Perspektif

The World of the Mudik: Bukan Drama, Tapi Rindu

4 Mins read

Drama Korea (Drakor) The World of the Married yang diadaptasi dari seri televisi Inggris berjudul Doctor Foster, akhir-akhir ini menjadi drama favorit terutama oleh emak-emak “mama muda”. Drama yang berkisah tentang dinamika keluarga ini digandrungi oleh para mamud (mama muda), bahkan sekarang juga bisa di saksikan di salah satu stasiun televisi nasional setelah sebelumnya hanya melalui youtube atau media online lainnya.

Tapi, bukan bermaksud membahas drama asal negeri gingseng tersebut, namun di dalam negeri, sebenarnya juga ada kisah yang selalu menguras emosional, bahkan menjadi perhatian dalam beberapa waktu terakhir, yakni “The World of the Mudik“. Banyak sekali cerita terjadi pada saat mudik di Indonesia khususnya, ada macet, seru, hingga duka selalu menjadi cerita disetiap tahunnya.

Mudik? Jangan Dulu!

Larangan mudik ditambah adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) guna memutus penyebaran virus corona merupakan langkah yang diambil Pemerintah sejak 24 April 2020 lalu, namun menjadikan beberapa reaksi dari masyarakat.

Mulai ada yang mudik secara diam-diam, sampai kepada kasus kriminal, seperti yang dilansir oleh Detik ada seorang ibu yang tega membacok anaknya sendiri karena diminta untuk tidak usah mudik. 

Hingga berbagai masalah yang lainnya terkait mudik, apalagi menjelang lebaran tradisi mudik biasa dilakukan oleh masyarakat kita. Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, sudah melarang dan menghimbau semua warga untuk tidak mudik lebaran tahun ini, seperti yang dilansir oleh Liputan6.com. Kebijakan Pemerintah ini demi untuk menghambat laju penyebaran Covid-19, dan ini di nilai sebagai salah satu upaya yang efektif setelah physical dan social distancing.

Namun, kerinduan akan kampung halaman serta tidak adanya pekerjaan yang libur akibat pandemi membuat masyarakat masih ada yang ingin mudik, apalagi mereka yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hingga berbagai cara pun dilakukan agar bisa kembali pulang (ke kampung halaman), bahkan ada yang mengaku sebagai polisi untuk mengelabuhi petugas.

Maka, mudik merupakan salah satu tradisi yang biasa dilakukan masyarakat ketika menjelang lebaran ini, harus ditahan untuk sementara, guna mencegah penyebaran Covid-19 yang kini sudah menembus angka 14.265 Kasus Covid-19 di Indonesia, dengan 233 Kasus Baru per 11 Mei 2020 (Kompas.com).

Baca Juga  Merdeka Belajar adalah Tantangan Baru Sejak 13 Juli

The World of the Mudik

Mudik yang berasal dari kata ‘udik‘ yang diartikan ‘mulih dilik’ (bahasa Jawa Ngoko) yang mempunyai makna pulang sebentar (Kompas.com), adalah salah satu cara masyarakat merayakan kemenangan bersama keluarga di hari raya idul fitri ataupun di hari raya lain. Tradisi mudik memang sering berlangsung ketika menjelang lebaran dan juga perayaan natal serta tahun baru, dimana momen ini bias dibilang sebagai ‘travelling bareng’.

Euphoria masyarakat yang sangat antusias untuk pulang melepas rindu kepada keluarga merupakan salah satu hal yang paling dinanti, mereka bisa kembali (pulang) dengan membawa oleh-oleh dari kota tempat perantauannya, pun pula dengan membawa THR (Tunjangan Hari Raya) ketika lebaran akan tiba.

Macetnya jalan, istirahat di rest area akan menjadi hal yang dirindukan para perantau pada lebaran kali ini ketika adanya himbauan dan larangan mudik, dimana mungkin kita tak lagi melihat antrian panjang di tol, ramainya para pengendara sepeda motor yang akan mudik, juga laporan arus mudik di televisi yang lazim kita saksikan ketika mudik telah tiba.

Sering kali kita jumpai ada para pemudik yang istirahat sejenak di pom bensin, taman, atau bahkan dipinggir jalan guna melepas penat dan lelah selama perjalanan. Tak jarang ada yang menggelar tikar di pinggir jalan seakan piknik ‘dadakan‘, sembari duduk dengan ditemani segelas kopi untuk mengusir kantuk.

Pasar ‘dadakan‘ juga biasanya ramai menghiasi bahu jalan, banyak para penjual musiman yang hanya berjualan ketika musim mudik telah tiba. Dari penjual makanan khas daerah, sampai menu takjil ada menunggu para pembeli. Seakan menjadi destinasi wisata kuliner bagi para pemudik, tak jarang mereka mampir untuk mencicipi kuliner khas dari daerah yang mereka lewati.

***

Mudik juga kadang menyisakan cerita unik, di mana para pemudik biasanya menyulap kendaraannya seperti dengan adanya tambahan kapasitas tempat, baik tempat duduk ataupun tempat untuk membawa barang mereka. Bahkan sering kali kita lihat mereka menyelipkan kata-kata pada bagian motornya, seperti “Abang pulang tak bawa uang, hanya membawa rindu dan kasih sayang.” ataupun tulisan yang lainnya.

Baca Juga  Doa Saat Hendak Memulai Perjalanan Mudik

Televisi pun hampir di semua stasiun memberitakan seputar mudik dari H-7 hingga H+7 lebaran (hari raya), lengkap dengan berbagai ceritanya, dari macet, dapat kenalan hingga kekasih ketika perjalanan, juga cerita pilu seperti kecelakaan yang membuat kita turut bersedih melihatnya. Dan mudik tahun ini mungkin akan akan ada sedikit perbedaan, seiring adanya larangan mudik.

Tak jarang ada juga warga yang sengaja menonton arus mudik yang melewati sekitaran tempat tinggalnya, meski mudik setiap tahun ada. Selain kisah perjalanan mudik, pastinya dengan adanya mudik para perantau bisa menikmati makanan rumah yang mungkin beberapa bulan atau tahun sudah lama tak dirasakan di lidah. Juga ketika di kampung halaman, tak jarang sering diadakan acara halal bi halal, temu kangen atau reuni, hingga mungkin ketemu mantan yang lama tak bersua, ciye.

***

Mudik memang selalu punya cerita tersendiri, suka duka selalu menghiasi setiap tahunnya. Namun kini, mudik menjadi hal yang terlarang, pastinya kita akan merindukan ayah, ibu, adik, kakak, saudara, keluarga, bahkan mungkin calon istri atau suami. Saya pun merasakannya, dimana bapak saya tidak bisa mudik karena Malaysia juga sedang lockdown yang kabarnya diperpanjang hingga 9 Juni 2020.

Bapak Presiden, Joko Widodo, pun mengusulkan agar masyarakat ‘mudik digital‘ melalui akun media sosialnya, dimana kita bersilaturahim melalui video call dan sebagainya, guna mencegah dan menjaga keluarga kita dari Covid-19. Sebenarnya hal ini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat kita yang berjauhan, mungkin hampir tiap hari mereka menghubungi keluarga di kampung halaman. Tapi rindu kepada orang tersayang, keluarga tidak semudah itu, seperti kata Dilanrindu itu berat!”.

Baca Juga  Dua Faktor Penyebab Matinya Kepakaran di Era Modern

Senyum ceria, pelukan hangat, serta suasana kebersamaan dan kehangatan dengan keluarga tidak mungkin tergantikan dengan teknologi. Namun, keadaan yang memaksa kita harus mengikuti apa yang telah ditetapkan, kita harus menahan rindu dan berpuasa lebih lama lagi, puasa dengan tidak pulang kampung (mudik) dan bertemu dengan keluarga selama masa pandemi. Semua ini demi menjaga diri kita dan juga keluarga kita, karena kita tidak tahu, kita pulang kampung membawa atau diikuti oleh virus corona atau tidak, karena dalam perjalanan bisa jadi kita tertempel virus yang mungkin tidak kita sadari.

***

Tidak hanya serial drama The World of the Married yang penuh cerita, dan pelajaran yang bisa kita ambil, juga menggugah emosional kita. Tapi ‘The World of the Mudik‘ meski bukan drama, namun terselip berbagai cerita seru, haru, sedih, dan unik di setiap tahunnya yang kini kita rindu berbagai macam cerita dibalik pulang ke kampung halaman (mudik).

Mudik bukan hanya di Indonesia, dibeberapa negara juga ada musim mudik, seperti Malaysia, India, Arab Saudi, Turki, Tiongkok, dan mungkin negara lainnya dalam rangka hari raya ataupun lainnya, hal ini pernah dilansir oleh IDNTimes mengenai adanya tradisi mudik diberbagai negara.

Jadi bukan hanya di Indonesia, dan mungkin beberapa negara tersebut pada saat ini juga melarang warganya untuk mudik, mengingat dibeberapa negara tersebut juga sedang mewaspadai virus corona.

Mudik bukan soal istirahat melepas penat dikampung halaman, tapi mudik dengan berbagai cerita dalam perjalanannya adalah untuk kembali memeluk keluarga, dan juga bersua dengan saudara yang sekian lama tak berjumpa.

Tetapi, tahun ini mudik mungkin hanya akan menjadi harapan dan keinginan, namun kita semua berharap, hari kemenangan yang tinggal beberapa hari lagi, bukan hanya menjadi kemenangan kita dalam melawan hawa nafsu, tapi juga kemenangan melawan pandemi virus corona. Semoga datangnya hari kemenangan (Hari Raya Idul Fitri 1441 H), segera disusul hari kemenangan melawan virus corona. Aamiin.

Editor: Yahya FR
Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Bulan Puasa dan Gairah Kepedulian Sosial Kita

3 Mins read
Tidak terasa kita telah berada di bulan puasa. Bulan yang menurut kepercayaan umat Islam adalah bulan penuh rahmat. Bulan yang memiliki banyak…
Perspektif

Hisab ma’a al-Jami’iyyin: Tanggung Jawab Akademisi Muslim dalam Pandangan Al-Faruqi

4 Mins read
Prof. Dr. Ismail Raji Al-Faruqi merupakan guru besar studi Islam di Temple University, Amerika Serikat. Beliau dikenal sebagai cendekiawan muslim dengan ide-idenya…
Perspektif

Rashdul Kiblat Global, Momentum Meluruskan Arah Kiblat

2 Mins read
Menghadap kiblat merupakan salah satu sarat sah salat. Tentu, hal ini berlaku dalam keadaan normal. Karena terdapat keadaan di mana menghadap kiblat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *