Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus makhluk individu dalam menjalani kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk sosial, pastilah membutuhkan interaksi antar sesama manusia yang lain. Untuk mencipatakan suatu timbal balik antara satu sama lain. Sedangkan manusia sebagai makhluk individu, memiliki hak dan kewajiban atas dirinya dan yang ia miliki.
Manusia: Makhluk Sosial, Makhluk Individu
Manusia disebut sebagai makhluk sosial sekaligus juga makhluk individu, karena kedua hal tersebut saling berkaitan dan tidak dapat lepas satu sama lain. Mengapa seperti itu? Karena secara biologis dan psikologi, manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Baik itu kebutuhan jasmani maupun rohani.
Secara jasmani, manusia perlu menjaga dirinya agar tetap dapat bertahan hidup. Adapun macam-macam kebutuhan jasmani, dapat dikategorikan ke dalam kebutuhan primer atau pokok. Kebutuhan pokok manusia meliputi tiga; sandang, pangan, dan papan. Artinya, manusia membutuhkan makanan untuk bertahan hidup, pakaian untuk menutup aurat tubuh, dan tempat tinggal untuk berlindung dan berteduh juga beristirahat.
Arah Interaksi Manusia
Pada umumnya, dalam menjalani sebuah kehidupan, kita sebagai manusia memiliki dua arah relasi dalam interaksi. Yakni secara vertikal dan horizontal. Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Sang Maha Kuasa, pastilah memiliki relasi antara keduanya yang menjadi alasan mengapa makhluk manusia ini diciptakan? Dan apa tujuan dari diciptakannya manusia ini?
Adapun manusia selain relasinya dengan Sang Maha Pencipta lagi Maha Kuasa, manusia juga memiliki relasi atau hubungan antara sesama manusia. Yakni dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani. Juga karena manusia sebagai makhluk individu, tidaklah bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Mengenal Ta’aruf
Merupakan bentuk isim mashdar dari kata تعارف yang artinya saling mengenal. Interaksi dapat diawali dengan komunikasi, salah satu bentuk komunikasi diawali dengan perkenalan. Hal ini seperti yang dijelaskan di dalam QS. al-Baqarah 185:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur “.
Berkaitan dengan interaksi, sudah barang tentu dijelaskan oleh Allah di dalam Al-Qur’an, yakni dalam QS. al-Hujurat ayat 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti. “
Dari ayat di atas, kita bisa ketahui bahwa lafadz لِتَعَارَفُوْا “untuk saling mengenal” menjelaskan awal permulaan terjadinya suatu interaksi di antara perbedaan yang telah Allah ciptakan. Sehingga kemudian membentuk yang namanya ukhuwah islamiyyah yang kita kenal sekarang.
Pentingnya Saling Mencintai dalam Ukhuwah
Adapun di dalam berinterasi kita juga diajarkan untuk menanamkan moral-moral dan saling mencintai satu sama lain dalam berinteraksi, hal ini disebutkan dalam suatu hadis bahwa dalam berinteraksi kita hendaklah mencintai saudara kita seperti halnya mencintai diri sendiri.
عَنْ اَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قاَلَ : لَايُؤْمِنُ عبدٌ حَتَّى يُحِبُّ لِأَخِيْهِ أَوْ قاَلَ لِجَارِهِ مَا يُحِبُ لِنَفْسِهِ
{أخرجه مسلم : 45}
” Dari Anas ibn Maalik, dari nabi Muhammad SAW berkata: Tidaklah beriman seorang hamba sampai ia mencintai saudaranya/tetangganya seperti ia mencintai dirinya sendiri. “
Tolong-menolong Sesama dalam Kebaikan
Dan sebagai manusia hendaklah kita selalu membantu satu sama lain, hal ini juga telah Allah jelaskan di dalam QS. al-Maidah ayat 2 :
{2}… وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَان
Artinya : “…Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah dalam berbuat dosa dan larangan…”
Dari sini kita dapat melihat bahwa urgensi daripada menjalin suatu relasi yang baik antar sesama manusia dengan baik. Kemudian menolong satu sama lain itu sangatlah penting. Sehingga daripada itu dapat menciptakan peradaban Islam yang sakinah dengan pondasi ukhuwah islaamiyyah.