Akhlak

Ketika Lelaki Menjadi Korban Patriarki

3 Mins read

Dua pasang wajah tiba-tiba merayap di balik pintu kamarku, dengan penampilannya yang kontras. Yang satu lebih tampak mengkhawatirkan dengan kegusarannya, sedangkan yang satu lagi tampak memesona dengan keceriaannya. Setelah itu, keduanya masuk dan selonjoran di lantai. Aku kemudian mencari tahu ihwal yang dialami kedua kawan lelaki-ku ini.

Setelah mereka menerangkan panjang lebar, aku paham duduk perkaranya. Ternyata, kurang lebih seperti ini. Saat sedang jalan menuju kediamanku, beberapa perempuan di atas teras rumah, dengan gayanya yang usil, meneriaki kedua kawanku ini sebagai sepasang lelaki yang sedang dilanda kasmaran.

Alasannya sederhana, karena perempuan itu melihat kedua kawanku saling berangkulan. Salah seorang di antara kawanku hanya menanggapinya dengan cuek, bahkan menjadikan bahan kelakar, sedangkan yang satunya bisa dipastikan, misuh-misuh (mengumpat).

Mendengar penuturan kedua kawanku itu, saya teringat dengan kasus kakak-adik yang sempat viral di penghujung tahun 2017 silam. Gara-gara dipergoki berpelukan oleh emak-emak, mereka kemudian dituduh sebagai sepasang gay. Mereka lalu ramai-ramai dipersekusi oleh warganet. Bayangkan, hanya karena sebuah pelukan yang dilakukan oleh sesama lelaki, lantas seenak upilnya warganet menyimpulkan jika mereka mengalami penyimpangan seksual.

Lelaki dan Stigma Kebudayaan

Padahal, jika saja kita bisa memanfaatkan paket data internet kita untuk melihat khazanah kebudayaan bangsa-bangsa lain. Maka, kita akan mendapati jika laki-laki Arab membangun keintiman lebih daripada hanya sekadar berpelukan. Mereka bahkan sering bertukar kecupan di kedua pipi dengan para sahabatnya. Dan tidak akan ragu untuk hanya sekadar bergandengan tangan di ruang-ruang publik.

Perilaku serupa juga tak jarang ditemui pada artis boyband K-Pop, untuk menunjukkan kedekatannya dengan para personil satu grup. Di hadapan jutaan penggemarnya, mereka tidak sungkan memberi ciuman kepada para personil lainnya. Saya bahkan masih ingat (mungkin juga sebagian di antara kalian), pernah menyaksikan Henry Super Junior tak segan-segan memberi peluk dan cium kepada Raffi Ahmad saat manggung di Indonesia.

Baca Juga  Surat Cinta Buat Corona

Apakah karena mereka suka meluk-meluk sana-sini lantas seenaknya kita menyimpulkan mereka gay atau memiliki kelainan seksual? Tentu tidak, bukan?

Namun dibandingkan lelaki, perlakuan berbeda akan kita temui, jika persoalan ini menimpa sepasang perempuan. Mungkin pertanyaan ini pernah terlintas di benak kalian; ketika sesama perempuan saling berpelukan atau bergandengan tangan, sering kali orang menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar. Benar begitu bukan? Itu semua tidak membuat kalian berimajinasi liar bak babi hutan. Mengapa demikian?

Nah, persoalan ini jika kita telusuri lebih jauh, maka erat kaitannya dengan perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Yang merupakan hasil konstruksi masyarakat lewat budaya patriarki. Budaya patriarki telah menciptakan perbedaan peran antar laki-laki dan perempuan, yang kemudian digambarkan dengan karakter maskulin dan feminin. Jika sifat maskulin dianggap khas laki-laki, maka perempuan mewakili sifat feminin.

Tendensi Kontruksi Budaya Patriarki

Secara umum, alam pikir sebagian masyarakat kita telah menerima; jika maskulin selalu diposisikan sebagai “superior,” yang mewakili sifat berani, perkasa, kuat, tidak cengeng. Sedangkan feminin diposisikan sebagai “subordinasi,” yang mewakili sifat lemah lembut, perasa, mudah menangis, suka berdandan, atau bersifat keibuan.

Wajar kemudian jika seorang laki-laki yang kepergok nangis biasanya akan dengan mudah memperoleh ejekan seperti, “Duh… kamu kayak cewek!” atau “Cengeng banget sih jadi cowok,” atau bahkan “Dasar lelaki memalukan.”

Konstruksi budaya di dalam masyarakat patriarki tidak mengizinkan laki-laki melakukan hal demikian, karena yang demikian dianggap sebagai khas perempuan. Budaya patriarki yang sudah mengkristalisasi pada alam kesadaran sebagian orang, syahdan dijadikan tolok ukur. Untuk menilai hubungan antar sesama laki-laki dan perempuan.

Makanya, jika sesama perempuan yang kemudian terlihat sedang saling berpelukan, sering dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar. Karena hanya menunjukkan ekspresi dari sifat lemah lembut yang dibenarkan oleh karakter feminitasnya.

Baca Juga  Asma Barlas, Pelopor Kesetaraan Gender di Pakistan

Hal yang berbeda jika terjadi pada laki-laki yang terlihat sedang berpelukan atau hanya sekadar berpegangan tangan. Biasanya dengan mudah seseorang mengambil kesimpulan jika mereka mengalami penyimpangan seksual. Itu disebabkan karena laki-laki tersebut menampilkan tindakan di luar sifat maskulinitas yang mereka wakili.

Nah, jadi dengan demikian, tidak selamanya lelaki yang kalian temukan saling berpelukan dengan sejenisnya adalah orang yang mengalami penyimpangan seksual. Hanya pikiran sebagian dari kita yang terlalu lama hidup dalam budaya patriarki, dan merawat stigma maskulinitas dengan cukup kejam.

Sehingga, hal itu bisa menciptakan stereotip yang aneh-aneh bagi kaum lelaki. Kalian harus paham jika lelaki pun memiliki sifat lemah lembut layaknya perempuan. Dan sebagian dari mereka (ingat, sebagian loh!) berpelukan hanya sekadar untuk menunjukkan hubungan keakraban di antara mereka. Memangnya salah? Tentu tidak, bukan?

Berlaku adil sejak dalam pikiran itu perlu, dengan pertimbangan matang lewat serangkaian bukti-bukti, sebelum menuduh seseorang mengalami penyimpangan seksual.

Editor: Zahra/Nabhan

Avatar
1 posts

About author
Orang yang lahir dan tumbuh di kota yang memproduksi jagung rebus secara kolosal.
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds