Tidak sedikit yang mengkhawatirkan terkait dengan kelompok kelas bawah yang bekerja harian. Tanpa pergerakan dan bekerja, kelompok miskin ini adalah orang-orang yang memang tidak punya uang untuk menghidupi keluarganya. Mereka inilah orang yang pertama kali terpapar virus.
Ironisnya, ketika sudah terpapar pun mereka tidak mudah untuk mendapatkan perawatan rumah sakit. Ketidakmudahan ini bisa dilihat tidak hanya mendeteksi badan mereka, apakah negatif atau positif terkena virus yang membutuhkan waktu minimal 3 hari, melainkan juga kapasitas dari struktur dari rumah sakit yang kita miliki.
Banyak yang meminta agar pemerintah Indonesia memiliki konsentrasi kepada kelompok miskin ini, salah satunya dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai sekaligus juga mengkampanyekan kepada kelompok ini untuk ikut BPJS. Selain itu, dengan solidaritas komunal yang kuat, tidak sedikit yang mulai melakukan kampanye solidaritas penggalangan dana untuk kelompok rentan ini.
Solidaritas komunal ini sudah dilakukan dalam melakukan sosialisasi cuci tangan serta menyerukan jarak sosial untuk tinggal di rumah dan menjaga jarak 1, 5 meter dengan orang lain saat berada di ruang publik melalui kerja-kerja sukarela banyak orang di media sosial dengan konten yang menarik.
Kelompok agamawan yang diwakili oleh sejumlah ormas Islam dan kelompok agama Hindu, Budha, dan Kristen, dan Khatolik juga massif melakukan kampanye untuk beribadah di rumah di tengah resistensi anggota masyarakat terhadap keyakinan mereka di mana sembahyang harus ke tempat ibadah.
Di sisi lain, pelbagai seruan agar pemerintah lebih agresif dan keras untuk membuat kebijakan agar kurva yang terkena virus ini tidak naik mulai membuahkan hasil. Sebelumnya, pemerintah Indonesia masih melihat ini persoalan virus biasa dan menganggap enteng, berakibat kepada terlalu lemahnya kebijakan yang dibikin.
Kini, sikap pemerintah mulai berbeda. Meskipun belum terlihat agresif, setidaknya pemerintah Indonesia serius akan menangani ini. Hal ini ditandai dengan dibikinnya gugusan tim penanganan covid 19, adanya sms dari BNPB terkait dengan virus ini, dan adanya kampanye bekerja di rumah yang saat ini mulai direspon oleh banyak pihak.
Apa Kontribusi dari 50 Orang Kaya Indonesia versi Forbes ?
Meskipun masih rencana, niat baik pemerintah juga mulai terlihat dengan ingin melakukan tes massal kepada masyarakat ini seperti yang dilakukan di Korea Selatan. Namun, ada satu hal yang belum pernah dibicarakan, yaitu kontribusi dari 50 orang kaya Indonesia versi Forbes.
Saya belum melihat gerakan yang dilakukan oleh orang-orang kaya ini. Padahal dengan uang, modal kapital, dan infrastruktur yang dimiliki yang kekuatannya melampaui negara-bangsa, mereka sebenarnya bisa membantu Indonesia, baik sosial maupun finansial untuk mengatasi krisis global ini di Indonesia. Terlalu terpaku kepada negara, sementara kapasitas kesehatan yang dimiliki olehnya sekaligus kontestasi politik yang terjadi didalamnya, tidak cukup mampu untuk mengatasi ini semua.
50 orang kaya versi Forbes dengan kekuatan kapitalnya inilah yang bisa diharapkan untuk membuat Indonesia bisa mengatasi krisis ini. Ini karena, virus ini bukan hanya persoalan kelas, tak memandang agama, melainkan juga persoalan semua lapisan.
Setinggi apapun kelas elit Indonesia, ia akan beririsan dengan kelompok miskin yang berposisi sebagai tukang sayur, asisten rumah tangga, supir pribadi sekaligus juga pembantu umum di gedung-gedung bertingkat yang saat ini masih bekerja. Meskipun kelas menengah dan elit atas sudah menjaga kebersihan, tapi tidak mendukung kelas di bawahnya, virus ini sangat memungkinkan untuk kena juga kepada mereka melalui irisan-irisant tersebut.
Karena ini persoalan semua, sejumlah orang-orang kaya di luar negeri pun turut campur dengan memberikan sejumlah uang dan bantuan yang tidak sedikit. Misalnya, Yayasan Bill Gates dan Melinda Gates telah menyumbangkan US$ 10 juta untuk membantu pasien-pasien di China dan Afrika. Sementara pendiri Alibaba sekaligus orang kedua terkaya di China, Jack Ma dilaporkan menjanjikan US$ 14 juta miliar untuk upaya mengembangkan vaksin coronavirus melalui Jack Ma Foundation. Ia juga menyumbang 1 juta masker dan 500 ribu alat pendeteksi virus corona ke Amerika Serikat.
Jika dilihat peredaran virus ini berkembang, hal ini seiring dengan mobilitas individu dari satu negara dengan negara yang lain, di mana struktur ekonominya terintegrasi secara global dengan landasan spirit kapitalisme sebagai fondasi perusahaan mereka di sejumlah negara. Terpaparnya secara langsung kelompok-kelompok miskin dan rentan, tentu saja akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan mereka, khususnya kelompok buruh sebagai kelas terbawah yang menggerakkan usaha mereka melalui keringat harian mereka.
Mau tidak mau, keterlibatan 50 orang kaya Indonesia versi Forbes ini sangat dibutuhkan. Tanpa adanya intervensi dan turun tangan orang-orang kaya ini sangat sulit bangsa Indonesia mengatasi krisis pandemik seringkali tidak disadari oleh sebagian besar masyarakat.
Editor: Azaki