Perspektif

Upaya Komunal Masyarakat Moderat dalam Pandemi Covid-19

3 Mins read

2020 menjadi tahun kebanggaan bagi Indonesia karena tercatat dalam sejarah bahwa pada tahun tersebut Indonesia pernah menjadi peserta dalam ujian global dan berhasil melewatinya dengan gotong-royong. Cerita di kalimat sebelumnya adalah harapan penulis ketika pandemi Covid-19 ini selesai. Virus yang membuat gempar dunia yang telah menyebar di berbagai negara. Indonesia khususnya telah menjadi korban keganasan virus ini, seluruh elemen kehidupan bangsa indonesia dapat dikatakan macet.

Jumlah pasien yang dinyatakan positif Virus Corona (Covid-19) di Indonesia per 18 April 2020 secara kumulatif mencapai 6.248 orang. Dari jumlah itu, 535 orang meninggal dunia dan 631 pasien dinyatakan sembuh. Data tersebut baru menampilkan dampak Covid-19 dalam bidang kemanusiaan, belum lagi dibidang ekonomi, sosial, politik, dan lainnya.

Langkah yang ditempuh oleh pemerintah yaitu PSBB seharusnya menjadi harapan bagi masyarakat. Di mana grafik penyebaran Covid-19 dapat ditekan agar lebih landai dan penyebarannya dapat dihentikan.

Masyarakat Moderat-praktis

Melihat kondisi saat ini sungguh mengkhawatirkan karena masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi protokol Covid-19. Hal tersebut menjadi kegiatan yang masih perlu tindakan tegas untuk mengatasi penyimpangan terhadap protokol. Saat ini semua elemen bangsa harus ikut terlibat dan mental kapitalis kita geser sedikit, kalau bisa kita ubah menjadi mental sosialis.

Bukan dalam artian kita sebagai bangsa menggunakan ideologi kapitalis secara pakem dan begitupun dengan sosialis, tidak. Dalam kondisi kehidupan berbangsa dan dunia sudah saatnya masyarakat Indonesia tidak memandang masalah ideologi. Saatnya kita semua menjadi bangsa yang moderat-praktis.

Dengarkan suara hati kita masing masing, ada saatnya kita menjadi kapitalis dan ada saatnya kita menjadi sosialis. Hal ini dapat melatih kita menjadi masyarakat moderat. Bukan menjadikan dua hal tersebut jadi pemisah diantara damainya kehidupan antar manusia.

Baca Juga  Sastra dalam Khutbah Jumat, Agar Lebih Menyentuh Hati Jamaah

Dalam buku “The Tipping Point” Malcom Gladwell mengatakan bahwa perisitiwa mencontek siswa dipengaruhi oleh situasi yang diciptakan. Di antaranya didukung oleh sistem dan situasi yang mempunyai dukungan ke arah mencontek.

Dari buku tersebut harusnya kita belajar bahwa tugas kita sebagai bangsa adalah menciptakan situasi yang mendukung kearah yang lebih baik. Hal ini dilakukan untuk mencegah orang-orang baik tidak terjerumus pada kesalahan seperti beberapa kasus korupsi pun sebenarnya dipengaruhi oleh sistem. Maka sebagai bangsa kita harus sama-sama menciptakan situasi melalui ketegasan pemerintah dan kerendahan hati rakyatnya.

Menciptakan Situasi Terbaik

Negara dalam pelaksanaan kehidupan berekonomi haruslah berlandaskan aturan yang sudah ditetapkan. Prinsip sistem ekonomi atas dasar kekeluargaan menjadi pesan yang menarik dalam pasal 33 UUD 1945. Hal tersebut seharusnya menjadi landasan bagi kita dalam berkegiatan ekonomi.

Ketimpangan yang terjadi di Indonesia dalam hal kekayaan seperti yang dilaporkan dalam Global Wealth Report 2018 yang dirilis Credit Suisse menunjukkan bahwa 1% orang terkaya di Indonesia menguasai 46,6% total kekayaan penduduk dewasa di tanah air. Sementara 10% orang terkaya menguasai 75,3% total kekayaan penduduk.

Artinya, pembangunan yang dilakukan pemerintah selama ini hanya dinikmati oleh sebagian orang-orang tajir di negeri ini. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa ketimpangan kekayaan di Indonesia masih cukup tinggi, sehingga bisa menjadi masalah yang serius di kemudian hari.

Hal ini patut dipertanyakan kekeluargaan seperti apa yang kita implementasikan dalam kegiatan perekonomian? Tetapi hal ini menurut penulis tak usah dirisaukan karena wabah Covid-19 menunjukkan bahwa kekeluargaan ekonomi lewat crowdfunding dan Dana CSR dari perusahaan menunjukkan titik permulaan yang bagus. Menciptakan situasi yang akan menanamkan kembali DNA gotong royong.

Baca Juga  Inilah Dua Panembahan Nusantara: Syaikhana Kholil dan HOS Tjokroaminoto

Kedua, prinsip demokrasi ekonomi juga tercermin dari proses gotong-royong dalam penanganan Covid-19 ini membuktikan konsep dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat dapat dihadirkan kembali dalam tatanan sistem perekonomian Indonesia yang saat ini mendekati kapitalis. Konsep urunan ini dapat menjadi pembelajaran bahwa pentingnya masyarakat melaksanakan ekonomi seperti prinsip demokrasi. Di antaranya yaitu nabung saham dan crowdfunding seperti ini adalah bagian dari upaya penyelamatan kedaulatan ekonomi Indonesia.

Ketiga, prinsip bahwa cabang-cabang ekonomi yang penting bagi negara dan menyangkut hajat hidup rakyat banyak dikuasai negara. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Poin ketiga seharusnya menjadi refleksi bagi negara dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan ekonomi.

Sumberdaya alam yang kita punya saat ini seharusnya menjadi alat untuk menekan angka ketimpangan. Kondisi wabah Covid-19 seperti ini seharusnya kita dapat dengan mudah menerapkan PSBB dengan tidak pusing lagi memikirkan darimana datangnya dana dan pemenuhan kebutuhan primer maupun sekunder bagi masyarakat di tengah PSBB.

Menekan Mental Kapitalisme

Situasi Covid-19 adalah kondisi di mana kita sebagai bangsa harus bergotong-royong untuk keluar dari situasi ini. Melakukan berbagai hal secara komunal yang dampaknya akan terasa lebih inklusif, salah satu cara untuk memulai gerak komunal itu adalah dengan merendahkan hati kita dan mendengarkan hati masing masing. Mental kapitalis bisa ditekan pun mental sosialis ditingkatkan, sehingga dua mental tersebut tumbuh secara moderat dalam hati kita sebagai anak bangsa. Membuat kita menjadi masyarakat moderat.

Dengan kondisi ini kita dapat menciptakan situasi yang lebih baik dan mendukung situasi yang diciptakan oleh pemerintah untuk Indonesia yang lebih baik dan cepat dalam menyelesaikan masalah Covid-19. Baik dari segi ekonomi, sosial, dan segi kehidupan lainnya.

Baca Juga  Kekuasaan yang Terlalu Lama, Mengapa Cenderung Represif dan Anti Kritik?

Indonesia dari Covid-19 harus belajar bahwa menghadirkan oposisi-binner dalam kehidupan berbangsa akan menghambat perjalanan kita sebagai bangsa. Karena hal tersebut tidak membuat kita berjalan cepat dan progresif dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.

Sikap komunal sebagai bangsa harus ditumbuhkan kembali karena dari Covid-19 Indonesia sudah biasa dengan donasi donasi dari masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa sikap komunal itu sudah mulai tumbuh kembali. Yang terpenting adalah kita sebagai bangsa harus menjadi masyarakat moderat dalam berpikir dan tidak terjebak dalam oposisi-binner.

Editor: Nabhan

Avatar
3 posts

About author
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
Articles
Related posts
Perspektif

Tunisia dan Indonesia: Jauh Secara Jarak tapi Dekat Secara Kebudayaan

2 Mins read
“Tunisia dan Indonesia Jauh secara Jarak tetapi dekat secara Kebudayaan”, tetapi sebaliknya “Tunisia dan Eropa itu jaraknya dekat, tapi jauh secara Kebudayaan”…
Perspektif

Gelombang Protes dari Dunia Kampus Menguat, Akankah Terjadi 'American Spring'?

4 Mins read
Pada tahun 2010-2011 terjadi demonstrasi besar-besaran di sejumlah negara Arab. Protes tersebut menuntut pemerintahan segera diganti karena dianggap tidak lagi ‘pro-rakyat’. Protes…
Perspektif

Buat Akademisi, Stop Nyinyir Terhadap Artis!

3 Mins read
Sebagai seorang akademisi, saya cukup miris, heran, dan sekaligus terusik dengan sebagian rekan akademisi lain yang memandang rendah profesi artis. Ungkapan-ungkapan sinis…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *