Perspektif

SosioVirologi (1): Perubahan Sosial Akibat Pandemi Covid-19

3 Mins read

Tulisan ini hendak menyatakan bahwa virus (Covid-19) menjadi salah satu faktor dominan yang dapat mengubah tatapola dan bangunan sendi kehidupan masyarakat dunia (global). Sehingga, tulisan ini ingin  menguatkan argumentasi di atas, dengan menggambarkan peta perubahan masyarakat akibat pengaruh virus.

Gambaran perubahan tatapola dan bangunan sendi kehidupan masyarakat  karena virus (Covid-19), saya sebut dengan istilah SosioVirologi. Jadi, SosioVirologi adalah sebuah situasi (teori) sosial yang menyatakan bahwa virus (mikroba) dapat menjadi penentu utama dari perubahan sosial di masyarakat.

Virus Corona

Memasuki tahun 2020 masyarakat global termasuk Indonesia, dihebohkan dengan sebaran virus bernama Corona (lebih dikenal dengan Covid-19). Kasus dan awal penyebaran Covid-19 ini ditengarai berasal dari Kota Wuhan, Cina, pada akhir tahun 2019 yang kemudian menyebar secara global ke seluruh negara di dunia. 

Walaupun kemudian muncul counter opini melalui berita bahwa asal mula penyeberan Covid-19 berasal dari Amerika Serikat, Eropa bahkan ada yang mengatakan dari Indonesia, namun hal ini tidak terlalu penting. Yang jelas, realitas hari ini penyebaran Covid-19 sudah hampir ke seluruh negara di belahan bumi ini.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Worldmeters yang dikutip oleh kompas.com (15/4/2020) disebutkan secara global per 15 April 2020 jumlah total kasus Covid-19 sebanyak 1.991.275, yang mati 125.951 orang, yang sembuh 467.079 orang.

Adapun 10 Negara terbesar kasus Covid-19 peringkat pertama adalah Amerika Serikat (AS) dengan 610.6322 kasus, mati 25.856 orang,  sembuh 38.562 orang. Disusul negara Spanyol 172.541, mati 18.056 sembuh 67.504. Italia 162.488 kasus, mati 21.067 sembuh 37.130. Perancis 143.303 kasus,  mati 15.729, sembuh 28.800. Jerman 131.359 kasus,  mati 3.294, sembuh 68.200. Inggris 93.873 kasus,  mati 12.107, sembuh 344. China 82.249 kasus,  mati3.341, sembuh 77.738. Iran,  74.877 kasus, mati 4.683 sembuh 48.129. Turki 65.111 kasus,  mati 1.403 sembuh 4.157. Belgia 31.119 kasus,  mati 4.157 sembuh 6.868. Sementara di Indonesia,  4.839 kasus,  mati 459 sembuh 426. Data tersebut kemungkinan besar akan terus berubah dan bertambah.

Baca Juga  Keseimbangan Harga dalam Perspektif Islam

Data di atas menunjukkan bahwa Covid -19 menjadi hantu “zombie” menakutkan dan mematikan bagi tatanan kehidupan global, karena hampir semua negara di dunia terpapar Covid-19. Dan dapat dikatakan sebagai “Tragedi Kemanusian Terbesar” sepanjang abad ini. Karena biasanya kasus-kasus terkait virus, semisal flu burung, flu babi, ebola, colera sebarannya muda terdeteksi dan lokalistik.

Berbeda dengan Covid-19, sebarannya sulit terdeteksi dan menyebar hampir ke seluruh dunia. Sehingga Covid-19 berdampak sangat serius terhadap tatapola dan sendi kehidupan masyarakat global di semua negara, mulai dari sendi sosial, ekonomi, kesehatan,  politik, budaya, hukum, dan keagamaan. 

Pandemi Sebagai Pendorong Perubahan

Menggunakan kerangka teori perubahan sosial Karl Marx dalam buku On Society and Social Change, Marx membagi struktur sosial masyarakat ke dalam dua struktur, yaitu struktur dasar (basic structure) berupa cara dan alat produksi (persoalan ekonomi), dan suprastruktur terdiri dari realitas abstrak, yaitu kesadaran dan realitas terinstitusional seperti agama, keluarga, politik, hukum, budaya, dan lain-lain.

Menurut Marx, perubahan sosial didorong oleh posisi dan situasi basic struktur (ekonomi), sehingga tatanan suprastruktur (agama, budaya, sosial, keluarga, politik, dan lain-lain) akan sangat ditentukan oleh basic struktur (ekonomi). Artinya, ekonomi menjadi faktor dominan dan penentu arus perubahan sosial di masyarakat. Namun, teori Marx untuk saat ini kurang tepat untuk dijadikan landasan pembacaan terkait faktor utama pendorong perubahan sosial masyarakat dewasa ini.

Bagi penulis, berdasarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat saat ini, faktor utama (basic struktur) pendorong perubahan sosial masyarakat adalah lebih dikarenkan virus (Covid-19), bukan faktor ekonomi sebagaimana teori Marx. Sebab, munculnya virus Covid-19, mampu mengubah bangunan suprastruktur (ekonomi, budaya, hukum, relasi sosial, kesehatan, dan kehidupan keagamaan) di masyarakat. 

Baca Juga  Situasi Darurat Pandemi, Masyarakat Harus Saling Tolong-Menolong

Realitas perubahan sosial karena virus dapat teramati secara gamblang di masyarakat. Sehingga, untuk memperkuat argumentasi di atas, penulis akan gambarkan peta perubahan sosial karena virus dengan alat baca situasi dan kondisi masyarakat Indonesia.

Respon Penanganan

Pasca sebaran Covid-19 melanda Indonesia sejak empat bulan terakhir (Januari-April 2020) menjadikan perubahan luar bisa pada bangunan suprastruktur di masyarakat, mulai sendi kehidupan ekonomi, sosial, budaya,  kesehatan,  hukum,  politik, dan keagamaan. Sehingga untuk mengadapi situasi tersebut, dalam rangka upaya untuk mencegah dan melawan sebaran Covid-19, pemerintah Indonesia dan negara-negaradi dunia menerapkan protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh WHO yang secara prinsip sama, namun strategi lapangan berbeda-beda.

Sebagaimana kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Indonesia adalah menerapkan strategi psyhical distancing (jaga jarak fisik), social distancing (jauhi kerumunan orang), stay at home (berdiam di rumah), ajuran cuci tangan, penggunaan masker, dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB,) atau lokcdown terbatas. Sementara negara lain langsung menerapkan lokcdown (penutupan akses keluar masuk bagi daerah terdampak Covid-19), seperti Italia, Perancis,  Inggris, dan lain-lain. (Bersambung)

Editor: Arif

Avatar
4 posts

About author
Dr. Sholikhul Huda, M.Phil.I./Dosen Prodi Studi Agama-Agama (SAA) FAI UMSurabaya/ Penggiat Majelis Sinau Padhang Wetan/ Direktur Kedai Jambu Institute Riset & Survei Jombang Indonesia/Sekretaris DPD KNP Jatim 2017-2019/Sekretaris PW Pemuda Muhammadiyah Jatim 2010-2014.
Articles
Related posts
Perspektif

Serangan Iran ke Israel Bisa Menghapus Sentimen Sunni-Syiah

4 Mins read
Jelang penghujung tahun 2022 lalu, media dihebohkan dengan kasus kematian Mahsa Amini, gadis belia 22 tahun di Iran. Pro-Kontra muncul terkait aturan…
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *