Feature

Humor Gus Dur yang Agak Membela Muhammadiyah

1 Mins read

Di kalangan NU dan Muhammadiyah, perdebatan mengirimkan pahala pembacaan surah al-Fatihah dan lain-lain memang terasa kenceng.

Di NU menarik, karena dalam hal ini, ulama pesantren atau NU secara umum tidak mengikuti Syafi’iyyah, mazhab yang nyaris selalu diikuti Islam tradisionalis ini. Mereka justru mengikuti Ibnu Taimiyah, pengikut setia mazhab Hanbali, rujukan favorit ulama Muhammadiyah.

Pendek kata, NU dan Muhammadiyah, dalam perkara ini, seperti tukar tempat “duduk”: NU mengikuti Hambali, sementara Muhammadiyah ikut Syafi’iyah. Kenapa? tidak tahu persis jawabannya. Tapi nalar ibadah Muhammadiyah seperti biasanya, mengikuti nash Al-Qur’an:

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An-Najm: 39).

Ayat di atas dikutip oleh mufasir terkenal pengikuti mazhab Syafi’i, Ibnu Katsir, untuk menolak pendapat bahwa kiriman pahala untuk si mayit tidak diterima. Tapi mungkin kaum modernis ini tidak mengutip dalil yang diajukan Ibnu Katsir ini, karena biasanya langsung kembali pada Al-Quran dan hadis Nabi..hehe..

Untuk NU sendiri justru saya tidak tahu, kenapa memilih pendapat yang menyakini pahala akan diterima si mayit. Tapi salah satu alasannya pasti karena orang NU tetap menyanyangi para leluhur, agar sambung dengan kakek dan neneknya yang telah tiada. Mungkin alasannya begini:

“Masa pelit amat, dulu kakek kita suka kasih jambu dan mangga, masa kita kasih al-Fatihah saja tidak? Soal sampai atau tidak urusan belakangan kan?”

Agak tidak beresnya memang, selalu menjadi perdebatan, padahal ini cuma furu’iyah, cabang belaka. Saya pernah membaca di majalah Keadilan tahun 1930an yang diterbitkan Muhammadiyah Solo, mereka mempermasalahkan itu. NU juga tidak tinggal diam ritualnya diusik. Orang NU, seperti saya, melawan dengan sengit, karena dalil-daliNaqly-nya dinilai tidak sahih. Saking capeknya, akhirnya kami mengeluarkan jurus terakhir, yaitu humor:

Baca Juga  Meniti Harap Kuliah ke Luar Negeri

“Ya sudah, kalau sampean gak percaya, silakan mati duluan. Lalu kami akan mengirimkan al-Fatihah. Tapi tolong sampean laporan, kabari kami, sampai atau tidak kiriman al-fatihanya…”

Agak murungnya dalam dalam persoalan NU, Gus Dur justru agak membela Muhammadiyah, sampai-sampai muncul tuduhan bahwa Gus Dur pengikut Syafi’iyah yang puritan. Apa kata Gus Dur? Gus Dur bilang begini:

“Kiriman surat al-fatihah sebetulnya diterima si mayit, tapi agak lambat, karena mazhab Syafi’i tidak setuju. Kirim pakai elTeha (nama jasa pengiriman barang) mungkin lebih cepet…”

Sumber: Alif.ID

Avatar
4 posts

About author
Founder Alif.ID
Articles
Related posts
Feature

Cerita Mudik Lebaran 2024 (2): Dahsyatnya Mudik Hari Raya Rute Jakarta-Palembang

5 Mins read
Tengah malam di Stasiun Pasar Senen Jakarta, Sabtu 06 April 2024. Tepat pukul 03.05 KA Jayakarta dari Jogja  dan dua penumpang Onti…
Feature

Cerita Mudik Lebaran 2024 (1): Kembali ke Titik Nadir

6 Mins read
Jogja, Rabu 03 April 2024. Pukul 14.00 sebuah mobil memulai perjalanan menuju tempat yang jauh, Kerinci-Sumatera. Sang sopir dilanda rindu kampung halaman. Meski…
Feature

Tahtib: Seni Bela Diri Warisan Mesir Kuno

2 Mins read
Mesir adalah salah satu negara yang menyimpan banyak sekali warisan budaya, baik berupa adat istiadat yang dilaksanakan secara turun temurun ataupun warisan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *