Tarikh

Nabi Muhammad Disergap dan Perlindungan Allah yang Selalu Menyertainya

3 Mins read

Dalam menjalankan misi menyebarkan Islam rahmatan lil alamin di muka bumi, Nabi Muhammad sang pencerah peradaban tak luput dari teror dan segala ancaman yang selalu dialamatkan kepadanya, mulai dari orang terdekatnya, sukunya, hingga kerajaan lain di luar Mekkah.

Tetapi diantara teror dan ancaman yang dapat membahayakan nyawa Nabi, kisah penyergapan yang dilakukan oleh kaum Quraisy kepada Nabi Muhammad adalah salah satu strategi Nabi dan perlindungan Allah yang selalu menyertai langkahnya.

Saat itu, pada suatu pagi, kaum Quraisy terkejut dan bangun serentak dari tidurnya. Nabi hilang dari kepungan mereka. Sesungguhnya Nabi Muhammad beserta Abu Bakar telah hijrah dari Mekah menuju Madinah saat tengah malam. Sebelumnya mereka menyangka bahwa Nabi masih ada di dalam rumah karena mereka melihat seseorang tidur di atas ranjang beliau. Namun, orang itu adalah Ali yang disuruh Nabi untuk tidur di ranjangnya sembari mengenakan selimut.

Mengetahui hal itu, sontak para pembesar Quraisy disulut emosi lantaran Nabi telah pergi dari rumah. Tak butuh waktu lama, mereka langsung menyusuri setiap sudut kota Makkah hingga Gua Tsur, tapi pencarian mereka nihil belaka. Para pembesar Quraisy putus asa, dan akhirnya mereka membuat pengumuman ke segenap kabilah yang terpencar-pencar sepanjang rute antara Mekkah dan Madinah.

“Barangsiapa yang berhasil membawa Muhammad hidup atau mati ke hadapan para pembesar Quraisy, akan diganjar hadiah seratus ekor unta betina yang berkualitas,” demikian bunyi pengumuman itu.

Suraqah bin Malik segera mengetahui pengumuman itu, ia pun segera menyiapkan baju besi, pedang, dan memasang pelana kuda. Lantas memacu kuda sekencang-kencangnya memburu Nabi Muhammad dan Abu Bakar. Suraqah memang pemuda yang terkenal sebagai penunggang kuda yang lincah dan handal, perawakannya tinggi besar, serta pencari jejak yang cermat. Medan yang sukar dilalui dapat dengan mudah ditaklukannya, kudanya pun tangkas dan terlatih.

Baca Juga  Kemuliaan Manusia Terletak pada Pengetahuan, Bukan Nasab

Tetapi tanpa diduga-duga, ketika Suraqah memacu kudanya dengan sangat kencang, tiba-tiba saja kaki kudanya tersandung, ia pun terpelanting ke depan.

“Kuda sialan!,” umpatnya. Tanpa memedulikan rasa sakit, ia kembali manaiki kudanya dan memacu sekencang-kencangnya. Namun, untuk kedua kalinya, kudannya tersandung kembali, ia kembali terpental dan terperosok ke pasir. Hatinya merasa sangat kesal dan merasa sial. Tapi ia tidak kapok, ia tetap melanjutkan penyergapan itu.

Belum terlalu jauh tempatnya terjatuh yang kedua ia melihat Nabi dan Abu Bakar, jaraknya dengan Nabi tak begitu jauh, lantas ia segera mengambil busur. Tetapi tak dinyana tangannya kaku tak dapat digerakkan. Sementara kaki kudanya terbenam di pasir. Debu berterbangan di sekitarnya membikin kedua matanya kelilipan dan tak dapat melihat. Dicobanya menggertakan kudanya tapi si kuda tetap bergeming. Kaki kuda benar-benar menghujam bumi bagai dipaku.

Melihat keadaannya yang tak memungkinkan, ia berpaling kepada Nabi dan sahabatnya sambil berseru dengan suara memelas, “Hai… kamu berdua!, berdoalah kepada Tuhanmu agar Dia melepaskan kaki kudaku. Aku berjanji tak akan menggangu kalian!”

Nabi Muhammad saw pun berdoa atasnya, maka bebaslah kaki kuda Suraqah. Tetapi karena ketamakannya, setelah ia bebas, digerakkan kudanya ke arah Nabi untuk menyerangnya tanpa memedulikan janjinya. Namun malang baginya, kaki kuda kembali terbenam lebih parah dari semula.

Untuk kedua kalinya, Suraqah memohon belas kasihan kepada Nabi, “Ambillah perbekalan, harta, dan senjataku. Aku berjanji atas nama Allah kepada kalian berdua, akan menyuruh kembali setiap orang yang berusaha menyergap kalian di belakangku.”

“Kami tak butuh perbekalan dan hartamu. Cukuplah kalau engkau menyuruh kembali orang-orang yang hendak menyergap kami!” pinta Nabi Muhammad saw. Setelah itu Nabi berdoa, dan bebaslah kaki kuda Suraqah. Ketika hendak kembali, Suraqah berkata, “Demi Allah, saya tak akan menggangu Tuan-tuan lagi!”

Baca Juga  Hijrah Rasulullah (2): Sebuah Romantika Kisah

“Apa yang engkau inginkan dari kami?” tanya Nabi Muhammad saw.

“Demi Allah ya Muhammad! Aku yakin agama yang Tuan bawa akan menang dan pemerintahan Tuan akan tinggi. Berjanjilah kepadaku, apabila aku datang nanti ke kerajaan Tuan, maka Tuan akan bermurah hati kepadaku. Tuliskanlah itu untukku.” pinta Suraqah.

Nabi menyuruh Abu Bakar menulis pada sepotong tulang, lalu diberikannya kepada Suraqah sambil berkata, “Bagaimana hai Suraqah, jika pada suatu waktu engkau memakai gelang kebesaran Kisra?”

“Gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz?” tanya Suraqah terkejut. “Ya, gelang kebesaran Kisra bin Hurmuz,” Nabi meyakinkan. Dan hal itu benar-benar terjadi. Di masa akhir kekhalifahan Umar bin Khatthab, setelah pasukan kaum Muslimin berhasil menaklukan kerajaan Persia yang dipimpin oleh Kisra bin Hurmuz.

*) Dinukil dari riwayat-riwayat shahih dan mutawatir.

Avatar
1 posts

About author
Penulis dan Jurnalis Lepas. Editor. Tinggal di Samarinda.
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds