Falsafah

Sejak Kapan Allah Ada?

3 Mins read

Kata “Kapan” dalam bahasa Indonesia memiliki arti untuk menanyakan waktu. Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa ketika kita menanyakan kata “kapan” maka jawaban yang ingin kita dapatkan adalah waktu konkret dari objek yang kita pertanyakan.

Nah, ketika kita mencoba menanyakan, “Sejak kapan Allah ada?”, sebenarnya ada satu hal yang harus kita selesaikan terlebih dahulu, yaitu tentang keberadaan Allah itu sendiri. Benarkah bahwa Allah itu ada?

Big Bang Sebagai Salah Satu Bukti Keberadaan Allah

Ruang dan waktu pertama kali tercipta sejak terjadinya dentuman besar. Para ilmuwan meyakini bahwa alam semesta dulunya hanyalah sebuah atom tunggal. Lalu, terjadilah ledakan dahsyat yang membuat atom itu pecah dan menyebarkan bermacam-macam unsur dan materi yang nantinya menjadi cikal bakal lahirnya benda-benda langit di alam semesta ini.

Dari mana para ilmuwan dapat menyimpulkan kelahiran alam seperti ini? Hal ini sebenarnya telah lama disampaikan oleh para filsuf dan ilmuwan. Namun, baru dijadikan teori pada tahun 1927 oleh Lemaitre.

Ia menyampaikan bahwa alam semesta pada mulanya adalah sebuah massa yang merupakan material gas yang rapat, berpendar, dan panas, kemudian disebut Telur Kosmos.

Karena tekanan yang luar biasa dari suhu tinggi, maka dihasilkan sebuah ledakan hebat yang terjadi dalam massa tersebut. Ledakan itu menghancurkan dan menghamburkan segala macam materinya ke segala arah.

Seiring berjalannya waktu, planet, bintang, dan galaksi terbentuk dari sebaran itu. Beberapa ilmuwan menyebut ledakan itu sebagai dentuman besar (Big Bang).

Walaupun pada awalnya belum diyakini, tetapi teori ini akhirnya diperkuat oleh Edwin Hubble setelah melihat pergerakan alam semesta yang semakin lama semakin meluas, menggunakan teleskop buatannya.

Baca Juga  Matarantai Filsafat Pendidikan Islam yang Terputus

Alam Semesta Terus-Menerus Meluas

Melihat pergerakan alam semesta yang terus-menerus meluas, Hubble memiliki kesimpulan bahwa jika kita menarik mundur waktu hingga tak terhingga, maka kita akan mendapatkan suatu masa di mana alam semesta yang meluas ini sebenarnya berasal dari sebuah atom tunggal, dan ledakan itu lah yang memicu meluasnya alam semesta.

Namun, yang menarik dari fenomena ini adalah alam semesta yang dihasilkan dari big bang itu sendiri. Sebagaimana yang kita tahu, sifat dasar dari ledakan seharusnya melahirkan ketidakaturan dan kehancuran, tetapi justru big bang yang merupakan ledakan dahsyat ini melahirkan kehidupan dan keteraturan.

Dari sinilah banyak ilmuwan yang meyakini bahwa big bang terjadi karena sebuah perhitungan (by design), bukan karena kecelakaan belaka (by accident).

Bill Davis, seorang ilmuwan ternama dari inggris, mengatakan, “Berbagai perhitungan menunjukkan bahwa laju ekspansi alam semesta sungguh sangat menentukan. Jika semesta mengembang sedikit lebih lambat dari kecepatannya sekarang, semesta pasti runtuh karena kekuatan gaya tarik gravitasi.

Begitu pun jika laju ekspansinya lebih besar dari kecepatannya sekarang, maka materi alam semesta akan tersebar dan alam semesta pun akan hancur. Sekiranya kecepatan ekspansi berbeda dari kecepatannya sebanyak satu dalam 1018 bagian, itu saja sudah cukup untuk mengganggu titik keseimbangan yang diperlukan.

Oleh karena itu, “Big Bang” bukan sebuah ledakan normal, melainkan sebuah aktivitas yang diperhitungkan dan diatur dengan sangat cermat di semua aspeknya. Sulit menyangkal bahwa ada suatu kekuatan yang super cerdas dalam memunculkan alam semesta ini dengan perhitungan yang sangat cermat pula. Keseimbangan alam semesta adalah bukti yang sangat kuat bagi keberadaan sosok perancang alam semesta.”

Uraian di atas adalah salah satu cara kita membuktikan keberadaan Tuhan, yaitu menggunakan teori kosmologis atau teori pembuktian, yang mengacu pada ilmu tentang keseimbangan alam semesta, yang dalam kasus ini menggunakan keseimbangan yang berasal dari big bang.

Sejak Kapan Allah Ada?

Kembali pada bahasan awal, karena dengan melihat keteraturan alam ini kita bisa mengetahui bahwa Allah itu ada, maka InsyaAllah secara langsung kita bisa menjawab pertanyaan “Sejak kapan Allah ada?” dengan melihat dampak dari keberadaan Allah itu sendiri.

Baca Juga  Dari Sudut Mana Mencari Tuhan?

Francis S. Collins, seorang ilmuwan berkebangsaan AS, di dalam bukunya The Language Of God menyampaikan:

Jika Tuhan itu ada, maka dia supranatural

Jika Dia supranatural, maka dia tidak bisa dibatasi oleh hukum alam

Jika Dia tidak dibatasi oleh hukum alam, maka tidak ada alasan bahwa Dia harus terbatasi oleh waktu

Jika Dia tidak dibatasi oleh waktu, maka sangat dimungkinkan Dia ada di masa lalu, masa sekarang, dan masa depan secara bersamaan

Jika demikian, maka sangat mungkin Tuhan telah ada sebelum terjadinya dentuman besar dan akan terus ada sekalipun alam semesta lenyap sepenuhnya

Untuk memudahkan semua uraian di atas, para pembaca bisa melihat rangkaian kalimat kausalitas (sebab-akibat) berikut:

  • Waktu tercipta dari ledakan besar (Big Bang)
  • Sifat dasar dari ledakan harusnya melahirkan ketidakteraturan, tetapi big bang justru melahirkan keteraturan alam semesta seperti saat ini
  • Oleh karena itu, maka big bang pasti terjadi by design bukan by accident
  • Karena terjadi by design, maka sudah dipastikan ada sosok yang memperhitungkan ledakan big bang secara teliti dan cermat, itulah Allah
  • Dari sana bisa dikatakan Allah sudah ada sebelum terjadinya ledakan besar yang merupakan asal mula keberadaan waktu
  • Artinya, Allah sudah ada sebelum waktu itu sendiri ada

Jadi, kesimpulannya adalah, karena Allah sudah ada sebelum waktu itu sendiri ada, maka jika ada yang bertanya “Sejak kapan Allah ada?”, jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu adalah “Allah ada sebelum kata “kapan” itu sendiri ada.

Editor: Lely N

Avatar
4 posts

About author
Student of Al-Quran
Articles
Related posts
Falsafah

Deep Ecology: Gagasan Filsafat Ekologi Arne Naess

4 Mins read
Arne Naess adalah seorang filsuf Norwegia yang dikenal luas sebagai pencetus konsep “ekologi dalam” (deep ecology), sebuah pendekatan yang menggali akar permasalahan…
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds