fiksi tidak dibatasi dengan metodologi yang ketat sebagaimana karya ilmiah. Karena itu, kita diberi ruang kebebasan dalam mendetail karya fiksi. Ini sebabnya mengapa banyak ahli, juga beberapa filsuf menggunakan karya fiksi untuk menuangkan gagasan filosofis penting.

Gunakan Perspektif Unik

Ingat, sudut pandang yang unik penting dalam menyajikan berbagai karya. Ini yang membuat karya Kita berbeda dengan karya yang telah ada. Perspektif yang unik adalah perspektif yang tidak banyak digunakan orang.

Menggunakan perspektif yang unik sangat penting. Terutama untuk mendetail peristiwa yang telah banyak dibicarakan orang. Ini yang membuat karya Kita baru.

Degan perspektif unik juga bisa memberikan pengetahuan baru atas peristiwa yang lama. Karena itu, dalam mendetail sebuah karya, perspektif yang unik itu harus dicari dan ditemukan. Kemudian digunakan.

Pilih Susunan Kalimat dan Diksi

Susunan kalimat dan pilihan diksi juga perlu diperhatikan. Bahkan ini tidak hanya berlaku untuk tulisan fiksi. Tapi semua tulisan.

Baca Juga  Benarkah Imam Syafi'i Mengharamkan Ilmu Kalam?

Susunlah kalimat yang pendek dan jelas. Jangan terlalu panjang. Termasuk juga dalam penyusunan paragraf. Jangan terlalu panjang. Sebaiknya tidak lebih dari lima kalimat dalam satu paragraf.

Begitu juga terkait diksi. Jangan sampai membuat pembaca megernyitkan dahi karena berusaha memahami diksi. Gunakan diksi yang jelas dan unik jika memungkinkan. Tapi jangan sampai terkesan memaksakan diksi.

Tunjukkan Sisi Eksotis dan Detail yang Baik

Pembaca fiksi pada umumnya lebih tertarik dengan suasana eksotis. Ini akan memberikan kesan lebih pada pembaca. Kurang menimbulkan kesan jika suasana biasa-biasa saja. Karena itu, perlu untuk memberi ilustrasi yang eksotis dalam mendetail suasana.

Eksotis tidak melulu di sebuah pegunungan dengan matahari terbit atau tenggelam. Atau suasana pantai di sore hari. Bisa juga suasana perkotaan atau yang lainnya. Intinya kita harus bisa menunjukkan sisi eksotis dari peristiwa, terutama masalah ruang.

Karena itu, sangat penting untuk memberikan detail yang baik. Detail yang baik artinya kita memberikan gambaran sebuah peristiwa dengan sangat detail. Sedetail mungkin.

Pembaca fiksi pada umumnya kurang tertarik dengan peristiwa global. Mereka lebih tertarik dengan peristiwa spesifik yang lengkap. Karena itu, penting untuk menghadirkan peristiwa yang detail dalam tiap kalimat. Selain itu, peristiwa yang detail sangat baik untuk memunculkan suasana eksotis.

Perkuat Nilai dan Terus Berlatih

Karya fiksi bukanlah karya tanpa tujuan. Selain niat yang betul, harus juga ada nilai yang disisipkan dalam karya kita. Perjelas dan perkuatlah nilai tersebut. Karena nilai inilah sebetulnya yang ingin kita sampaikan melalui sebuah karya.

Yang tidak kalah penting, kiat-kiat di atas adalah pengetahuan secara teoritik. Kiat-kiat tersebut perlu dipraktikkan dengan terus berlatih. Ingat, kemampuan untuk mendetail karya fiksi adalah kemampuan aplikatif. Karena itu, cara mengasahnya hanya dengan berlatih dan terus berlatih. Demikian, kiat-kiat ini. Semoga bermanfaat. Selamat mencoba.

Editor: Yahya FR
4 posts

About author
M. Khusnul Khuluq. Human Right Defender, Pegiat filsafat, Kader Muda Muhammadiyah.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds