Perspektif

Meraih Amalan di Bulan Syawal Walaupun Pandemi Covid-19

3 Mins read

Umat Islam telah menjalakan ibadah wajib puasa di bulan Ramadan selama satu bulan penuh, setelah itu kita tiba di bulan kemenangan, yaitu bulan Syawal. Bulan Syawal merupakan bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni segala dosa-dosa yang telah diperbuat. Banyak amalan-amalan yang kita bisa lakukan di bulan Syawal, yaitu; puasa Syawal 6 hari, menikah di bulan Syawal, bersilaturahmi, dan iktikaf di bulan Syawal. Amalan tersebut memiliki keistimewannya sendiri.

Puasa di Bulan Syawal

Tentunya seluruh umat Islam sudah tahu dengan keutamaan puasa 6 hari di bulan Syawal. Paling tidak, tanggal 1 Syawal umat Islam harus kembali makan pagi dan diharamkan puasa pada hari itu. Karena dijelaskan dalam hadis dari Abu Sa’id al-Kudri ia mengatakan;

عن عمر بن الخطاب وأبي هريرة وأبي سعيد رضي الله عنهم أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن صوم يوم الفطر ويوم الأضحى

Nabi Muhammad Saw., melarang berpuasa pada dua hari raya; Idul Fitri dan Idul Adha

(Maksudnya tanggal satu Syawal atau sepuluh bulan Dzulhijjah).

Walaupun negara kita sedang mengalami cobaan karena pandemi COVID-19, kita harus tetap merakayakan kemenangan setelah kita berpuasa selama satu bulan di bulan Ramadhan. Banyak amalan-amalan yang dilakukan di bulan Syawal, salah satunya yaitu puasa sunah yang dianjurkan di bulan Syawal. Hal tersebut berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu;

ﻣَﻦْ ﺻَﺎﻡَ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺛُﻢَّ ﺃَﺗْﺒَﻌَﻪُ ﺳِﺘًّﺎ ﻣِﻦْ ﺷَﻮَّﺍﻝٍ ﻛَﺎﻥَ ﻛَﺼِﻴَﺎﻡِ ﺍﻟﺪَّﻫْﺮِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164)

Dijelaskan bahwa puasa di bulan Syawal dilakukan selama 6 hari, dilakukan pada tanggal 2 Syawal. Puasa Syawal 6 hari boleh dilakukan secara sekaligus 6 hari berturut-turut, boleh juga tidak berurut. Yang terpenting dilakukan 6 hari di bulan Syawal. Hadis di atas menjelaskan bahwa jika kita melaksanakan puasa 6 hari ini, kita akan mendapatkan pahala sebagaimana puasa selama satu tahun penuh.

Baca Juga  Mengapa Narasi Anti Syiah Masih Ada di Indonesia?

Dengan keistimewaan puasa 6 hari di bulan Syawal, kita akan merasa rugi khususnya umat Islam, jika tidak melakukan dan memanfaatkan salah satu keistimewaan di bulan Syawal ini. Dengan melakukan puasa 6 hari di bulan Syawal, kita mendapatkan pahala seakan berpuasa setahun penuh. Melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal merupakan wujud rasa syukur dan memohon ampunan kepada Allah SWT bagi umat muslim.

Menikah di Bulan Syawal

Amalan di bulan Syawal berikut ini pasti sudah tidak asing lagi buat kita, yaitu melaksanakan pernikahan. Sering kali setelah hari raya Idul Fitri, banyak umat Islam melaksanakan pernikahan. Menikah di tanggal dan hari apa saja di bulan Syawal merupakan satu kebaikan bagi yang melaksanakan.

Hal ini seperti yang dikisahkan dari istri Rasulullah SAW, Aisyah RA.

Rasulullah SAW menikahiku saat bulan syawal dan mengadakan malam pertama dengan aku di bulan syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian selain aku?” (HR. Muslim, An Nasa’i).

Tetapi jika ingin mengamalkan amalan di bulan Syawal ini harus melihat keadaan saat ini, seperti yang kita semua ketahui bahwa negara kita sedang diberi cobaan adanya pandemi COVID-19. Jadi, untuk melaksanakan pernikahan, tidak perlu mengadakan resepsi besar-besaran. Hanya cukup akad nikah saja mengundang keluarga sebatasnya, sesuai dengan peraturan pemerintah tidak boleh berkumpul terlalu banyak orang.

Silaturahmi

Kegiatan bersilaturahmi juga sudah tidak asing lagi bagi kita, dan sangat erat kaitannya dengan bulan Syawal. Silaturahmi menjadi kewajiban dan keistimewaan di bulan Syawal. Setelah kita merayakan hari raya Idul Fitri, biasanya banyak keluarga atau kerabat dekat dari luar kota yang datang untuk berkumpul merayakan bersama.

Baca Juga  Pembajakan dan Bagaimana Kita Melegitimasinya

Bulan Syawal merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah SWT.  Dengan silaturahmi dan saling bermaafan yang dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Ustaz Hanan mengutip hadis terkait silaturahmi yang diceritakan Uqbah bin Amir.

 صِلْ مَنْ قَطَعَكَ وَأَعْطِ مَنْ حَرَمَكَ وَأَعْرِضْ عَمَّنْ ظَلَمَكَ

Sambunglah orang yang memutuskan hubungan denganmu, berilah kepada orang yang tidak memberi kepadamu, dan berpalinglah dari orang yang berbuat zalim kepadamu.” (HR Ahmad).

Dalam hadis tidak ditetapkan cara tertentu untuk menjalin silaturahmi. Artinya, berbagai cara bisa dilakukan untuk menyambung hubungan yang terputus. Sebagian besar masyarakat, tidak bisa menemui kerabat dekat diluar kota karena adanya imbauan tegas dari pemerintah untuk tidak mudik.

Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) ini menghalangi kesempatan bersilaturahmi walaupun tinggal di kota yang sama. Karena zaman sudah modern, kita bisa bersilaturahmi secara virtual, menggunakan aplikasi seperti Zoom atau Whatsapp. Yang terpenting silaturahmi tetap berjalan dengan baik.

Iktikaf di Bulan Syawal

Amalan selanjutnya yaitu Iktikaf di bulan Syawal. Iktikaf atau berdiam diri di masjid merupakan amalan yang sangat penting. Maksud ‘berdiam diri didalam masjid’ ini, kita bukan hanya berdiam saja tanpa melakukan apa-apa di dalam masjid, tetapi kita beribadah. Karena Iktikaf merupakan cara kita agar lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berzikir, melaksanakan salat 5 waktu, dan salat sunah. Serta membaca Al-Qur’an.

Karena adanya pandemi COVID-19 ini, banyak masjid atau tempat ibadah yang ditutup. Itu dilakukan agar memperkecil penyebaran COVID-19. Jadi, kita bisa melakukan Iktikaf di rumah saja yang penting niat kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tentang hal ini Nabi SAW bersabda.

Baca Juga  Bagaimana Sejarah Sosial Puasa Ramadan?

“Tidak boleh membahayakan (diri sendiri) dan tidak boleh membahayakan orang lain.” (HR. Daruquthni).

Hadis tersebut menjelaskan, bahwa kita diperbolehkan melakukan Iktikaf di rumah saja, daripada harus membahayakan diri sendiri atau orang lain karena adanya pandemi ini.

Mari kita laksanakan amalan-amalan tersebut dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT,  karena bulan Syawal hadir sebagai penyempurna dan sebagai tambahan amalan-amalan yang tidak dapat dilaksanakan saat bulan Ramadan.

Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Poppy Lutfiyani seorang Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Serangan Iran ke Israel Bisa Menghapus Sentimen Sunni-Syiah

4 Mins read
Jelang penghujung tahun 2022 lalu, media dihebohkan dengan kasus kematian Mahsa Amini, gadis belia 22 tahun di Iran. Pro-Kontra muncul terkait aturan…
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *