Report

Masa Pandemi untuk Masjid Kottabarat: Pembukaan Kembali?

2 Mins read

Pagi hari Ahad kemarin (7/6/2020), pengurus takmir Masjid Kottabarat Solo (masjid wakaf Muhammadiyah) mengadakan rapat persiapan ‘pembukaan kembali’ masjid. Aktivitas salat berjamaah di masjid akan dibuka karena mulai besok, 8 Juni 2020 Pemkot Solo akan mencabut status kejadian luar biasa (KLB) di masa pandemi Covid.

Rapat dimulai dengan pembacaan lampiran teknis Surat Edaran (SE) PP Muhammadiyah beserta lampiran tuntunan ibadah masa pandemi dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Selain itu juga dibacakan panduan kesehatan yang dikeluarkan oleh Muhammadiyah Covid Comand Center (MCCC) PP Muhammadiyah. 

Arahan Muhammadiyah pada Masa Pandemi

Kami berupaya untuk patuh kepada surat edaran tersebut tentang peniadaan aktivitas ibadah di masjid pada masa pandemi Covid, diperkuat SE PD Muhammadiyah Kota Surakarta. Meskipun harus diakui banyak masukan dari para jamaah, tapi takmir mencoba dengan sabar dan tetap teguh mempertahankan argumen berdasarkan SE tersebut.

Paling tidak ada dua alasan utama Masjid Kottabarat berupaya taat kepada SE PP Muhammadiyah. Pertama, masjid ini adalah masjid wakaf Muhammadiyah di mana takmir memiliki tanggung jawab moral menjaga ideologi dan garis kebijakan persyarikatan. Ini sangat penting mengingat peran strategis masjid sebagai garda depan pembinaan umat, terutama di masa pandemi yang membingungkan. Jika takmir masjid konsisten dengan ideologi dan garis kebijakan Muhammadiyah, maka suasana kehidupan jamaah akan terbangun nuansa kemuhammadiyahannya.

Kedua, umat Islam yang menjadi jamaah masjid ini harus tampil sebagai teladan umat. Jamaah masjid Muhammadiyah dididik untuk tidak mudah iri terhadap pelanggaran aturan tempat lain, apalagi menyangkut keselamatan jiwa. Kita sering mendengar keluhan, “Mengapa masjid ditutup sedangkan mall tetap buka?”.

Justru melalui momentum ini, jamaah masjid Muhammadiyah patut menjadi contoh sekaligus pencerah bagi masyarakat terkait pentingnya taat kepada fatwa ulama. Tentunya, ia terkait fatwa yang sudah melalui pertimbangan hukum syariah serta ilmu pengetahuan. Covid sebagai wabah yang besar membuat kita perlu lebih bijaksana dan teliti dalam melakukan pendekatan terhadapnya.

Baca Juga  Jika Ada, Kita Perlu Ikut Tes Wawasan Kemuhammadiyahan (TWK)

Dalam rapat hari ini, pengurus takmir mengundang dua dokter, yaitu dokter spesialis penyakit dalam dan spesialis anak, yang kebetulan juga menjadi jemaah masjid. Mereka dimintai masukan dan pertimbangan terkait teknis “pembukaan kembali” masjid dari sudut pandang ilmu kesehatan.

Langkah yang Dipilih

Prinsipnya, meskipun mulai Senin (8/6/2020) Masjid Kottabarat digunakan kembali untuk aktivitas umum, harus tetap menjaga protokol kesehatan dengan ketat. Pengurus takmir sudah berupaya menyiapkan semua sarana dan prasarana serta petugas untuk menghadapi momentum tersebut.

Tata tertib masjid masa pandemi akan dipasang di depan masjid. Shaf juga mulai besok juga tetap diberi tanda jarak sekitar 1,5 m. Jamaah wajib diperiksa dengan thermo gun, cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer, membawa sajadah, sarung, mukena sendiri, dan tidak berjabat tangan. Ini semua untuk menjaga agar Kottabarat tidak dinyatakan kembali berstatus KLB.

Bagaimana menyikapi jika ada jamaah yang ‘ngeyel’ terhadap aturan tata tertib tersebut? Takmir sepakat untuk memberi pemahaman dengan sabar kepada jemaah tersebut sekaligus memberi fotokopian SE PP Muhammadiyah beserta lampiran teknisnya untuk dibaca. Cara tersebut akan lebih mencerdaskan bagi masyarakat. Hal tersebut sekaligus mencerminkan masjid sebagai sarana tarbiyah atau pendidikan kepada jamaahnya.

Pembukaan kembali masjid tersebut sementara ini hanya untuk aktivitas salat berjemaah. Sedangkan kegiatan pengajian Ahad pagi dan aktivitas pendukung lainnya masih belum diaktifkan kembali.

Takmir bekerjasama dengan Baitul Maal Muhammadiyah Kottabarat, Solo, untuk memetakan jemaah yang terdampak langsung Covid secara ekonomi. Kemudian takmir memberikan bantuan sembako yang rutin dilakukan setiap bulan selama masa pandemi Covid-19. Hal ini adalah upaya takmir untuk terus membina jamaah.

***

Ikhtiar sudah kami lakukan, kepasrahan kepada Allah menjadi titik akhir dari segenap ikhtiar tersebut. Semoga Allah menjaga kita semua dari bencana wabah ini, terutama setelah dicabutnya status kejadian luar biasa dari Kottabarat.

Baca Juga  Menjadikan Masjid sebagai Tempat Rekreasi

Penulis meyakini bahwa dinamika di tiap masjid sangat beragam sesuai dengan kondisi lingkungan masing-masing. Namun, sebagai masjid wakaf Muhammadiyah sudah seyogyanya menjaga marwah organisasi yang menaunginya. Siapa lagi kalau bukan para takmir yang menggerakkan? Bagaimana dengan masjid Muhammadiyah di sekitar Anda?

Kottabarat, 7 Juni 2020

Editor : Shidqi Mukhtasor

Avatar
2 posts

About author
Muhamad Arifin Saat ini mendapat amanah sebagai Wakasek Bidang Kesiswaan dan Humas SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Aktif sebagai salah satu pengurus Takmir Masjid Kottabarat Surakarta.
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *