Perspektif

Stay at Home dan Social Distancing, Adakah Hikmahnya?

3 Mins read

Himbauan untuk tetap dirumah (stay at home) dan social distancing (jaga jarak) adalah mengurangi jumlah aktivitas di luar rumah dan interaksi dengan orang lain, mengurangi kontak tatap muka langsung, dan lebih untuk tetap berdiam dirumah. Langkah ini dinilai tepat untuk menghambat sebaran Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) yang hingga 21/3/2020 sudah menjangkit 450 orang di Indonesia.

Namun, stay home dan social distancing terlepas dari pandemi virus corona ini pastinya ada hikmah tersendiri, di mana terkadang kita terlalu sibuk hingga tidak sempat mempunyai waktu untuk keluarga di rumah. Terkadang kita sebagai orangtua pergi kerja ketika anak masih tertidur, dan pulang saat anak kita sudah terlelap.

Mungkin nantinya stay home atau lebih banyak meluangkan waktu untuk keluarga bisa kita sempatkan, agar quality time bersama keluarga bisa lebih sering didapatkan. Stay at home tanpa adanya virus corona mungkin akan lebih nikmat kita rasakan, tanpa adanya rasa cemas terhadap menyebarnya COVID-19. Bukan berarti selalu bekerja dari rumah, namun bisa meluangkan waktu lebih banyak untuk keluarga.

Rumah sejatinya adalah surga bagi para penghuninya, dan bisa menenangkan penghuninya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 80 yang artinya : “Allah menjadikan untuk kamu rumah rumah sebagai tempat ketenangan.” Jadi, di dalam rumah sesungguhnya mengandung ketenangan, pastinya kita akan lebih nyaman ketika berkumpul bersama keluarga di rumah.

Namun terkadang keadaan membuat kita harus jauh dari orang rumah, urusan pekerjaan dan menempuh pendidikan yang biasa membuat masyarakat kita harus berhubungan jarak jauh (long distance relationship) dengan orang tercinta dirumah. Sebagai contoh penulis yang sekarang harus jauh dari sosok ayah yang biasa penulis memanggilnya “Bapak”, beliau sudah lebih dari 20 tahun bekerja di Negeri Jiran.

Baca Juga  Ketahanan Psikologis Menghadapi Virus Corona (Bagian 2)
***

Meski dalam setahun selalu pulang kampung ketika bulan Ramadhan, namun di tengah pandemi virus corona seperti saat ini, membuat rasa rindu itu bercampur rasa khawatir. Meski setiap hari masih berkomunikasi melalui video call, tapi jika mendengar cerita keadaan di sana sungguh membuat hati penulis khawatir dan was-was. Dan mungkin perasaan yang sama juga dialami oleh berbagai masyarakat yang mempunyai keluarga yang menjadi tenaga kerja diluar negeri, termasuk di Malaysia.

Kumpul bersama keluarga merupakan nikmat dari Allah SWT yang tidak bisa ternilai, dimana ketika bersama keluarga, canda tawa dan keakraban pun selalu menjadi keseharian. Himbauan stay at home memang mungkin membuat sebagian dari kita serasa tidak bisa berkutik, apalagi bagi yang bekerja diluar rumah.

Namun, kebijakan dan seruan untuk stay at home mari kita manfaatkan untuk lebih dekat lagi dengan keluarga. Baiknya kita tidak keluar rumah jika tidak ada sesuatu hal yang mendesak dan penting, karena pastinya stay at home adalah salah satu langkah terbaik saat ini untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 terutama di daerah zona merah yang sudah banyak kasus terjangkitnya virus corona.

Manusia adalah makhluk sosial, kehidupannya tidak bisa lepas dari manusia lainnya. Interaksi atau kontak fisik sudah menjadi kebiasaan kita dalam hidup bermasyarakat, antara satu dengan yang lain pun kadang tak berjarak. Tapi kini dengan mewabahnya virus corona, kita semua dihimbau untuk lebih meningkatkan kewaspadaan, salah satunya dengan menjaga jarak orang yang satu dengan yang lain.

***

Semua demi menjaga diri sendiri dan orang lain, agar wabah ini tidak semakin meluas. Melakukan social distancing yakni dengan cara menjaga jarak paling tidak 1 – 2 meter dari orang lain, dan mengurangi kontak fisik seperti berjabat tangan dan sebagainya. Shalat pun jika masih dilaksanakan secara berjamaah, dihimbau untuk merenggangkan shaf. Guna menghindarkan diri dan orang lain dari penyebaran virus corona ini.

Baca Juga  Baca Al-Qur'an di YouTube, Syiar atau Riya'?

Dengan adanya kebijakan social distancing, baiknya kita tetap stay at home. Mungkin kita bisa mengisinya dengan bersih-bersih rumah, baca buku, atau baiknya dengan membaca Al Qur’an di rumah. Work from home juga salah satu cara untuk mengisi waktu di saat social distancing dan stay at home diberlakukan, dan pastinya masih banyak lagi kegiatan yang bisa kita lakukan.

Jika pun kita harus terpaksa dan mempunyai kepentingan untuk keluar rumah, social distancing adalah cara kita menjaga diri sendiri dan orang lain. Pemberlakuan Belajar Dari Rumah (BDR) melalui daring (online) juga salah satu cara untuk memerangi virus ini. Dengan adanya BDR akan membuat orangtua lebih peduli dengan perkembangan pendidikan anaknya, yang mungkin sebelumnya hanya sebatas menanyakan PR atau nilai yang didapat.

Kini, orangtua bisa menemani dan menjadi guru ‘dadakan’ bagi anaknya, dan anak mungkin akan merasa lebih nyaman ketika orangtuanya mau turut mengawal anaknya belajar. Mungkin keadaan ini sulit atau memang sulit, tapi pastinya ada hikmah dibalik semua ini.

Dengan adanya himbauan ini, baiknya kita buat untuk berisitirahat dari berbagai penatnya kehidupan dunia dan lebih mendekatkan diri pada Yang Maha Pengasih. Wabah COVID-19 bukan hal yang remeh dan tidak sepatutnya kita mengabaikan himbauan dari para ahli dan otoritas terkait.

Stay at home dan social distancing adalah ikhtiar kita dalam menghadapi virus corona, mengenai ikhtiar, Allah SWT telah memotivasi kita untuk senantiasa berusaha jika ingin mengubah keadaan.

***

Sebagaimana firman-Nya dalam Alquran: إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ “Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan (nasib) sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan (perilaku) yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. al-Ra’d: 11).

Baca Juga  Rukyat adalah Metode Masa Jahiliyah: Masihkah Relevan?

Semoga Allah SWT segera mengangkat virus corona dari muka bumi ini, sehingga aktifitas kita kembali normal seperti sedia kala. Karena sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S Al Insyirah, ayat 5-6), dan di setiap kejadian pasti ada pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil.  

“Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.” (QS. Al-Baqarah, ayat 269).

Setiap kejadian yang ditakdirkan pasti mengandung kebaikan, dan kebaikan itu hanya bisa diraih oleh orang-orang yang yakin dan senantiasa berpegang teguh kepada Allah SWT dalam kondisi seperti apapun dan serta mau berusaha untuk mengubah nasibnya. Semoga kita termasuk orang-orang yang demikian. Aamiin yaa Robbal aalamiin.

Editor: Yahya FR
Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…
Perspektif

Manfaat Gerakan Shalat Perspektif Kesehatan

3 Mins read
Shalat fardhu merupakan kewajiban utama umat Muslim yang dilaksanakan lima kali sehari. Selain sebagai bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, shalat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds