Tafsir

Ulil Albab (4): Memahami Lingkungan, Cahaya Bagi Masyarakat

3 Mins read

Bagi Ulil Albab, Alquran adalah penjelas sekaligus peringatan bagi kehidupan manusia. Ulil albab menjadikan Alquran sebagai pelajaran sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini:

هَذَا بَلاَغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُوْلُو اْلأَلْبَابِ

Ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang berakal mengambil pelajaran (QS 14 Ibrahim: 52).

Penjelasan Alquran tentang umat-umat terdahulu yang dibinasakah Allah karena ingkar terhadap ayat-ayat-Nya merupakan peringatan bagi orang-orang yang berakal tentang akibat dari pengingkaran manusia terhadap ayat-ayat Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:

أَفَلَمْ يَهْدِ لَهُمْ كَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّنَ الْقُرُونِ يَمْشُونَ فِي مَسَاكِنِهِمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لأُوْلِى النُّهَى

Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka (kaum musyrikin) berapa banyak sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal mereka melewati (bekas-bekas)  tempat tinggal mereka (umat-umat itu)? Sungguh pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal (QS 20: Taha: 128)

Memahami Ciptaan Allah

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اْلأَرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلاً وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّن نَّبَاتٍ شَتَّى  كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لأُوْلِي النُّهَى

(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu dan yang menurunkan air (hujan) dari langit. Kemudian Kami tumbuhkan denganya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu. Sungguh pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (QS 20 Taha: 53-54)

Ayat-ayat tentang orang yang berakal berkali-kali menantang manusia untuk berpikir tentang berbagai banyak hal di dunia ini. Baik tentang penciptaan alam maupun berbagai pesan-pesan keagamaan yang secara keseluruhan menganjurkan agar kaum muslimin dan muslimat menggunakan daya pikirnya dalam mengarungi kehidupan di dunia ini.

Baca Juga  Dalihan Na Tolu, Bagaimana Konsepnya dalam Kepemimpinan Islam?

Bahwa kehidupan dunia berbeda dari kehidupan akhirat yang lebih abadi merupakan sebuah keyakinan dari setiap cendekiawan muslim. Berpikir dalam dua dimensi (dunia dan akhirat) adalah cara pandang yang lurus dalam ajaran Islam. Cara pandang inilah yang semestinya menjadi pondasi berpikir bagi cendekiawan muslim.

Bahwa penciptan jin dan manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah merupakan tujuan utama dari kiprah cendekiawan muslim selama hayatnya di dunia. Logika berpikir inilah yang dapat mendorong cendekiawan untuk sebanyak mungkin menghasilkan amal saleh atau amal-amal yang baik bagi kehidupan manusia.

Mengamati Lingkungan Sekitar

Cendekiawan sebagai ulil albab, memiliki ketertarikan khusus terhadap alam dan lingkungan disekitarnya sebagai bagian sentral dari eksistensinya sebagai pemberi cahaya bagi lingkunganya sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍ ۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ

Sesungguhnya pada penciptaan  langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, dan apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu)  sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal (QS 2 Al Baqarah: 164).

Kecenderungan memperhatikan alam merupakan ciri khas dari cendekiawan. Mereka ditantang untuk mempelajari proses penciptaan langit dan bumi dan apa yang terkandung didalam langit dan bumi.

Baca Juga  Moderasi dalam Al-Qur’an: Tafsir Al-Baqarah Ayat 143

Mengamati Gejala Alam

Bagaimana kedua benda angkasa tersebut mempengaruhi kehidupan manusia dalam melaksanakan tugasnya beribadah kepada Allah?

Tidak cukup di situ, apa manfaat isi bumi dan langit bagi abdillah ini? Bagaimana kapal berlayar dilautan lepas dan bagaimana kapal mengangkut muatan bagi kesejahteraan umat manusia didunia ini? Bagaimana pergerakan air dari langit ke bumi dan sebaliknya? Bagaimana pengaruh air yang dicurahkan ke bumi mempengaruhi tanah-tanah di bumi?

Selanjutnya, bagaimana Allah menebarkan hewan-hewan di bumi dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan manusia? Bagaimana pergerakan awan dan angin mempengaruhi kehidupan manusia di bumi?

Semua pertanyaan ini mengarahkan para pembaca khususnya umat Islam agar segera menyadari betapa pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kehidupan manusia. Alquran telah mengajarkan gerakan benda dari langit ke bumi atau sebaliknya dan bagaimana pengaruh benda langit terhadap kehidupan di bumi.

Gejala alam yang digambarkan Alquran sudah seharusnya dipahami sebagai petunjuk bagi kaum muslimin dan muslimat untuk mengembangkan budaya ilmiyah yang kuat. Bukan hanya memahami aspek rohani dari ayat-ayat yang ada dalam Quran namun juga aspek ilmiahnya untuk dapat meraih makna kebesaran Allah sebagaimana diamanatkan oleh ayat di atas.

Bahwa gejala alam yang digambarkan dalam ayat tersebut merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Akan tetapi memang hanya para cendekiawan yang memiliki kemampuan membaca gejala tersebut secara ilmiah. Akan tetapi jelas bahwa quran mengajarkan perilaku kecendekiawanan yang kuat dan sistematis melalui rangkaian ayat-ayat ilmiahnya.

Cahaya Bagi Masyarakat

Dalam menjalankan tugas kenabiannya para Nabi memainkan peran strategis sebagai cahaya yang menerangi umatnya yang berada dalam kegelapan (dulumat)  sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:

الر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ

Baca Juga  Ilmu Geografi: Sarana Meningkatkan Iman

Alif Lam Ra (ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan (Tuhan) Yang Maha perkasa, Maha Terpuji (QS 14 Ibrahim: 1)

أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُم بِأَيَّامِ اللهِ

Keluarkanlah kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah (QS 14 Ibrahim: 5)

Ayat yang pertama adalah perintah kepada Nabi Muhammad sedangkan ayat kedua adalah perintah kepada Nabi Musa. Keduanya memiliki tugas yang sama satu sama lain, yakni, membawa umatnya dari masa yang penuh kegelapan menuju masa terang benderang penuh cahaya.

***

Lebih jauh dapat dikatakan bahwa ulil albab dalam menjadikan kisah para Nabi sebagai ibroh dituntut juga melakukan amal saleh dalam bentuk mengajak masyarakat meninggalkan yang gelap atau buruk menuju kehidupan yang baik, terang benderang sesuai perintah Allah.

Sumbangan Islam terhadap peradaban dunia sudah barang tentu akan sangat besar maknanya jika dilakukan oleh para cendekiawan muslim. Penguasaan mereka atas ayat-ayat quran memberi mereka petunjuk yang jelas tentang bagaimana memahami, menghayati, dan mewujudkan rahmatan lil alamin selaku cendekiawan muslim yang produktif, kreatif dan inovatif ditengah tantangan global yang semakin kompleks dan rumit saat ini.

Baca artikel sebelumnya:

Avatar
6 posts

About author
Guru Besar Program Doktor Politik Islam-Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta I Anggota Majelis Tabligh PWM DIY
Articles
Related posts
Tafsir

Tafsir at-Tanwir: Relasi Antar Umat Beragama

4 Mins read
Relasi antar umat beragama merupakan diskursus yang selalu menarik untuk dikaji. Khususnya di negara kita, hubungan antar umat beragama mengalami pasang surut….
Tafsir

Puasa itu Alamiah bagi Manusia: Menilik Kembali Kata Kutiba pada Surah Al-Baqarah 183

3 Mins read
Salah satu ayat yang amat ikonik tatkala Ramadhan tiba adalah Surah Al-Baqarah ayat 183. Kendati pernyataan itu terbilang asumtif, sebab saya pribadi…
Tafsir

Surah Al-Alaq Ayat 1-5: Perintah Tuhan untuk Membaca

2 Mins read
Dewasa ini, masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, tampaknya memiliki minat baca yang sangat rendah. Tidak mengherankan jika banyak orang terpengaruh oleh banyak…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *