Parenting

Anak Muda dan Ancaman Westernisasi

3 Mins read

Istilah generasi milenial sudah sering kali menggema ditelinga, bahkan tiap orang sudah pandai mendefinisikan apa itu milenial. Pasalnya bangku milenial di isi oleh para anak muda yang akan membawa perubahan terhadap bangsa dan negara, bahkan dapat dikatakan sebagai jantung peradaban dunia.

Kendati demikian, istilah milenial yang ditayangkan kepada publik, tidak sesuai aturan main yang berlaku. Problematika publik tengah merasakan riuhnya dengan pembahasan milenial, semua sosial media mengangkat isu yang tengah dialami. Baik dari sisi positif maupun sisi negatif, semua terungkap oleh sosial media.

Anak Muda dan Kebobrokan Moral

Melihat hal demikian, rasanya sangat ironis kalau generasi muda kehilangan karakter dan arah langkah perjuangan hidupnya. Seharusnya generasi muda tidak terbawa arus globalisasi yang salah. Karena hal demikian merupakan awal mula kebobrokan moral yang terus menggerogoti muda mudi Indonesia.

Bukannya malah memotivasi, melainkan meracuni bangsa ini. Sejatinya bobroknya moral itu terpengaruhi akibat westernisasi budaya barat yang salah kaprah. Pada tahun 2019 telah terjadi peningkatan angka kehamilan diluar nikah yang dilakukan oleh anak muda. Survei itu dilakukan oleh PT Reckitt Benckiser Indonesia, lewat alat kontrasepsi Durex terhadap 500 remaja di lima kota besar. Survei tersebut menyatakan, bahwa 33% remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seks bebas.

Meningkatnya seks bebas dikalangan remaja, menurut saya itu sangat menodai diri sendiri dan orang lain. Bagaimana mungkin pelaku seks bebas bisa menghargai orang lain kalau diri sendirinya saja sudah tidak bisa dihargai. Cara menghargai diri sendiri cukup sederhana. Hanya dengan tidak merusak moralitas yang dimiliki, itu sudah dikatakan menghargai dan mencintai diri sendiri.

Hari demi hari, tahun demi tahun terus saja terjadi perubahan yang sangat signifikan dan tiap dekade mengalami perubahan yang berbeda. Namun perubahan yang seperti apa? Apakah perubahan kearah yang lebih baik? Ataukah perubahan kearah yang bisa mencemarkan agama, negara, dan bangsa?

Baca Juga  Ajarkan Kepada Anak-anak, Masjid Tak Sekedar Tempat Ibadah

Mencari Role Model

Kita mengenal slogan “Muhammadiyah Berkemajuan”, yang kalau ditafsirkan secara sederhana adalah mengadopsi nilai, ide, dan gagasan dari barat, disamping menjadi muslim yang sejati dengan ajaran Islam yang murni. Pengadopsian nilai, ide, dan gagasan dari barat bukan berarti Muhammadiyah menjadi organisasi yang sekuler, melainkan sebagai lonceng bahwa Muhammadiyah mendunia dengan nilai-nilai islaminya.

Sebagai generas atau anak muda, kita harus mempunyai role model sebagai acuan untuk bisa membumikan agama dan negara. Coba kita renungkan sejarah abad terdahulu generasi muda Islam yang sangat luar biasa. Berbagai cerita dalam bentuk catatan-catatan sejarah, dimana Islam telah mampu melahirkan banyak generasi hebat diusia yang masih relatif muda dan telah menorehkan tinta emas dalam perjalanan sejarah.

Mari sedikit menengok kisah Usamah bin Zaid, yang diangkat oleh Rasulullah menjadi komandan pasukan kaum Muslimin dalam penaklukan Syam. Sedangkan usia beliau pada saat itu masih 18 tahun. Atau kisah Imam Syafi’i yang telah hafal Al-Quran dalam usia 9 tahun, serta Ibnu Sina yang telah hafal Al-Quran diusia 5 tahun bahkan mampu menjadi bapak kedokteran dunia.

Tentu kita juga tidak lupa dengan aksi heroiknya Muhammad Al-Fatih, yang menaklukan Konstantinopel dan menjadi sultan diusia yang sangat muda.Adapun Abdurrahman Ad-Dakhili yang mendirikan Daulah Bani Umayah II pada usia 19 tahun, Ibnu Batutah yang menjalajahi dunia pada usia 21 tahun. Begitupun kecerdasan intelegen yang dimiliki Badiuzzaman Said Nursi. Dimana pada usia 15 tahun beliau mampu menghafal dan memahami 80 kitab karya ulama yang ternama hanya dalam kurun waktu 3 bulan.

Menumbuhkan Komitmen yang Kuat

Masih banyak lagi biografi pemuda Islam yang sangat menginspirasi karena sebuah prestasinya. Apakah tidak mungkin kita menyamai prestasi yang sangat gemilang itu? Tentu jawabannya sangat mungkin untuk bisa menyamai mereka. Menjadi seorang pecinta ilmu seperti Said Nursi, memperdalam agama seperti Imam Syafi’i, menjelajahi dunia seperti Ibnu Batutah. Tentu hal demikian diraih atas dasar komitmen, usaha, dan bersungguh-sungguh untuk bisa menyamai, bahkan melebihi.

Baca Juga  Muksin Gole: Anak Muda yang Bersikap Toleran Secara Otentik

Sungguh saya sangat bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena Islam mempunyai pejuang yang konsisten membela agama dan negara diusia yang sangat muda. Disamping itu, sedih karena di era yang semakin canggihnya teknologi, hanya terbilang jari anak muda yang konsisten menegakan kebenaran. Karena kebenaran akan hancur ketika harta, tahta, dan wanita sudah disuguhkan depan mata.

Hal itu dibuktikan dengan perbedaan antara sejarah dan realitas. Ketika menilik kekonsistensian Badiuzzaman Said Nursi, beliau disogok dengan harta dan wanita untuk berhenti menegakan ajaran Islam kepada masyarakat. Akan tetapi beliau menolak dan memilih untuk berdebat secara ilmiah. Bukan hanya ilmu agama yang beliau pelajari melainkan ilmu umum seperti; astronomi, geografi, matematika dan sebagainya.

Sungguh banyak pelajaran yang dapat diambil dari pemuda yang memperjuangkan Islam dengan berbagai metode dakwah yang mereka gunakan. Di era revolusi industri 4.0 ini untuk menegakan kebenaran cukup mudah. Hanya dengan tidak menyebarkan ujaran kebencian di sosial media.

Tokh, sekarang teknologi sudah canggih, akses internet pun mudah diraih, bahkan metode penyampaian dakwah bisa lewat sosial media, tidak harus melulu di mimbar. Model dakwah seharusnya tidak kaku dan baku, melainkan dikemas semenarik dan sekreatif mungkin sehingga membuat daya tarik yang komprehensif.

Editor: Nirwansyah

Avatar
2 posts

About author
Studies of Ma'had Darul Arqam Muhammadiyah Garut and active in Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Articles
Related posts
Parenting

Generasi Toxic Harus Dididik, Bukan Dihardik!

5 Mins read
Tulisan sederhana ini saya suguhkan, berangkat dari keresahan saya tentang fenomena “generasi toxic“. Ada rasa cemas ketika saya menyadari bahwa generasi muda…
Parenting

Ajarkan Kepada Anak-anak, Masjid Tak Sekedar Tempat Ibadah

3 Mins read
Ibadah adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan seorang Muslim. Untuk memastikan agar generasi muda memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai agama…
Parenting

Nasihat Nashih Ulwan untuk Para Pendidik Anak

3 Mins read
Awalan, Abdullah Nashih Ulwan sangat gemar menulis, kertas dan pena senantiasa bersama dimanapun dia berada. Walaupun sibuk dengan kuliah, undangan dan ceramah, dia tetap meluangkan waktu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds