Revitalisasi Peran Mahasiswa — Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan nikmatnya, yang kiranya tak akan mampu dituliskan walau lautan dijadikan tinta dan ranting-ranting pohon sebagai penanya. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sang revolusioner sejati yang telah mereformasi sistem biadab menjadi sebuah sistem baru dengan tatanan kehidupan yang beradab dan lebih maju.
Dalam peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1990, dijelaskan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Mereka adalah orang-orang yang secara resmi menimba ilmu di universitas, institut, maupun sekolah tinggi.
Peran Mahasiswa Sebagai Harapan Bangsa
Mahasiswa merupakan tumpuan berbagai pihak. Mereka sering disebut harapan bangsa, negara, dan masyarakat. Seiring dengan identitas mahasiswa, ada peran yang harus dilakukan sebagai konsekuensi logis dan otomatis dari identitas tersebut. Dan menuntutnya untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dikerjakan.
Sejarah telah mencatat, dari mulai munculnya kebangkitan nasional hingga tragedi tahun 1998, mahasiswa selalu menjadi garda terdepan dalam mengawal demokrasi Indonesia. Sebut saja gerakan mahasiswa pada masa penjajahan Belanda atau Jepang, pemberontakan PKI, orde lama, hingga masa orde baru dengan gerakan reformasinya.
Peran mahasiswa tidak pernah absen dalam catatan peristiwa penting tersebut. Namun pasca reformasi, masa ketika demokrasi yang diidam-idamkan seluruh elemen masyarakat sudah terwujud dan kebebasan berbicara atau berpendapat sudah dimiliki, apa yang terjadi dengan mahasiswa?
Problematika Mahasiswa Saat Ini
Problematika yang saat ini menimpa kalangan mahasiswa sebenarnya bukan semata-mata karena banyaknya tugas kuliah atau adanya teknologi modern. Tetapi hal ini karena degradasi moral yang tidak dapat dibendung.
Budaya asing seperti drakor (drama Korea) salah satunya, telah meyelusup pada sendi kehidupan anak muda termasuk mahasiswa, sehingga mereka menjadi lupa akan peran dan fungsi mahasiswa yang sebenarnya.
Tidak sedikit mahasiswa yang lebih mementingkan kehidupan pribadinya dan mengedepankan pola hidup hedonis. Bahkan tidak ada momen yang dilewatkan tanpa selfie, dan ironisnya banyak mahasiswa yang tidak aktif organisasi mahasiswa kampus.
Disadari atau tidak, mahasiswa mempunyai peran dan fungsi yang strategis dan menjadi sentral dalam mengawal pemerintahan. Mahasiswa adalah kalangan akademisi yang memiliki idealisme tinggi.
Hal ini perlu disadari, bahwa seorang mahasiswa tugasnya bukan hanya menyibukkan dirinya dengan tugas kuliah semata. Tetapi mereka punya tanggung jawab moral, yaitu mentranformasikan ilmunya dan selalu berada di garda terdepan dalam melawan kesewenang-wenangan oleh pihak birokrasi.
Oleh karena itu, mahasiswa yang individualis dan apatis berarti telah sakit atau lupa. Dan harus diobati dengan diingatkan ataupun ditegur.
Pentingnya revitalisasi ini ibarat orang yang pingsan, maka perlu seseorang yang memiliki kepedulian dan tanggung jawab untuk memulihkan atau menyadarkannya. Begitu pula dengan mahasiswa yang sedang sakit karena lupa peran dan fungsinya.
Faktor-faktor Tumbangnya Masa Orba oleh Mahasiswa
Oleh karena itu, perlu penulis ingatkan kembali bagaimana kondisi mahasiswa kala itu yang mampu menumbangkan masa orba melalui gerakan reformasinya tahun 1998. Diantara faktornya ialah:
Ideologi
Pertama, kuat berwacana dan budaya literasi tjnggi.
Kedua, ada krisis mendasar (ekonomi).
Ketiga, kesadaran ekonomi bertranformasi dalam kesadaran politik.
Keempat, kontinuitas gerakan.
Front Perjuangan Nasional
Pertama, kesatuan gerakan dari berbagai fragmen. Contoh: isu hijab dan Tanjung Priok, Marsinah.
Mengupayakan Kesadaran Terhadap Situasi Politik
Kemudian, bagian terpenting ialah bagaimana mengupayakan pendidikan politik kepada mahasiswa dengan membentuk dan mengembangkan orientasi-orientasi politik yang meliputi keyakinan, arah, dan perasaan politik.
Dengan ini, harapannya muncul kesadaran terhadap situasi politik dan menjadikannya secara sadar dan aktif dalam kehidupan politik kampus dan masyarakat. Dan tentunya, hal itu tidak akan terjadi bilamana tidak ada kebebasan berpendapat, kritik, dan dialog.
Semoga ini bisa menjadi refleksi bersama, agar sosok di balik nama mahasiswa tetap berada di garda terdepan dalam mengawal orde reformasi.
Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!
Editor: Zahra