Perspektif

Siapkah Indonesia melakukan Lockdown?

3 Mins read

Wabah Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) atau yang biasa kita kenal dengan virus Corona ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. WHO menyebutkan virus corona sebagai Pandemi atau penyakit global sehingga pemerintah harus mengambil “tindakan mendesak dan agresif”. Tindakan yang dilakukan Wuhan, kota  di mana pertama kali virus ini ditemukan yaitu melakukan lockdown.

Lockdown sendiri diartikan sebagai larangan warga untuk masuk kesuatu tempat karena kondisi darurat. Kebijakan China melakukan lockdown di daerah tersebut berdampak baik jika dilihat dari menurunnya tingkat penyebaran virus bahkan WHO pun menyebut lebih dari 70% dari jumlah total pasien virus corona telah berhasil sembuh.

“Kita perlu ingat bahwa dengan tindakan dini yang tegas, kita bisa memperlambat virus dan mencegah penularan. Di antara mereka yang terinfeksi, kebanyakan akan sembuh” jelas Direktur Jendral (Dirjen) WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kepada wartawan di Jenewa, Swiss, Seperti dilansir AFP, Selasa (10/3).

Lalu bagaimana dengan Ibu Pertiwi? Semenjak awal bulan Maret 2020 Indonesia ternyata juga terserang virus Corona yang bermula saat Presiden Joko Widodo menyatakan ada 2 kasus positif terinfeksi COVID-19 di Depok yang diduga tertular oleh warga negara Jepang yang terbang dari Malaysia.

Lalu, setelah itu kasus corona di Indonesia semakin merebak. Dilansir oleh CNNIndonesia.com update data Minggu, 22 Maret 2020 jumlah pasien bertambah menjadi 514 orang. Sebanyak 48 orang di antaranya meninggal dunia dan 29 orang lainnya dinyatakan sembuh.

Cepatnya pertumbuhan virus corona di Indonesia menjadi pertanyaan besar bagi masyarakat. Apakah tindakan Indonesia selanjutnya? Apakah akan mengikuti China dengan melakukan lockdown? Namun apa dampak dari lockdown sendiri jika dikaitkan dengan perkekonomian Indonesia.

Baca Juga  Bencana Alam dan Salah Kaprah Narasi Religius

Akibat tingginya pertumbuhan virus corona di Indonesia, pemerintah pusat dan daerah mulai menerapkan kebijakan work from home, belajar dari rumah hingga ibadah dirumah. Pasalnya, rata-rata penyebaran virus corona didalam negeri setidaknya mencapai 2,91 persen setiap jam, ujar Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal.

***

Saat ini pemerintah hanya terfokus pada penanggulangan dampak Corona terhadap ekomoni, karena dengan diberlakukannya social distancing dan juga self distancing akan membuat tingkat konsumsi masyarakat menurun drastis. Maklum saja, perekonomian nasional sangat bergantung pada laju konsumsi masyarakat. 

Kota terbanyak terjangkit corona adalah Jakarta dan kota-kota di pulau Jawa, yang mana kota tersebut menjadi penggerak roda ekonomi dalam negeri. Bahkan Jakarta merupakan pusat pemerintahan, bisnis, dan perdagangan Indonesia. Beberapa pihak menilai jika langkah lebih lanjut untuk melakukan lock down ampuh untuk menghambat dan menghentikan merebaknya virus Corona seperti yang dilakukan kota Wuhan, namun jumlah kasus di ibu kota cukup tinggi dibanding daerah lain.

Kondisi ini berbeda dengan China, di mana yang ditutup adalah kota Wuhan. Sedangkan pusat bisnis seperti Shanghai dan Beijing tetap bisa berjalan. Tidak hanya konsumtif masyarakat yang menurun, nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat menyentuh level Rp. 16.273 per Dolar Amerika pada 20 Maret 2020 pukul 17.00 WIB.

Rosan Roeslani selaku ketua umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) menyebutkan jika penguatan di sektor UMKM dapat menjadi salah satu aspek yang dapat memberikan nafas panjang kepada rupiah.

Seperti yang kita tahu juga, sekitar 26 persen barang dari China bahan mentah dan bahan penolongnya berasal dari Indonesia terutama batu bara dan kelapa sawit. Akibatnya, sektor ekspor kita menjadi terganggu. Adanya dampak penurunan pendapatan pekerja di sekrot tersebut dan pengaruhnya ada pada sektor rumah tangga hingga investasi.

Baca Juga  MUI: Menguatkan Nasionalisme, Mengedepankan Islam Wasathiyah

Jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia sepertinya ‘belum’ siap untuk lockdown, pemerintah tidak bisa langsung mengambil kebijakan untuk melakukan lock down. Namun demikian, walaupun Indonesia saat ini hanya mencoba mengurangi dampak ekonomi dari Covid-19, bukan untuk mengatasi penyebaran Covid-19 dengan social distanding.

***

Pemerintah dituntut untuk bisa bekerja secara efektif, infrastruktur dan jaringan internet perlu dibuat memadai agar kerja online bisa dilakukan. “Kementrian Ketenagakerjaan perlu menyusun pola komunikasi digital, sehingga penyebaran Covid-19 dapat dikendalikan dan aktivitas ekonomi segera recover” ujar Andry Satrio Nugroho Ekonom Institute for Development eof Economics and Finance (ENDEF).

Pemerintah dan masyarakat harus saling bekerja sama dalam menanggulangi virus ini, pemerintah yang selalu memantau dan mengambil kebijakan-kebijakan dan masyarakat yang harus patuh dengan tetap membatasi diri keluar rumah agar penyebaran virus terhenti.

Pemerintah juga harus mengantisipasi corona dengan baik dalam segi apapun. Indonesia berpotensi mengalami krisis ekonomi apabila mayoritas pelaku ekonomi di hampir semua sektor tidak bisa melakukan aktifitas ekonomi secara baik. Semua indikator ekonomi mengalami perkembangan negatif sehingga mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan kemiskinan.

Sungguh, begitu banyak kerugian yang dirasakan akibat virus corona. Jika berbicara terkait dampak perekonomian di dunia akibat virus corona menurut Bank Pembangunan Asia (ADB) kerugian yang akan dirasakan setara dengan kehilangan 0,1% hingga 0,4% PDB dunia.

Jika dalam skenario terbaik, kerugian ekonomi dunia sebesar Rp. 1.230 Triliun dalam kurs Rp. 15.900/USD. Dalam skenario sedang, dunia bakal merugi sebesar Rp. 2.480 Triliun. Dan dalam skenario terburuk, dunia akan kehilangan Rp. 5.517 Triliun yang setara dengan 0,4% PDB Global. Beberapa sektor yang diperkirakan paling berdampak akan merebaknya kasus ini antara lain sektor Pariwisata, transportasi, dan manufaktur.

Baca Juga  Bagaimana Posisi Perempuan dalam Ruang Politik Kita?
Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Mahasiswa jurusan Akuntansi 2018 Universitas Muhammadiyah Malang
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds