Perspektif

Pak AR Fakhruddin Naik (Mbonceng) Sepeda Mahasiswa UMY

3 Mins read

Oleh: Muh. Jamaludin Ahmad

Sekitar tahun 1988/89, anak anak mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Kampus lapangan Asri menyelenggarakan acara Ramadhan di Kampus (RDK). Salah satu acaranya adalah Kuliah Subuh. Pagi itu jadwalnya Pak AR Fakhruddin untuk mengisi Kuliah Subuh.

Sekitar pukul 03.30 salah seorang panitia Ramadhan di Kampus UMY yang sekaligus aktivis IPM dan IMM sudah bersiap siap untuk menjemput Pak AR di rumah dinas Ketua Umum Muhammadiyah di Jalan Cik Ditiro sebelah selatan bunderan UGM (Sekarang menjadi kantor PP Muhammadiyah). Pak AR memang sampai akhir hayatnya tidak punya rumah sendiri. Setelah menunggu sekian lama, ternyata sopir yang seharusnya akan mengantar mahasiswa tersebut untuk menjemput Pak AR tidak kunjung datang. Kunci mobil yang akan digunakan untuk menjemput Pak AR sudah dicari-cari juga belum ketemu. Mahasiswa tersebut semakin cemas dan akhirnya memutuskan ceramah Kuliah Subuh Pak AR ditunda dan akan diganti di hari lain karena tidak ada mobil yang digunakan untuk menjemput Pak AR. Baik PP Muhammadiyah maupun UMY waktu itu mobilnya sangat terbatas.

Akhirnya mahasiswa tersebut naik sepeda dari kampus UMY lapangan ASRI menuju rumah dinas Pak AR di Cik Ditiro dengan tujuan sowan Pak AR untuk memberitahu bahwa Kuliah Subuh ditunda untuk hari lain. Dengan penuh semangat (ngebuuuut) sepeda dikayuh menuju rumah Pak AR di Cik Ditiro. Sekitar 30-an menit lebih mahasiswa UMY tersebut akhirnya sampai di rumah Pak AR. Keringat bercucuran membasahi tubuh. Dengan nafas masih terengah-engah, sepeda distandarkan kemudian berjalan mendekati pintu rumah Pak AR dan menyampaikan salam…

” Assalaamu’ alaikum wr wb.”
Pak AR langsung menjawab salamnya, ” waalaikum salam,wr.wb”.
Pak AR ternyata sudah lama menunggu jemputan dari panitia Ramadhan dan sudah siap untuk berangkat. Begitu melihat ada mahasiswa UMY datang Pak AR langsung berkata, “monggo mas kita langsung berangkat agar tidak terlambat….”.

Baca Juga  Learning From Home (2): Catatan Minus dan Babak Baru

Mahasiswa UMY tadi jadi bingung dan berkata, “mohon maaf Pak AR, saya ke sini memang rencana awalnya akan bertugas menjemput Pak AR. Namun karena sopir yang akan menemani saya jemput Pak AR tidak datang dan kunci mobilnya juga tidak ketemu, maka saya ke sini untuk matur (memberitahu) Pak AR bahwa Kuliah Subuh bapak diundur diganti di hari lain”.

Pak AR kemudian berkata, “panjenengan tadi ke sini naik apa mas..?” Mahasiswa UMY tersebut menjawab, ” ngangge sepeda pak.”

Pak AR selanjutnya ngendiko, ” oow… ya sudah. Kuliah Subuhnya tidak usah diundur atau diganti hari yang lain. Pun…nggo sakniki ten kampus UMY ngangge sepeda jenengan mawon. Kulo mbonceng jenengan….”

Mahasiswa UMY sang panitia Ramadhan di Kampus tersebut kaget campur bingung, kemudian matur/berkata pada Pak AR, “mohon maaf pak, tidak mungkin bapak saya boncengkan naik sepeda ke kampus UMY. Kan jauh pak.”

Di pikiran mahasiswa UMY tersebut berkecamuk bayangan…..”Pak AR Fakhruddin kan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, sudah sepuh, bagaimana mungkin mau mbonceng sepeda dari Cik Ditiro hingga ke kampus UMY Lapangan ASRI…..” Ketika hatinya sedang gundah dan pikiranya sedang risau, tiba-tiba pak AR ngendiko, “nggo mas kita segera berangkat agar Kuliah Subuhnya tidak terlambat..”

Akhirnya anak muda mahasiswa UMY tadi tidak kuasa menolak permintaan Pak AR Fakhruddin dan segera menyiapkan sepedanya untuk mengantar Pak AR ke UMY. Di pagi buta saat itu dan dalam dinginnya udara pagi Yogyakarta, akhirnya sang mahasiswa yang panitia Ramadhan di Kampus UMY tersebut akhirnya terpaksa memboncengkan Pak AR Fakhruddin dengan sepeda ontel dari Jalan Cik Ditiro menuju kampus UMY di Lapangan ASRI.

Baca Juga  Nyethe, Budaya Ngopi Khas Tulungagung

Sepeda ontel yang sangat ringkih itu terasa seperti motor, dan tubuh Pak AR yang besar terasa ringan. Ia boncengkan Pak AR dengan penuh semangat sekaligus hati-hati. Kayuhan demi kayuhan pedal sepeda ia genjot dengan penuh tenaga. Matanya berkaca-kaca. Buliran demi buliran air mata mulai menetes tak terbendung lagi, bercampur dengan keringat yang membasahi pipinya. Anak muda mahasiswa UMY yang waktu itu aktif di PC IPM Depok dan IMM UMY tersebut betul-betul terharu. Pak AR Fakhruddin Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan hati gembira bersedia dibonceng sepeda untuk Kuliah Subuh di UMY kampus lapangan ASRi dengan menempuh perjalanan yang cukup jauh. Akhirnya, Pak AR Fakhruddin sampai ke kampus UMY dengan selamat dan Kuliah Subuh dapat berlangsung sesuai jadwal.

Bagi anak muda mahasiswa UMY ini, peristiwa ini akan diingat seumur hidupnya bahkan dampaknya dalam proses perkaderan akan melebihi perkaderan formal yang pernah diikutinya di IPM maupun IMM seperti perkaderan Taruna Melati dan perkaderan Darul Arqom. Akhlak rendah hati dari Pak AR Fakhruddin telah mampu menyentuh di lubuk hatinya yang paling dalam untuk sekaligus menempanya untuk menjadi kader persyarikatan hingga akhir hayatnya. Anak Muda Mahasiswa UMY sahabat saya tersebut bernama Syahrirsyah, yang sekian tahun dari peristiwa itu akhirnya jadi Ketua Umum DPP IMM. Saat ini tinggal di Cibinong, Bogor, dan tetap aktif ber-Muhammadiyah.

Akhlak mulia KH AR Fakhruddin berkilau bak permata yang keindahanya selalu dirindukan oleh anak-anak muda Muhammadiyah khususnya dan warga Muhammadiyah pada umumnya. Semoga para pimpinan persyarikatan di semua tingkatan dapat menghadirkan teladan akhlak mulia bagi anak-anak muda Muhammadiyah dan ummat. Demikian juga para pimpinan di pemerintahan, bapak bapak dan ibu ibu yang saat ini diamanahi kekuasaan, semoga anda mampu menjadi teladan bagi kami. Kami rindu hadirnya pemimpin yang takut kepada Allah SWT dan pemimpin yang betul-betul peduli dan mencintai rakyatnya karena Allah.

Baca Juga  Berorganisasi: Berkorban untuk Keluarga atau Keluarga Jadi Korban?
Avatar
3 posts

About author
Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds